Sejak pagi sampai sekarang isi kepalanya hanya dipenuhi oleh Dela, Fredy sendiri sama sekali tidak menyukai perasaan seperti ini. Baginya wanita hanya seperti suplemen hidup untuknya, hanya untuk hiburan saat lelah karena pulang bekerja!Tentu saja Dela tidak dikecualikan, nilai lebih Dela dibanding dengan wanita lain hanya postur tubuh Dela yang lebih menarik, wajahnya juga lebih cantik, suaranya juga terdengar lebih merdu."Benar-benar aneh sekali. Apakah keinginanmu belakangan ini tidak terpuaskan? Dengar-dengar kamu sudah memecat Jesi? Kenapa masih belum menemukan partner yang cocok?" tanya Brian penasaran, dia tidak mungkin bisa tidak datang bergosip setelah menyelesaikan pekerjaannya.Fredy mengambil cerutu di asbak lalu bersandar di kursi sambil menghisap cerutunya dengan perlahan."Wah kamu memang benar-benar tidak terpuaskan? Apa perlu aku kenalkan kepadamu beberapa wanita cantik?" ujar Brian dengan sangat gembira, "Bagaimana kalau malam nanti kita pesan sebuah PUB?""Tidak p
Brian berdiri dari kursinya lalu memperkenalkan dirinya secara resmi, "Kakak Ipar, namaku Brian Loy, hubunganku dengan Fredy adalah ….""Partner kerja, Presdir Brian tolong kamu keluar dulu. Masih ada yang harus aku kerjakan!" Fredy memotong ucapan Brian mengisyaratkan supaya Brian tidak berbicara sembarangan."Tapi aku masih belum selesai berbicara!" ujar Brian tidak senang.Tatapan mata Fredy terlihat penuh dengan ancaman peringatan, dia lalu berkata dengan nada penuh tekanan, "Ehm biaya yang kamu habiskan di Pasar Eudania itu.""Maaf Kakak Ipar, aku masih ada urusan jadi aku pergi dulu. Kita mengobrol di lain waktu saja, ada banyak cerita menarik yang ingin aku ceritakan kepadamu!" ujar Brian sambil tersenyum kepada Dela. Dia lalu segera berjalan keluar setelah selesai berkata."Kalau begitu aku juga pergi dulu!""Sudah datang kemari, duduklah sebentar!" Fredy berdiri dan berjalan menuju ke arah Dela.Dela tanpa sadar berjalan mundur, sebelumnya Fredy memiliki perasaan jijik terhad
Adegan ambigu di atas sofa itu berlangsung semakin panas, rambut Dela yang awalnya diikat itu tidak tahu sejak kapan sudah tergerai lepas.Dela yang menutup mata sekali lagi jatuh ke dalam pusaran gairah yang Fredy ciptakan, desahan-desahan yang anggun terus terdengar dari bibirnya yang merah.Jari-jarinya yang ramping memegang kulit sofa dengan erat karena perasaannya yang terus bergejolak. Sepasang kakinya yang lemah ditekuk karena gerakan kasar dari Fredy di belakang.Fredy juga tenggelam dalam kegembiraan ini, sepanjang sore kepalanya dipenuhi dengan Dela yang sangat memikatnya jadi tentu saja Fredy tidak akan menyia-nyiakan kedatangan Dela.Dorongan yang bergerak secara terus-menerus akhirnya mencapai puncaknya, Fredy mempercepat gerakan pinggangnya lalu mengangkat tubuh Dela lebih tinggi.Napas kasar dan erangan lembut terjalin dengan sangat menyakitkan serta penuh antusias, saat mereka berdua akan segera mencapai puncaknya….Brak!!"Fredy, maaf aku benar-benar sudah tahu kesala
Saat keluar dari kamar mandi, Dela melihat hanya tersisa Fredy sendiri yang sedang duduk di atas sofa sambil menggoyangkan gelas winenya dengan pelan.Dela merasa sedikit pusing melihat wine kental yang digoyang dalam gelas itu.Ekspresi wajah Fredy terlihat datar seperti hubungan penuh cinta yang tadi mereka lakukan sama sekali tidak pernah terjadi, tidak ada sedikitpun perasaan bersalah dari Fredy karena selingkuhannya datang membuat keributan."Aku pergi dulu!" pamit Dela."Kamu sudah senang?" suara Fredy terdengar tenang, "Apa kamu sudah puas karena bisa datang ke kantor tanpa seizinku?" lanjut Fredy.Semua yang Dela alami hari ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Fredy, Dela sendiri yang ingin datang kemari!"Ya, bisa melihat sisi lain dari dirimu seharusnya juga bukan hal yang buruk!" ujar Dela dengan santai bahkan dia masih tersenyum misterius."Haha, apakah kamu tidak sedih?""Sedih?" Dela tertawa dengan polos, "Tentu saja tidak, kamu sudah memberi tahu kalau aku hanya
Dela yang duduk di sudut cafe menutup bibir tidak sanggup menahan isakan tangisnya. Air matanya yang hangat masuk ke dalam sela jari dan membasahi telapak tangannya.Dalam hati Fredy, Dela hanya seorang wanita licik yang memiliki tujuan sendiri, dia sama sekali menganggap remeh Dela!Untung saja Dela masih belum mengatakan ingin meminjam uang dari Fredy, kalau tidak Dela akan merasa semakin malu.Sebuah dering ponsel yang tiba-tiba terdengar membuyarkan perasaan sedihnya.Orang yang menelepon adalah David yang sangat tidak sabar untuk menerima uang."Ayah!""Putriku bagaimana, apakah Fredy sudah setuju?'Walaupun tidak tega, Dela tetap ingin berkata jujur, "Tidak Ayah, bisakah kita pikirkan cara lain saja?""Cara lain apa lagi? Aku membutuhkan setidaknya 100 miliar!""100 miliar? Ayah kenapa banyak sekali?" Dela membelalak terkejut, "Dari mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu!""Karena itu aku memintamu untuk memohon kepada Fredy, jumlah uang sebesar ini mungkin adalah jumlah yang b
Dela sedikit tercengang, 100 miliar bukan angka yang besar? Benar juga, Darwin berasal dari keluarga kaya yang dimana keluarga mereka memiliki bisnis produksi pakaian.Melihat Dela yang terdiam, Darwin bertanya lagi, "Apakah muncul masalah pada dana untuk 'Selamanya Baru'?"Dela mengangguk lalu berkata sambil menghela napas, "Benar, investasi untuk film 'Selamanya Baru' gagal.""Kenapa bisa masuk ke industri perfilman? Aku juga tidak terlalu paham dengan bisnis tapi aku tahu industri ini tidak bisa disentuh," ujar Darwin dengan sedikit terkejut sambil mengernyit."Sebelumnya aku juga sudah melakukan penelitian, perusahaan perfilman itu adalah perusahaan yang terjamin tapi tetap saja…." Dela terlihat tidak berdaya dan tidak melanjutkan ucapannya lagi."Apakah Kakak Sepupu tidak berencana untuk berinvestasi di dalamnya? Apa kalian bertengkar?"Dela tersenyum canggung, suaminya memang tidak ingin membantu sehingga Dela dan keluarganya sedikit sulit untuk disegani di industri ini."Fredy
Dela yang memakai kemeja putih dan rok biru selutut turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk Grand Hill.Dia sudah bekerja di Grup Amanda ayahnya selama 1 minggu, setiap harinya hal yang dia hadapi adalah rasa sakit kepala yang sangat hebat. Karena selama ini ayah dan ibunya yang mengurus perusahaan jadi dia tidak pernah datang untuk memahami kondisi perusahaan.Setelah satu minggu di sini dia memang harus mengakui ucapan Fredy bahwa kondisi perusahaan ini benar-benar sangat kacau. Celah yang terlalu banyak di perusahaan ini sama sekali tidak bisa diselamatkan hanya dengan beberapa puluh miliar!Namun tidak peduli bagaimanapun juga, Dela tidak bisa hanya diam melihat Ayahnya yang sangat khawatir, jantung Ayahnya sudah tidak baik!Namun untuk uang itu, selama dua hari ini Dela sudah mengunjungi beberapa teman baik Ayahnya dan mereka semua menolak memberi bantuan.Untung saja masih ada Paman Ben yang sudah berjanji akan menemuinya malam ini!"Hah." Dela yang sedang menaiki tangg
Senyum di wajah Fredy yang baru saja masuk ke Hotel Houston bersama beberapa partner Eudania langsung membeku dan ekspresi wajahnya langsung berubah dingin saat melihat wanita yang sedang makan bersama dengan lelaki tua di tempat terbuka seperti ini."Asisten Rai, kamu bawa tamu ke atas dulu!" ujar Fredy dengan suara rendah, sepasang matanya terus menatap wanita cantik di meja itu."Paman Ben, coba lihat hidangan ini dibuat dengan cara terbaru. Rasanya sangat unik!" Dela mengernyit lalu menarik tangannya dengan cepat untuk menyembunyikan rasa terkejutnya.Paman Ben adalah teman lama Ayahnya, juga adalah Paman yang melihatnya tumbuh besar. Bagaimana bisa memperlakukannya seperti itu?Presdir Ben yang menerima penolakan jelas sekali tidak senang, ekspresi wajahnya langsung berubah masam, "Dela apa kamu pikir aku sudah tua dan ketinggalan zaman jadi tidak pernah makan makanan seperti ini? Atau kamu kira aku tidak punya uang untuk makan karena Grup Ben sudah akan bangkrut?""Tidak Paman B