Dela menatap sarapan yang sudah disiapkan tapi malah tidak disentuh itu, dia sedikit khawatir."Tubuh Tuan pasti tidak akan mampu bertahan!" Ibu Sinta menggeleng khawatir."Ibu Sinta, " tanya Dela dengan sungkan sambil melipat tangan di dadanya, "Ibu Sinta, bisakah aku pergi mengantar sarapan untuk Tuan? Dia selalu lupa makan saat sedang bekerja!"Dari kebiasaan setiap hari tidak sulit melihat bahwa hubungan Fredy dan Ibu Sinta lebih dekat jadi Dela ingin menanyakan pendapat Ibu Sinta."Tentu saja bisa!" Ibu Sinta mengangguk sambil tertawa, dia sangat mendukung ide Dela."Apa dia tidak akan marah?"Senyum di wajah Ibu Sinta sedikit berkurang, "Apakah kamu tidak akan pergi lagi kalau aku katakan dia akan marah?""Aku ingin pergi!" Dela melakukan ini bukan karena ingin bersikap baik supaya bisa meminjam uang tapi karena Fredy sama sekali tidak benar-benar melukainya pada malam pernikahan, karena itu Dela ingin mencoba memperbaiki hubungan mereka berdua."Kalau begitu pergi saja! Kalau k
Sejak pagi sampai sekarang isi kepalanya hanya dipenuhi oleh Dela, Fredy sendiri sama sekali tidak menyukai perasaan seperti ini. Baginya wanita hanya seperti suplemen hidup untuknya, hanya untuk hiburan saat lelah karena pulang bekerja!Tentu saja Dela tidak dikecualikan, nilai lebih Dela dibanding dengan wanita lain hanya postur tubuh Dela yang lebih menarik, wajahnya juga lebih cantik, suaranya juga terdengar lebih merdu."Benar-benar aneh sekali. Apakah keinginanmu belakangan ini tidak terpuaskan? Dengar-dengar kamu sudah memecat Jesi? Kenapa masih belum menemukan partner yang cocok?" tanya Brian penasaran, dia tidak mungkin bisa tidak datang bergosip setelah menyelesaikan pekerjaannya.Fredy mengambil cerutu di asbak lalu bersandar di kursi sambil menghisap cerutunya dengan perlahan."Wah kamu memang benar-benar tidak terpuaskan? Apa perlu aku kenalkan kepadamu beberapa wanita cantik?" ujar Brian dengan sangat gembira, "Bagaimana kalau malam nanti kita pesan sebuah PUB?""Tidak p
Brian berdiri dari kursinya lalu memperkenalkan dirinya secara resmi, "Kakak Ipar, namaku Brian Loy, hubunganku dengan Fredy adalah ….""Partner kerja, Presdir Brian tolong kamu keluar dulu. Masih ada yang harus aku kerjakan!" Fredy memotong ucapan Brian mengisyaratkan supaya Brian tidak berbicara sembarangan."Tapi aku masih belum selesai berbicara!" ujar Brian tidak senang.Tatapan mata Fredy terlihat penuh dengan ancaman peringatan, dia lalu berkata dengan nada penuh tekanan, "Ehm biaya yang kamu habiskan di Pasar Eudania itu.""Maaf Kakak Ipar, aku masih ada urusan jadi aku pergi dulu. Kita mengobrol di lain waktu saja, ada banyak cerita menarik yang ingin aku ceritakan kepadamu!" ujar Brian sambil tersenyum kepada Dela. Dia lalu segera berjalan keluar setelah selesai berkata."Kalau begitu aku juga pergi dulu!""Sudah datang kemari, duduklah sebentar!" Fredy berdiri dan berjalan menuju ke arah Dela.Dela tanpa sadar berjalan mundur, sebelumnya Fredy memiliki perasaan jijik terhad
Adegan ambigu di atas sofa itu berlangsung semakin panas, rambut Dela yang awalnya diikat itu tidak tahu sejak kapan sudah tergerai lepas.Dela yang menutup mata sekali lagi jatuh ke dalam pusaran gairah yang Fredy ciptakan, desahan-desahan yang anggun terus terdengar dari bibirnya yang merah.Jari-jarinya yang ramping memegang kulit sofa dengan erat karena perasaannya yang terus bergejolak. Sepasang kakinya yang lemah ditekuk karena gerakan kasar dari Fredy di belakang.Fredy juga tenggelam dalam kegembiraan ini, sepanjang sore kepalanya dipenuhi dengan Dela yang sangat memikatnya jadi tentu saja Fredy tidak akan menyia-nyiakan kedatangan Dela.Dorongan yang bergerak secara terus-menerus akhirnya mencapai puncaknya, Fredy mempercepat gerakan pinggangnya lalu mengangkat tubuh Dela lebih tinggi.Napas kasar dan erangan lembut terjalin dengan sangat menyakitkan serta penuh antusias, saat mereka berdua akan segera mencapai puncaknya….Brak!!"Fredy, maaf aku benar-benar sudah tahu kesala
Saat keluar dari kamar mandi, Dela melihat hanya tersisa Fredy sendiri yang sedang duduk di atas sofa sambil menggoyangkan gelas winenya dengan pelan.Dela merasa sedikit pusing melihat wine kental yang digoyang dalam gelas itu.Ekspresi wajah Fredy terlihat datar seperti hubungan penuh cinta yang tadi mereka lakukan sama sekali tidak pernah terjadi, tidak ada sedikitpun perasaan bersalah dari Fredy karena selingkuhannya datang membuat keributan."Aku pergi dulu!" pamit Dela."Kamu sudah senang?" suara Fredy terdengar tenang, "Apa kamu sudah puas karena bisa datang ke kantor tanpa seizinku?" lanjut Fredy.Semua yang Dela alami hari ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Fredy, Dela sendiri yang ingin datang kemari!"Ya, bisa melihat sisi lain dari dirimu seharusnya juga bukan hal yang buruk!" ujar Dela dengan santai bahkan dia masih tersenyum misterius."Haha, apakah kamu tidak sedih?""Sedih?" Dela tertawa dengan polos, "Tentu saja tidak, kamu sudah memberi tahu kalau aku hanya
Dela yang duduk di sudut cafe menutup bibir tidak sanggup menahan isakan tangisnya. Air matanya yang hangat masuk ke dalam sela jari dan membasahi telapak tangannya.Dalam hati Fredy, Dela hanya seorang wanita licik yang memiliki tujuan sendiri, dia sama sekali menganggap remeh Dela!Untung saja Dela masih belum mengatakan ingin meminjam uang dari Fredy, kalau tidak Dela akan merasa semakin malu.Sebuah dering ponsel yang tiba-tiba terdengar membuyarkan perasaan sedihnya.Orang yang menelepon adalah David yang sangat tidak sabar untuk menerima uang."Ayah!""Putriku bagaimana, apakah Fredy sudah setuju?'Walaupun tidak tega, Dela tetap ingin berkata jujur, "Tidak Ayah, bisakah kita pikirkan cara lain saja?""Cara lain apa lagi? Aku membutuhkan setidaknya 100 miliar!""100 miliar? Ayah kenapa banyak sekali?" Dela membelalak terkejut, "Dari mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu!""Karena itu aku memintamu untuk memohon kepada Fredy, jumlah uang sebesar ini mungkin adalah jumlah yang b
Dela sedikit tercengang, 100 miliar bukan angka yang besar? Benar juga, Darwin berasal dari keluarga kaya yang dimana keluarga mereka memiliki bisnis produksi pakaian.Melihat Dela yang terdiam, Darwin bertanya lagi, "Apakah muncul masalah pada dana untuk 'Selamanya Baru'?"Dela mengangguk lalu berkata sambil menghela napas, "Benar, investasi untuk film 'Selamanya Baru' gagal.""Kenapa bisa masuk ke industri perfilman? Aku juga tidak terlalu paham dengan bisnis tapi aku tahu industri ini tidak bisa disentuh," ujar Darwin dengan sedikit terkejut sambil mengernyit."Sebelumnya aku juga sudah melakukan penelitian, perusahaan perfilman itu adalah perusahaan yang terjamin tapi tetap saja…." Dela terlihat tidak berdaya dan tidak melanjutkan ucapannya lagi."Apakah Kakak Sepupu tidak berencana untuk berinvestasi di dalamnya? Apa kalian bertengkar?"Dela tersenyum canggung, suaminya memang tidak ingin membantu sehingga Dela dan keluarganya sedikit sulit untuk disegani di industri ini."Fredy
Dela yang memakai kemeja putih dan rok biru selutut turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk Grand Hill.Dia sudah bekerja di Grup Amanda ayahnya selama 1 minggu, setiap harinya hal yang dia hadapi adalah rasa sakit kepala yang sangat hebat. Karena selama ini ayah dan ibunya yang mengurus perusahaan jadi dia tidak pernah datang untuk memahami kondisi perusahaan.Setelah satu minggu di sini dia memang harus mengakui ucapan Fredy bahwa kondisi perusahaan ini benar-benar sangat kacau. Celah yang terlalu banyak di perusahaan ini sama sekali tidak bisa diselamatkan hanya dengan beberapa puluh miliar!Namun tidak peduli bagaimanapun juga, Dela tidak bisa hanya diam melihat Ayahnya yang sangat khawatir, jantung Ayahnya sudah tidak baik!Namun untuk uang itu, selama dua hari ini Dela sudah mengunjungi beberapa teman baik Ayahnya dan mereka semua menolak memberi bantuan.Untung saja masih ada Paman Ben yang sudah berjanji akan menemuinya malam ini!"Hah." Dela yang sedang menaiki tangg
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah
Fredy melemparkan orang yang mabuk sampai tidak bisa berdiri dengan stabil ini ke atas ranjang besar di kamar presidential suite.Julius yang sudah tidak sadarkan diri bergumam tidak jelas di atas ranjang, gerakan tangannya juga terlihat tidak jelas.Dela yang masuk setelahnya sengaja tidak menutup pintu, "Terima kasih Presdir Wijaya sudah membawa Presdir Julius kemari, aku saja yang menjaganya di sini tidak perlu merepotkan Presdir Wijaya lagi."Dela berdiri di samping pintu, mengucapkan terima kasih dengan sopan dan formal lalu meminta Fredy untuk pergi.Fredy sepertinya tidak mendengar ucapannya, dia menghembuskan napas dan berbalik menatap Dela, "Aku sedikit haus, bisakah ambilkan sedikit air untukku!"Kamar presidential suite memiliki segalanya dan akan terlihat sedikit berlebihan kalau meminta pelayan mengantarnya. Bagaimanapun juga dia sudah membawa Julius kemari, tidak peduli sebagai pacar atau bawahan Julius, Dela tidak bisa menolak permin
"Haha, tidak disangka Presdir Wijaya humoris juga!" Julius yang masih mudah hanya ikut tertawa, Fredy yang hanya mengucapkan beberapa kata kasar sudah membuat Julius merasa hubungan mereka sudah dekat.Dela sangat kesal sampai tidak bisa berbicara, sekarang dia baru tahu ternyata Julius itu sama seperti wanita lain, tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita.Julius menjawab ucapan tapi Fredy malah tidak melanjutkan pembicaraan ini, "Lebih baik kita kembali ke bisnis saja, ayo pesan makanan dulu, jangan biarkan manajernya panik! Dela, coba lihat apa yang kamu suka?"Panggilan Fredy terdengar semakin akrab, tadi dia masih memanggil Dela Amanda, lalu Nona Dela dan sekarang langsung memanggil nama Dela.Panggilan ini membuat Dela merasa tidak nyaman, atas dasar apa Fredy memanggil namanya dengan begitu akrab? Lagi pula, Dela semakin tidak suka Fredy yang mendekat sesuka hati dan menyemburkan hawa panas pada tubuh Dela.Untuk menghindari gangguan dar
Dela menatap ponselnya dengan penasaran, dia mendecak lalu menyimpan ponselnya dan membuka pintu.Melihat lampu di apartemen lantai 12 sudah menyala, Julius yang bersandar di mobil bersiap membuka pintu mobilnya.Saat ini, sebuah mobil muncul dari kegelapan melewati mobilnya sehingga hampir menabrak Julius, "Hei, apa kamu bisa menyetir atau tidak."Mobil itu langsung berhenti, pemilik mobil seolah-olah sengaja memprovokasi dengan melemparkan puntung rokok keluar lalu melaju pergi.Dela yang memakai gaun bermerek warna emas mengikuti Presdir MBS masuk ke sebuah hotel lokal yang terkenal, mereka berdua menuju sebuah ruangan pribadi di lantai dua.Ruang pribadi yang didekorasi dengan begitu megah cukup untu menampung pesta kecil berjumlah 30 orang. Di atas meja bundar yang sangat bersih terdapat sebuah lampu kuning bulat, cahaya keemasan yang lembut membuat ruangan itu terlihat lebih indah.Namun, dalam ruangan sebesar ini tidak terlihat orang lain selain mereka berdua!Dela mengernyit d