"Aku selesai. Selamat berjuang Pangeran Adam."
"Tunggu. Tidak bisakah kau menemaniku sebentar saja menemui Pangeran Laros?"Sheehan Lambert hanya menggeleng lalu menghilang di antara mobil-mobil tentara.Chika bertanya apa kelanjutannya. Adam menjawab, kalau mereka akan pergi ke istana untuk mencari tahu hasil sidang. "Memangnya tidak bisa lewat telepon? Badanku sudah gerah mau ke spa. Spa yang paling mahal di kota Wina. Tapi sebelum itu aku harus mengambil baju-bajuku dl rumah teman."Pangeran Adam memutar mata dengan jengah. Dia masih lelah setelah menggendong Chika. Nafasnya masih memburu, keringat membasahi punggungnya, bau tidak sedap tercium dari tubuhnya yang biasanya harum."Terserah kau saja Chika. Jangan salahkan aku jika tiba-tiba pasukan Daniel menembak kakimu. Kita masih buron, ingat."Mendengar itu, Chika mengurungkan niat. Keduanya lalu memesan kamar di sebuah hotel untuk membersihkan diri. Setelah menaSylvana memeluk jasad Garam. Air mata gadis itu menganak sungai sampai ke belahan dadanya. “Sayang ... Sayang .... Jangan tinggalkan aku ... ““Kamu pernah berjanji akan melihatku melaksanakan wisuda sebelum meninggal, tolong jangan mati dulu, aku masih punya banyak janji kepadamu, sayang ... “Tidak ada gunanya. Yang mati takkan hidup kembali. Hanya orang-orang tertentu yang tahu kejadian sebenarnya.***👑***Pangeran Garam telah pergi meninggalkan dunia ini. Di tengah gemerlap kota Wina, prosesi pemakamannya berlangsung khidmat. Sylvana, sang istri, berdiri di tepi makam, tubuhnya bergetar menahan isak. Matanya yang sembab menatap kosong pada liang lahat yang mulai ditutupi tanah. Hanya kerudung hitam yang melindungi wajahnya dari pandangan tamu-tamu yang terus berdatangan.Bunga-bunga segar dalam berbagai warna cerah diletakkan satu per satu di atas makam Pangeran Garam. Harumnya melati, mawar, dan lili menguar, b
Kompetisi penentuan pangeran terkuat sudah mencapai babak akhir. 2 kontestan bertahan sesuai dengan prediksi Yang Mulia Raja. “hehehe, prediksiku tepat 200 persen. Sekarang saatnya meningkatkan keseruannya.”“Beritahu Daniel dan Laros. Mulai sekarang mereka akan bermain mengikuti caraku.”Yang Mulia Raja menyeringai seram. Seseram sosok iblis yang tengah mengintai mangsa manusia.***♟️👑♟️***Kematian palsu Pangeran Garam selamanya akan jadi rahasia Daniel. Entah kapan waktu yang tepat memberitahu Karina.Daniel saat itu sedang membaca-baca daftar anggaran yang diperlukam untuk memperkuat pasukannya, lanjut membaca surat undangan dari pemimpin Cryno. Sebuah kesempatan emas bertemu pendiri organisasi Cryno yang terkenal belum pernah diganti sejak awal mula berdiri organisasi tersebut.“Menjenguk Maya, sudah. Memuaskan Karina, sudah. Apa lago yang belum kulakukan. Membaca pesan ayah.”Pangeran Daniel membuka
“Saa ... Saa ... “ Suara ular-ular mendesis. Laros dengan sigap membuang bajingan-bajingan kecil yang bergelayutan di badannya. Salah satu ular bahkan sempat menggigit lehernya. “Akh!” Pekik Laros. Dia menarik ular itu lalu membuangnya ke tanah. Tidak lupa menginjak kepala ular sampai pecah. Melihat mulut ular itu yang hitam pekat, Laros bergumam, “Black Mamba? Sejak kapan jenis ini ada di Austria?” “Ohh ternyata begitu. Ternyata Daniel juga menyabotase tempat ini. Tidak sudi aku sepemikiran dengan penjahat itu.” Laros menghentakkan kaki ke tanah, membunuh satu lagi ular yang masih hidup. Sudah telat kalau mau membidik ke atas ranting sana. Apapun itu, pastilah sudah pergi. “Aku harus lebih berhati-hati.” Radar pelacak panas menunjukkan hawa panas yang mungkin adalah Daniel, berkumpul di ujung hutan. Entah bagaimana dia bisa sampai ke ujung hutan secepat it
Laros masih melawan saat perutnya tertembus pisau Daniel. “Kalau kau mau membunuhku lakukan sekarang.” Tantang Laros. Darah segar menyembur dari mulutnya. “Maaf Laros. Aku akan membunuhmu di akhir Death Match ketiga.” Buk! Daniel mendorong pisaunya. Laros pun oleng dan tumbang. Kalau pisau itu dicabut, jika lukanya tidak segera ditutup maka Laros akan mati kehabisan darah. “Arghh ... Arghh ... “ “Tutup mulutmu. Kau mendesah seperti babi betina yang mau melahirkan.” Ketus Daniel. Tidak banyak cakap, Daniel meninggalkan Laros yang sekarat. Tidak jauh Daniel berjalan, tiba-tiba saja hutan itu bergerak. Daniel tiba-tiba saja sampai di pinggir hutan. “apa yang terjadi barusan? Kenapa aku merasa gempa bumi itu mengubah geografi hutan ini?” gumam Daniel. Otaknya tidak bisa mencerna kejadian barusan. “Gempa bumi tadi juga sempat kurasakan saat kabur dari kejaran Laros. Apa mungkin ... Aku sampai di ujung
Reuni mewah digelar di ruang santai kantor Daniel. “Apa kamu pernah mengalami kecelakaan sebelumnya? Mungkin kepalamu pernah mengalami luka?” “Tidak, tidak, aku baik-baik, aku yakin.” Jawab Branchette spontan. Pangeran Daniel menuangkan kopi susu ke gelas, lalu menyuguhkannya ke Branchette. Branchette merasa tidak nyaman saat Daniel menuangkan minuman untuknya, “anda tidak perlu menuangkan minuman untuk saya. Harusnya saya yang—“ Daniel menempelkan jari telunjuk ke bibir. Branchette semakin berdebar-debar menerima satu persatu perlakuan istimewa dari pangeran yang tampannya tiada duanya itu. Setelah menuangkan minuman, membagikan kudapan, dan menyerahkan segelas bir untuk bersulang, Daniel membuka obrolan. Nada bicaranya terjaga lembut, mengingatkanku saat dia bicara dengan Karina. “minum!” Daniel sedikit memaksa karena Branchette terus menolak barang pemberiannya. “gluk! Gluk!” Branchette minum dengan cepa
Samar-samar terdengar tangisan dari dalam bangunan bagus itu. Shaggy mendekat perlahan-lahan, menempelkan telinga di dinding bercat kuning keemasan yang memantulkan cahaya matahari.Sambil bertahan dari sengatan matahari yang membakar wajah, pendengaran Shaggy semakin jelas. Memang benar ada suara tangisan seseorang yang pilu dan menyayat hati. “Haruskah aku mengecek ke dalam?” Otak dan hati nurani Shaggy mengatakan hal yang berbeda.“Aku akan mengikuti hati nuraniku.” Shaggy memutuskan memeriksa bangunan yang menurutnya mencurigakan itu. Janjinya pada pangeran Daniel mencegahnya menggunakan bahan kimia untuk menembus tembok.Shaggy memilih masuk lewat pintu belakang yang tidak dijaga orang. Dua ekor anjing pelacak dan dua ekor anjing pemburu mengikuti setiap langkahnya. Di dalam bangunan yang tidak bisa ditebak, Shaggy dan anjing-anjingnya bergerak perlahan disertai kewaspadaan tingkat tinggi.Jantungnya berdebar-debar, hatinya bertanya-tanya, kemana orang-orang
Shaggy menghindar dengan gesit sambil balas menembak. Pertempuran lagi-lagi meletus. Shaggy berlindung di belakang gerobak yang tidak aman. “aku harus meminta bantuan. Siapa sangka setelah lama tidak tersentuh pemerintah, kota mati ini menjadi sarang gangster-gangster kejam.”Perutnya terasa melilit. Pemandangan tadi benar-benar membuatnya trauma. Bisa-bisanya mereka membunuh bayi baru lahir untuk dimakan. Perbuatan yang pantas disetarakan dengan kejahatan iblis. “takkan kubiarkan mereka hidup. Tak akan pernah!”Granat menggelinding di sebelahnya. Gesit dia menghindar dan menghindar di belakang kolam air mancur. Shaggy bukan member Special Force tipe petarung, dia ini lebih ke peran pendukung dan pembunuhan dengan jebakan. Menghadapi musuh secara langsung tidak termasuk keahlian terbaiknya.Musuh yang datang semakin banyak. 5 menjadi 10, 10 jadi 20, 20 jadi 30 dengan sangat cepat. Shaggy harus cepat berpindah tempat jika tidak dia akan terkepung dan mati dihujani tima
Shaggy berdiri berdampingan dengan Jaina Branchette. Apapun itu Shaggy akan tahu apa yang terjadi dari Jaina setelah ini. “Kalian berdua melakukan kesalahan besar dengan datang kemari. Aku Big Father Eurasia akan mengambil nyawa kalian hari ini,” ucap pria itu dengan kemarahan memuncak. “Jangan banyak bicara manusia topeng. Aku datang untuk membantu si kurus menghentikan praktik eksperimen manusia ilegal yang kelompokmu jalankan.”kata Jaina Branchette dengan lantang. Api semangat berkobar di matanya. “Hei! Kau yakin bisa mengalahkannya? Anda kan... Bukan petarung, nona Branchette,” Seloroh Shaggy. Jaina Branchette tertawa geli. Dia berkata, “kau masih belum sadar aku ini siapa? Aku bukan Jaina Branchette. Aku hanya menggunakan identitas dia.” “sudah kuduga! Kau bukan nona Branchette!” kata Shaggy berusaha bersikap sok pintar dan sok menebak. “Cukup! Beraninya kalian mengobrol di depanku. Anak-anak, serang!!!!” seru pr