“Saa ... Saa ... “ Suara ular-ular mendesis.
Laros dengan sigap membuang bajingan-bajingan kecil yang bergelayutan di badannya. Salah satu ular bahkan sempat menggigit lehernya. “Akh!” Pekik Laros. Dia menarik ular itu lalu membuangnya ke tanah. Tidak lupa menginjak kepala ular sampai pecah. Melihat mulut ular itu yang hitam pekat, Laros bergumam, “Black Mamba? Sejak kapan jenis ini ada di Austria?” “Ohh ternyata begitu. Ternyata Daniel juga menyabotase tempat ini. Tidak sudi aku sepemikiran dengan penjahat itu.” Laros menghentakkan kaki ke tanah, membunuh satu lagi ular yang masih hidup. Sudah telat kalau mau membidik ke atas ranting sana. Apapun itu, pastilah sudah pergi. “Aku harus lebih berhati-hati.” Radar pelacak panas menunjukkan hawa panas yang mungkin adalah Daniel, berkumpul di ujung hutan. Entah bagaimana dia bisa sampai ke ujung hutan secepat itLaros masih melawan saat perutnya tertembus pisau Daniel. “Kalau kau mau membunuhku lakukan sekarang.” Tantang Laros. Darah segar menyembur dari mulutnya. “Maaf Laros. Aku akan membunuhmu di akhir Death Match ketiga.” Buk! Daniel mendorong pisaunya. Laros pun oleng dan tumbang. Kalau pisau itu dicabut, jika lukanya tidak segera ditutup maka Laros akan mati kehabisan darah. “Arghh ... Arghh ... “ “Tutup mulutmu. Kau mendesah seperti babi betina yang mau melahirkan.” Ketus Daniel. Tidak banyak cakap, Daniel meninggalkan Laros yang sekarat. Tidak jauh Daniel berjalan, tiba-tiba saja hutan itu bergerak. Daniel tiba-tiba saja sampai di pinggir hutan. “apa yang terjadi barusan? Kenapa aku merasa gempa bumi itu mengubah geografi hutan ini?” gumam Daniel. Otaknya tidak bisa mencerna kejadian barusan. “Gempa bumi tadi juga sempat kurasakan saat kabur dari kejaran Laros. Apa mungkin ... Aku sampai di ujung
Reuni mewah digelar di ruang santai kantor Daniel. “Apa kamu pernah mengalami kecelakaan sebelumnya? Mungkin kepalamu pernah mengalami luka?” “Tidak, tidak, aku baik-baik, aku yakin.” Jawab Branchette spontan. Pangeran Daniel menuangkan kopi susu ke gelas, lalu menyuguhkannya ke Branchette. Branchette merasa tidak nyaman saat Daniel menuangkan minuman untuknya, “anda tidak perlu menuangkan minuman untuk saya. Harusnya saya yang—“ Daniel menempelkan jari telunjuk ke bibir. Branchette semakin berdebar-debar menerima satu persatu perlakuan istimewa dari pangeran yang tampannya tiada duanya itu. Setelah menuangkan minuman, membagikan kudapan, dan menyerahkan segelas bir untuk bersulang, Daniel membuka obrolan. Nada bicaranya terjaga lembut, mengingatkanku saat dia bicara dengan Karina. “minum!” Daniel sedikit memaksa karena Branchette terus menolak barang pemberiannya. “gluk! Gluk!” Branchette minum dengan cepa
Samar-samar terdengar tangisan dari dalam bangunan bagus itu. Shaggy mendekat perlahan-lahan, menempelkan telinga di dinding bercat kuning keemasan yang memantulkan cahaya matahari.Sambil bertahan dari sengatan matahari yang membakar wajah, pendengaran Shaggy semakin jelas. Memang benar ada suara tangisan seseorang yang pilu dan menyayat hati. “Haruskah aku mengecek ke dalam?” Otak dan hati nurani Shaggy mengatakan hal yang berbeda.“Aku akan mengikuti hati nuraniku.” Shaggy memutuskan memeriksa bangunan yang menurutnya mencurigakan itu. Janjinya pada pangeran Daniel mencegahnya menggunakan bahan kimia untuk menembus tembok.Shaggy memilih masuk lewat pintu belakang yang tidak dijaga orang. Dua ekor anjing pelacak dan dua ekor anjing pemburu mengikuti setiap langkahnya. Di dalam bangunan yang tidak bisa ditebak, Shaggy dan anjing-anjingnya bergerak perlahan disertai kewaspadaan tingkat tinggi.Jantungnya berdebar-debar, hatinya bertanya-tanya, kemana orang-orang
Shaggy menghindar dengan gesit sambil balas menembak. Pertempuran lagi-lagi meletus. Shaggy berlindung di belakang gerobak yang tidak aman. “aku harus meminta bantuan. Siapa sangka setelah lama tidak tersentuh pemerintah, kota mati ini menjadi sarang gangster-gangster kejam.”Perutnya terasa melilit. Pemandangan tadi benar-benar membuatnya trauma. Bisa-bisanya mereka membunuh bayi baru lahir untuk dimakan. Perbuatan yang pantas disetarakan dengan kejahatan iblis. “takkan kubiarkan mereka hidup. Tak akan pernah!”Granat menggelinding di sebelahnya. Gesit dia menghindar dan menghindar di belakang kolam air mancur. Shaggy bukan member Special Force tipe petarung, dia ini lebih ke peran pendukung dan pembunuhan dengan jebakan. Menghadapi musuh secara langsung tidak termasuk keahlian terbaiknya.Musuh yang datang semakin banyak. 5 menjadi 10, 10 jadi 20, 20 jadi 30 dengan sangat cepat. Shaggy harus cepat berpindah tempat jika tidak dia akan terkepung dan mati dihujani tima
Shaggy berdiri berdampingan dengan Jaina Branchette. Apapun itu Shaggy akan tahu apa yang terjadi dari Jaina setelah ini. “Kalian berdua melakukan kesalahan besar dengan datang kemari. Aku Big Father Eurasia akan mengambil nyawa kalian hari ini,” ucap pria itu dengan kemarahan memuncak. “Jangan banyak bicara manusia topeng. Aku datang untuk membantu si kurus menghentikan praktik eksperimen manusia ilegal yang kelompokmu jalankan.”kata Jaina Branchette dengan lantang. Api semangat berkobar di matanya. “Hei! Kau yakin bisa mengalahkannya? Anda kan... Bukan petarung, nona Branchette,” Seloroh Shaggy. Jaina Branchette tertawa geli. Dia berkata, “kau masih belum sadar aku ini siapa? Aku bukan Jaina Branchette. Aku hanya menggunakan identitas dia.” “sudah kuduga! Kau bukan nona Branchette!” kata Shaggy berusaha bersikap sok pintar dan sok menebak. “Cukup! Beraninya kalian mengobrol di depanku. Anak-anak, serang!!!!” seru pr
Satu, dua, tiga ... Tujuh manusia dikumpulkan di dalam sebuah tong besar. Eksperimen manusia dimulai. “Percobaan ke 1044 gagal. Ambil subjek berikutnya.”“Oh kali ini ada anak kecil? Masukkan dia!”Mesin mirip pengaduk semen raksasa itu kembali bergetar.“Percobaan ke 1045 gagal.”Coretan pulpen menandai berakhirnya seluruh aktivitas eksperimental hari itu. Pria yang dikenal sebagai penjaga lantai 2 itu menutup bukunya, melepaskan jaket putih yang selalu dia kenakan sepanjang waktu.Ada rasa bosan bercampur frustasi di hatinya. “1045 kali percobaan ... Sekali percobaan melibatkan 7 sampai 10 jiwa. Jumlah korban eksperimen ini sudah mencapai 7500 orang kalau dibulatkan, dan aku belum mendapatkan hasil yang sama bagusnya seperti Dewa Perang Michael Schumahal.” Gerutu pria itu.Panas di hatinya semakin membara ketika dia tahu lantai teratas diinvasi oleh pasukan Pangeran Daniel. “anjing-anjing pemerintah. Lagi-lagi mereka ... Bahkan sekarang Daniel R
Shaggy dan Mimika kembali ke markas besar di tepi kota Wina. Ajaib, Pangeran Daniel dan istrinya sedang ada disana. Ini pertemuan pertama Karina dengan Mimika. Kedua wanita itu punya wajah yang sangat mirip. Daniel menggaruk kepalanya. Dia baru sadar istrinya sangat mirip dengan bawahan satu itu.“Siapa nama kamu?” Tanya Karina.“Mimika.” Jawab Mimika tenang.“Maksudku nama asli.”“Sleeping Beauty.”Mimika tersipu saat menyebutkan nama aslinya yang unik. Karina melihat berkas-berkas milik member Special Force. Tergelak hatinya melihat nama Sleeping Beauty di salah satu sampul berkas itu. Karina tidak percaya nama asli Mimika adalah Sleeping Beauty, makanya dia bertanya langsung.“Sleeping Beauty. Orang tuamu punya selera yang lucu,” kata Karina bercanda.Rona merah menguasai wajah Mimika. Gadis itu sudah melupakan kekesalannya, berganti rasa malu dan rendah diri di hadapan Karina. Shaggy ingin membantu tapi segan pada Karina. “biarlah M
Belakangan terungkap sebuah fakta kelam. Kejadian mengerikan di rumah salah satu pangeran yang berakibat terpanggangnya beberapa manusia. Kejadian yang berselimut misteri itu akhirnya mulai terbongkar. Berkat analisis Permaisuri Prim yang tajam, dan pengalamannya ketika berhadapan dengan sosok permaisuri paling misterius, Prim menyimpulkan temuannya dalam satu catatan kecil.“Permaisuri Karina menggunakan teknik kontrol pikiran ke pelayan dan pembantu anda. Teknik kontrol pikirannya kemungkinan sangat tinggi sehingga pelayan dan pembantu anda bertingkah seperti orang gila, bahkan cenderung tidak bisa merasakan sakit saat membawa tabung gas yang terbakar.”Terdengar sangat tidak masuk akal. Permaisuri Prim tidak menuliskan lebih banyak. Memberi kebebasan pada Hendrik untuk bergerak atau diam. Merasa bimbang, Hendrik pun mendatangi istrinya, “Sayang, kamu pernah dekat dengan Permaisuri Karina, apa kamu pernah merasakan sesuatu yang aneh, seperti merasa terhipnotis olehnya?”