Pasukan Daniel akhirnya berhasil menggapai istana benteng setelah istana kehabisan misil untuk ditembakkan. Pangeran Adam sudah kalah sekarang. Yang tersisa darinya hanya sebuah pasukan kecil yang melindungi kabin hutan. Pangeran Laros tidak bisa tidak tertawa menyaksikan kekalahan Adam yang memalukan. “Untung aku memutuskan hubungan dengannya tepat waktu.”
“Sayang, aku merasa tidak enak badan ... “ Kata Permaisuri Prim, desahan kecil keluar dari mulutnya. “Kalau kamu sakit pergilah ke ruangan dokter. Penyakit sekecil apapun tidak boleh dilestarikan. Pergilah!” Perintah Laros dibalas anggukan kepala oleh Prim. Berjumpalah Prim dengan dokter pribadinya, Sena namanya, dia seorang mantan tentara dan juga sahabat Prim sejak di militer dahulu. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Sena terkejut karena menemukan sebuah kail pancing tersangkut di tenggorokan Permaisuri Prim. “Bagaimana bisa kail pancing tersangkut di tenggorokanmu? Apa kamu tidak sengajWajah Permaisuri Lydia masam tidak tertahankan. Daniel tidak mengizinkannya bertemu cucunya. Karina juga tidak. Intinya Permaisuri Lydia harus mendapatkan izin dari orang tua Maya kalau mau bertemu bayi kecil itu. Suasana menjadi tegang saat cara bicara Permaisuri Lydia kembali seperti sedia kala. Berat dan kasar. "Kamu yakin tidak memberiku izin?" Suara Permaisuri Lydia terdengar penuh penekanan. "Perintah suami saya sama tingginya dengan perintah Yang Mulia Raja." Jawab Karina dengan senyum mengembang. "Ya sudah. Aku takkan memaksa kalian. Aku juga takkan memaksa kamu untuk menerima barang pemberianku." "Syukurlah anda mengerti. Saya tidak akan menerimanya." Kesal dengan ucapan Karina yang tidak mengenal sopan santun, salah satu dari dua ksatria mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Emosinya makin memuncak saat Karina dengan menantangnya, "Kau ksatria pelindung ibu mertua kan? Apa kau akan diam saj
Di tengah hutan yang rimbun, suara langkah kaki menggema di antara pepohonan. Daun-daun kering yang terinjak hancur berkeping-keping, menciptakan irama alam yang berpadu dengan hembusan angin. Cabang-cabang kecil terhempas, memantul ke udara seiring dengan gerakan cepat yang melewati mereka.Adam terus berteriak, kadang setengah berbisik, meminta Chika jangan manja dan terus berlari sampai ke tempat aman. Dewa Perang Sheehan Lambert turut mengingatkan konsekuensi apabila tertangkap di hutan ini. “Kamu sudah lihat yang terjadi pada Permaisuri Lucafritz. Bukan tidak mungkin kamu jadi korban berikutnya.”Secara mengejutkan Pangeran Adam menawarkan punggungnya pada Chika. “Naiklah, aku akan membawamu ke tempat yang aman.” Untuk sesaat Chika merasa dunianya runtuh. Adam yang dia kira hanya mementingkan dirinya sendiri ternyata bisa juga menawarkan diri untuk membantunya.Chika memilih naik ke punggung Adam soalnya mereka berdua terlalu cepat. Kejutan lainnya, ternyata sela
"Aku selesai. Selamat berjuang Pangeran Adam.""Tunggu. Tidak bisakah kau menemaniku sebentar saja menemui Pangeran Laros?"Sheehan Lambert hanya menggeleng lalu menghilang di antara mobil-mobil tentara.Chika bertanya apa kelanjutannya. Adam menjawab, kalau mereka akan pergi ke istana untuk mencari tahu hasil sidang. "Memangnya tidak bisa lewat telepon? Badanku sudah gerah mau ke spa. Spa yang paling mahal di kota Wina. Tapi sebelum itu aku harus mengambil baju-bajuku dl rumah teman."Pangeran Adam memutar mata dengan jengah. Dia masih lelah setelah menggendong Chika. Nafasnya masih memburu, keringat membasahi punggungnya, bau tidak sedap tercium dari tubuhnya yang biasanya harum."Terserah kau saja Chika. Jangan salahkan aku jika tiba-tiba pasukan Daniel menembak kakimu. Kita masih buron, ingat."Mendengar itu, Chika mengurungkan niat. Keduanya lalu memesan kamar di sebuah hotel untuk membersihkan diri. Setelah mena
Sylvana memeluk jasad Garam. Air mata gadis itu menganak sungai sampai ke belahan dadanya. “Sayang ... Sayang .... Jangan tinggalkan aku ... ““Kamu pernah berjanji akan melihatku melaksanakan wisuda sebelum meninggal, tolong jangan mati dulu, aku masih punya banyak janji kepadamu, sayang ... “Tidak ada gunanya. Yang mati takkan hidup kembali. Hanya orang-orang tertentu yang tahu kejadian sebenarnya.***👑***Pangeran Garam telah pergi meninggalkan dunia ini. Di tengah gemerlap kota Wina, prosesi pemakamannya berlangsung khidmat. Sylvana, sang istri, berdiri di tepi makam, tubuhnya bergetar menahan isak. Matanya yang sembab menatap kosong pada liang lahat yang mulai ditutupi tanah. Hanya kerudung hitam yang melindungi wajahnya dari pandangan tamu-tamu yang terus berdatangan.Bunga-bunga segar dalam berbagai warna cerah diletakkan satu per satu di atas makam Pangeran Garam. Harumnya melati, mawar, dan lili menguar, b
Kompetisi penentuan pangeran terkuat sudah mencapai babak akhir. 2 kontestan bertahan sesuai dengan prediksi Yang Mulia Raja. “hehehe, prediksiku tepat 200 persen. Sekarang saatnya meningkatkan keseruannya.”“Beritahu Daniel dan Laros. Mulai sekarang mereka akan bermain mengikuti caraku.”Yang Mulia Raja menyeringai seram. Seseram sosok iblis yang tengah mengintai mangsa manusia.***♟️👑♟️***Kematian palsu Pangeran Garam selamanya akan jadi rahasia Daniel. Entah kapan waktu yang tepat memberitahu Karina.Daniel saat itu sedang membaca-baca daftar anggaran yang diperlukam untuk memperkuat pasukannya, lanjut membaca surat undangan dari pemimpin Cryno. Sebuah kesempatan emas bertemu pendiri organisasi Cryno yang terkenal belum pernah diganti sejak awal mula berdiri organisasi tersebut.“Menjenguk Maya, sudah. Memuaskan Karina, sudah. Apa lago yang belum kulakukan. Membaca pesan ayah.”Pangeran Daniel membuka
“Saa ... Saa ... “ Suara ular-ular mendesis. Laros dengan sigap membuang bajingan-bajingan kecil yang bergelayutan di badannya. Salah satu ular bahkan sempat menggigit lehernya. “Akh!” Pekik Laros. Dia menarik ular itu lalu membuangnya ke tanah. Tidak lupa menginjak kepala ular sampai pecah. Melihat mulut ular itu yang hitam pekat, Laros bergumam, “Black Mamba? Sejak kapan jenis ini ada di Austria?” “Ohh ternyata begitu. Ternyata Daniel juga menyabotase tempat ini. Tidak sudi aku sepemikiran dengan penjahat itu.” Laros menghentakkan kaki ke tanah, membunuh satu lagi ular yang masih hidup. Sudah telat kalau mau membidik ke atas ranting sana. Apapun itu, pastilah sudah pergi. “Aku harus lebih berhati-hati.” Radar pelacak panas menunjukkan hawa panas yang mungkin adalah Daniel, berkumpul di ujung hutan. Entah bagaimana dia bisa sampai ke ujung hutan secepat it
Laros masih melawan saat perutnya tertembus pisau Daniel. “Kalau kau mau membunuhku lakukan sekarang.” Tantang Laros. Darah segar menyembur dari mulutnya. “Maaf Laros. Aku akan membunuhmu di akhir Death Match ketiga.” Buk! Daniel mendorong pisaunya. Laros pun oleng dan tumbang. Kalau pisau itu dicabut, jika lukanya tidak segera ditutup maka Laros akan mati kehabisan darah. “Arghh ... Arghh ... “ “Tutup mulutmu. Kau mendesah seperti babi betina yang mau melahirkan.” Ketus Daniel. Tidak banyak cakap, Daniel meninggalkan Laros yang sekarat. Tidak jauh Daniel berjalan, tiba-tiba saja hutan itu bergerak. Daniel tiba-tiba saja sampai di pinggir hutan. “apa yang terjadi barusan? Kenapa aku merasa gempa bumi itu mengubah geografi hutan ini?” gumam Daniel. Otaknya tidak bisa mencerna kejadian barusan. “Gempa bumi tadi juga sempat kurasakan saat kabur dari kejaran Laros. Apa mungkin ... Aku sampai di ujung
Reuni mewah digelar di ruang santai kantor Daniel. “Apa kamu pernah mengalami kecelakaan sebelumnya? Mungkin kepalamu pernah mengalami luka?” “Tidak, tidak, aku baik-baik, aku yakin.” Jawab Branchette spontan. Pangeran Daniel menuangkan kopi susu ke gelas, lalu menyuguhkannya ke Branchette. Branchette merasa tidak nyaman saat Daniel menuangkan minuman untuknya, “anda tidak perlu menuangkan minuman untuk saya. Harusnya saya yang—“ Daniel menempelkan jari telunjuk ke bibir. Branchette semakin berdebar-debar menerima satu persatu perlakuan istimewa dari pangeran yang tampannya tiada duanya itu. Setelah menuangkan minuman, membagikan kudapan, dan menyerahkan segelas bir untuk bersulang, Daniel membuka obrolan. Nada bicaranya terjaga lembut, mengingatkanku saat dia bicara dengan Karina. “minum!” Daniel sedikit memaksa karena Branchette terus menolak barang pemberiannya. “gluk! Gluk!” Branchette minum dengan cepa