“Khi khi khi, biar tahu rasa perempuan itu!” suara tawa dingin memenuhi ruangan, menciptakan suasana mencekam yang membuat siapapun merinding.
“Biar patah tulang sekalian. Prim Cerisku memang hebat. Tidak salah memercayai dia.” Suara itu penuh dengan kepuasan sadis, seakan menikmati penderitaan yang ditimpakan. Permaisuri Prim menyentil dahi Karina dengan jari-jarinya yang dingin, lalu tanpa ampun menduduki perutnya dengan kencang. Karina terkejut, napasnya tersengal-sengal, rasa sakit menyebar cepat dari perut ke seluruh tubuhnya. “Kenapa ... Sakit?” tanya Permaisuri Prim dengan senyum sinis, menatap Karina dengan tatapan yang menakutkan. “Tentu saja sakit wanita gila!” teriak Karina, suaranya serak dan penuh dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan menambah beban rasa sakit yang ia rasakan. Karina terbaring di lantai, tubuhnya gemetar, air mata mengalir tanpa hentSehari sebelum kepulangan mereka ke Austria, Pangeran Daniel sempat memperkenalkan Karina dengan keluarga Pangeran kedua. Pangeran kedua adalah musuh terkuat Daniel dalam perang ini. Pangeran Laros adalah anak angkat satu-satunya dari keluarga Roches. Dua puluh lima tahun yang lalu, Yang Mulia Alphonse Roches menemukannya di reruntuhan sebuah desa di Timur Tengah dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Pangeran Laros memiliki keahlian luar biasa di bidang Human Capital. Dia juga berbakat dalam berbagai aspek terkait, seperti pengembangan sumber daya manusia, perencanaan strategis, manajemen bakat, pelatihan dan pengembangan, serta evaluasi kinerja. “Dia kuat dan menyebalkan. Satu lagi. Dia punya istri yang tidak kalah menyusahkan bernama Prim Ceris. Perempuan mantan abdi militer itu pernah melempariku dengan batu dan tidak mengakuinya.” Daniel menceritakan betapa menyebabkannya Permaisuri Prim itu. Pernah suatu hari, Daniel ingin membalas pe
Daniel meremas tinjunya. Emosinya tertahan di tenggorokan saat melihat Karina tersenyum meski badannya penuh luka lebam.“Gila perempuan itu. Bagaimana bisa pukulan dan tendangannya membuat tubuhmu membiru?”Daniel mengelus rambut Karina. Pengobatan terbaik sudah diberikan untuk mengobati tubuhnya. Salep dan obat-obatan oles lainnya akan mengobati luka fisik tapi tidak ada yang bisa mengobati luka dalam. Karina tidak akan mau menerima atau menantang Prim bertarung di matras lagi setelah mengetahui kekuatan pukulannya.“Sekarang apa Karina?” tanya Daniel penasaran.“Kamu sudah mendapatkan nomor telepon Prim, kami sudah saling menyimpan nomor, sekarang kita tunggu dia menelepon.”Saat Karina menunggu, datang kabar dari Darina Fallen City kalau mereka kedatangan tamu eksklusif dari organisasi super raksasa. “Benarkah, siapa orang-orang itu?”“APA!!!! Pasangan Goldons mengunjungi Darina?? Pasangan kolektor emas itu?? Aku segera kesana.” Karina hampir pings
Pangeran Adam baru saja menerima laporan dari tim penyidik. Amarahnya memuncak menyadari dirinya tertipu dan sudah membuang-buang puluhan misil untuk menembaki hologram.“Cari sumber hologramnya! Pasti ada sebuah robot yang menciptakan dan mempertahankan ilusi itu.” Prediksi Pangeran Adam berakhir tepat. Tim penyidik menemukan robot laba-laba pencipta ilusi tengah bersembunyi di dalam galian tanah.“Hancurkan semua robot yang kalian temukan! Jangan sisakan satu pun. Jangan melakukan kecurangan seperti kleptomania, awas saja kalau ada yang berani membawa pulang robot itu barang hanya suku cadangnya!”Pembersihan dilakukan secepat mungkin. Beberapa robot hologram terlihat masih eksis di luar wilayah mereka. Mereka menari dengan dua kaki di bawah, dua kaki di tengah melambai-lambai dan dua kaki teratas berputar seperti bor. Guna kaki teratas itu adalah menarik perhatian musuh-musuh mereka.“Tut ... Tut ... Dam ... Dam ... Dor ... Dor ... Bodoh ... Bodoh ... ” demiki
Pasukan Daniel akhirnya berhasil menggapai istana benteng setelah istana kehabisan misil untuk ditembakkan. Pangeran Adam sudah kalah sekarang. Yang tersisa darinya hanya sebuah pasukan kecil yang melindungi kabin hutan. Pangeran Laros tidak bisa tidak tertawa menyaksikan kekalahan Adam yang memalukan. “Untung aku memutuskan hubungan dengannya tepat waktu.” “Sayang, aku merasa tidak enak badan ... “ Kata Permaisuri Prim, desahan kecil keluar dari mulutnya. “Kalau kamu sakit pergilah ke ruangan dokter. Penyakit sekecil apapun tidak boleh dilestarikan. Pergilah!” Perintah Laros dibalas anggukan kepala oleh Prim. Berjumpalah Prim dengan dokter pribadinya, Sena namanya, dia seorang mantan tentara dan juga sahabat Prim sejak di militer dahulu. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Sena terkejut karena menemukan sebuah kail pancing tersangkut di tenggorokan Permaisuri Prim. “Bagaimana bisa kail pancing tersangkut di tenggorokanmu? Apa kamu tidak sengaj
Wajah Permaisuri Lydia masam tidak tertahankan. Daniel tidak mengizinkannya bertemu cucunya. Karina juga tidak. Intinya Permaisuri Lydia harus mendapatkan izin dari orang tua Maya kalau mau bertemu bayi kecil itu. Suasana menjadi tegang saat cara bicara Permaisuri Lydia kembali seperti sedia kala. Berat dan kasar. "Kamu yakin tidak memberiku izin?" Suara Permaisuri Lydia terdengar penuh penekanan. "Perintah suami saya sama tingginya dengan perintah Yang Mulia Raja." Jawab Karina dengan senyum mengembang. "Ya sudah. Aku takkan memaksa kalian. Aku juga takkan memaksa kamu untuk menerima barang pemberianku." "Syukurlah anda mengerti. Saya tidak akan menerimanya." Kesal dengan ucapan Karina yang tidak mengenal sopan santun, salah satu dari dua ksatria mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Emosinya makin memuncak saat Karina dengan menantangnya, "Kau ksatria pelindung ibu mertua kan? Apa kau akan diam saj
Di tengah hutan yang rimbun, suara langkah kaki menggema di antara pepohonan. Daun-daun kering yang terinjak hancur berkeping-keping, menciptakan irama alam yang berpadu dengan hembusan angin. Cabang-cabang kecil terhempas, memantul ke udara seiring dengan gerakan cepat yang melewati mereka.Adam terus berteriak, kadang setengah berbisik, meminta Chika jangan manja dan terus berlari sampai ke tempat aman. Dewa Perang Sheehan Lambert turut mengingatkan konsekuensi apabila tertangkap di hutan ini. “Kamu sudah lihat yang terjadi pada Permaisuri Lucafritz. Bukan tidak mungkin kamu jadi korban berikutnya.”Secara mengejutkan Pangeran Adam menawarkan punggungnya pada Chika. “Naiklah, aku akan membawamu ke tempat yang aman.” Untuk sesaat Chika merasa dunianya runtuh. Adam yang dia kira hanya mementingkan dirinya sendiri ternyata bisa juga menawarkan diri untuk membantunya.Chika memilih naik ke punggung Adam soalnya mereka berdua terlalu cepat. Kejutan lainnya, ternyata sela
"Aku selesai. Selamat berjuang Pangeran Adam.""Tunggu. Tidak bisakah kau menemaniku sebentar saja menemui Pangeran Laros?"Sheehan Lambert hanya menggeleng lalu menghilang di antara mobil-mobil tentara.Chika bertanya apa kelanjutannya. Adam menjawab, kalau mereka akan pergi ke istana untuk mencari tahu hasil sidang. "Memangnya tidak bisa lewat telepon? Badanku sudah gerah mau ke spa. Spa yang paling mahal di kota Wina. Tapi sebelum itu aku harus mengambil baju-bajuku dl rumah teman."Pangeran Adam memutar mata dengan jengah. Dia masih lelah setelah menggendong Chika. Nafasnya masih memburu, keringat membasahi punggungnya, bau tidak sedap tercium dari tubuhnya yang biasanya harum."Terserah kau saja Chika. Jangan salahkan aku jika tiba-tiba pasukan Daniel menembak kakimu. Kita masih buron, ingat."Mendengar itu, Chika mengurungkan niat. Keduanya lalu memesan kamar di sebuah hotel untuk membersihkan diri. Setelah mena
Sylvana memeluk jasad Garam. Air mata gadis itu menganak sungai sampai ke belahan dadanya. “Sayang ... Sayang .... Jangan tinggalkan aku ... ““Kamu pernah berjanji akan melihatku melaksanakan wisuda sebelum meninggal, tolong jangan mati dulu, aku masih punya banyak janji kepadamu, sayang ... “Tidak ada gunanya. Yang mati takkan hidup kembali. Hanya orang-orang tertentu yang tahu kejadian sebenarnya.***👑***Pangeran Garam telah pergi meninggalkan dunia ini. Di tengah gemerlap kota Wina, prosesi pemakamannya berlangsung khidmat. Sylvana, sang istri, berdiri di tepi makam, tubuhnya bergetar menahan isak. Matanya yang sembab menatap kosong pada liang lahat yang mulai ditutupi tanah. Hanya kerudung hitam yang melindungi wajahnya dari pandangan tamu-tamu yang terus berdatangan.Bunga-bunga segar dalam berbagai warna cerah diletakkan satu per satu di atas makam Pangeran Garam. Harumnya melati, mawar, dan lili menguar, b