Pangeran Adam baru saja menyelesaikan buku The Whispering Sea karya penulis Leyka Edmund. Buku itu memberinya ide cara melenyapkan jasad Claire yang sudah terbujur kaku di atas meja kerjanya.
“Dasar jurnalis. Mereka pandai sekali mendramatisir kematian tokohnya jadi sangat menyedihkan. Padahal kalau dibandingkan, kematian gadis ini jauh lebih tragis dan menyayat hati. Walau aku sendiri yang membunuhnya sih.” Pangeran Adam nyengir kuda. Tatapannya tajam menyelidik ke sekujur tubuh Claire, mengira dengan melakukan itu, arwah Claire yang sudah pergi ke alam sana akan merasakan ketakutan. Pangeran Adam sangat kesal. Kesal karena Claire tidak mau menjerit selama dia siksa. Bagi seorang algojo seperti Adam, korban yang tidak berteriak saat dieksekusi adalah yang paling menakutkan. “Akan kupastikan mayatmu tak bisa ditemukan oleh siapapun. Aku takkan menenggelamkanmu ke laut. Itu mengingatkanku pada Lulu. Ada tempat yang lebih cocok untuk memakamAngin malam bertiup pelan. Dingin menembus tulang. Sebuah speed boat berisi musuh merapat aman ke bibir pelabuhan. Di atasnya ada Jenderal Santorino dan sebuah kantong plastik besar diangkat seperti karung beras. Dari bentuknya Daniel sudah tahu isi kantong plastik itu.“Kalian pikir ini setimpal dengan nyawa Lucafritz?” Tanya Daniel. Wajahnya tampak sangat santai. Di sebelahnya ada Karina dalam balutan mantel yang hangat. Di belakang, samping kanan, dan samping kirinya, berdiri para prajurit yang setia menjaga punggung Pangeran Daniel dan Permaisuri Karina.“Tentu saja tidak. Aku akan mencabut nyawa istrimu sebagai ganti nyawa Lucafritz.” Sahut Santorino tidak kalah santai.Masam wajah Pangeran Daniel. Siapa yang tidak marah istri tercintanya diancam akan dibunuh. Daniel takkan membiarkan Santorino pergi dengan selamat meski dia sudah berbaik hati mengantarkan mayat Claire.“Kalau begitu aku pamit. Perdamaian kita sampai di sini saja. Dan juga, aku mau memberita
Karina pun akhirnya pindah ke Inggris, ke sebuah kota metropolitan namun damai bernama Cambridge. Di sana, dia memulai hidup baru dengan semangat yang tinggi. Dengan bantuan Daniel, Karina berhasil mengatasi kecemasan akibat kompetisi berdarah para pangeran dan memulai kehidupan yang baru untuk sementara ini.Cambridge menawarkan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nuansa sejarah yang kental. Setiap hari, Karina menikmati jalan-jalan di sepanjang sungai Cam, mengunjungi kafe-kafe lokal, dan mengeksplorasi berbagai museum serta galeri seni. Selain itu, Karina juga terlibat aktif dalam komunitas setempat, bergabung dengan klub sastra dan mengikuti kelas yoga. Dia merasa semakin betah dan menemukan kenyamanan di lingkungan barunya.Ketika matahari berada di atas kepala atau tepat jam 12 siang, Karina akan menyudahi aktivitas paginya dan pulang ke rumah untuk memasak, lanjut beraktivitas santai di dalam rumah seperti menonton tv, berendam, dan sebagainya. Saat mal
“Khi khi khi, biar tahu rasa perempuan itu!” suara tawa dingin memenuhi ruangan, menciptakan suasana mencekam yang membuat siapapun merinding. “Biar patah tulang sekalian. Prim Cerisku memang hebat. Tidak salah memercayai dia.” Suara itu penuh dengan kepuasan sadis, seakan menikmati penderitaan yang ditimpakan. Permaisuri Prim menyentil dahi Karina dengan jari-jarinya yang dingin, lalu tanpa ampun menduduki perutnya dengan kencang. Karina terkejut, napasnya tersengal-sengal, rasa sakit menyebar cepat dari perut ke seluruh tubuhnya. “Kenapa ... Sakit?” tanya Permaisuri Prim dengan senyum sinis, menatap Karina dengan tatapan yang menakutkan. “Tentu saja sakit wanita gila!” teriak Karina, suaranya serak dan penuh dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan menambah beban rasa sakit yang ia rasakan. Karina terbaring di lantai, tubuhnya gemetar, air mata mengalir tanpa hent
Sehari sebelum kepulangan mereka ke Austria, Pangeran Daniel sempat memperkenalkan Karina dengan keluarga Pangeran kedua. Pangeran kedua adalah musuh terkuat Daniel dalam perang ini. Pangeran Laros adalah anak angkat satu-satunya dari keluarga Roches. Dua puluh lima tahun yang lalu, Yang Mulia Alphonse Roches menemukannya di reruntuhan sebuah desa di Timur Tengah dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Pangeran Laros memiliki keahlian luar biasa di bidang Human Capital. Dia juga berbakat dalam berbagai aspek terkait, seperti pengembangan sumber daya manusia, perencanaan strategis, manajemen bakat, pelatihan dan pengembangan, serta evaluasi kinerja. “Dia kuat dan menyebalkan. Satu lagi. Dia punya istri yang tidak kalah menyusahkan bernama Prim Ceris. Perempuan mantan abdi militer itu pernah melempariku dengan batu dan tidak mengakuinya.” Daniel menceritakan betapa menyebabkannya Permaisuri Prim itu. Pernah suatu hari, Daniel ingin membalas pe
Daniel meremas tinjunya. Emosinya tertahan di tenggorokan saat melihat Karina tersenyum meski badannya penuh luka lebam.“Gila perempuan itu. Bagaimana bisa pukulan dan tendangannya membuat tubuhmu membiru?”Daniel mengelus rambut Karina. Pengobatan terbaik sudah diberikan untuk mengobati tubuhnya. Salep dan obat-obatan oles lainnya akan mengobati luka fisik tapi tidak ada yang bisa mengobati luka dalam. Karina tidak akan mau menerima atau menantang Prim bertarung di matras lagi setelah mengetahui kekuatan pukulannya.“Sekarang apa Karina?” tanya Daniel penasaran.“Kamu sudah mendapatkan nomor telepon Prim, kami sudah saling menyimpan nomor, sekarang kita tunggu dia menelepon.”Saat Karina menunggu, datang kabar dari Darina Fallen City kalau mereka kedatangan tamu eksklusif dari organisasi super raksasa. “Benarkah, siapa orang-orang itu?”“APA!!!! Pasangan Goldons mengunjungi Darina?? Pasangan kolektor emas itu?? Aku segera kesana.” Karina hampir pings
Pangeran Adam baru saja menerima laporan dari tim penyidik. Amarahnya memuncak menyadari dirinya tertipu dan sudah membuang-buang puluhan misil untuk menembaki hologram.“Cari sumber hologramnya! Pasti ada sebuah robot yang menciptakan dan mempertahankan ilusi itu.” Prediksi Pangeran Adam berakhir tepat. Tim penyidik menemukan robot laba-laba pencipta ilusi tengah bersembunyi di dalam galian tanah.“Hancurkan semua robot yang kalian temukan! Jangan sisakan satu pun. Jangan melakukan kecurangan seperti kleptomania, awas saja kalau ada yang berani membawa pulang robot itu barang hanya suku cadangnya!”Pembersihan dilakukan secepat mungkin. Beberapa robot hologram terlihat masih eksis di luar wilayah mereka. Mereka menari dengan dua kaki di bawah, dua kaki di tengah melambai-lambai dan dua kaki teratas berputar seperti bor. Guna kaki teratas itu adalah menarik perhatian musuh-musuh mereka.“Tut ... Tut ... Dam ... Dam ... Dor ... Dor ... Bodoh ... Bodoh ... ” demiki
Pasukan Daniel akhirnya berhasil menggapai istana benteng setelah istana kehabisan misil untuk ditembakkan. Pangeran Adam sudah kalah sekarang. Yang tersisa darinya hanya sebuah pasukan kecil yang melindungi kabin hutan. Pangeran Laros tidak bisa tidak tertawa menyaksikan kekalahan Adam yang memalukan. “Untung aku memutuskan hubungan dengannya tepat waktu.” “Sayang, aku merasa tidak enak badan ... “ Kata Permaisuri Prim, desahan kecil keluar dari mulutnya. “Kalau kamu sakit pergilah ke ruangan dokter. Penyakit sekecil apapun tidak boleh dilestarikan. Pergilah!” Perintah Laros dibalas anggukan kepala oleh Prim. Berjumpalah Prim dengan dokter pribadinya, Sena namanya, dia seorang mantan tentara dan juga sahabat Prim sejak di militer dahulu. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Sena terkejut karena menemukan sebuah kail pancing tersangkut di tenggorokan Permaisuri Prim. “Bagaimana bisa kail pancing tersangkut di tenggorokanmu? Apa kamu tidak sengaj
Wajah Permaisuri Lydia masam tidak tertahankan. Daniel tidak mengizinkannya bertemu cucunya. Karina juga tidak. Intinya Permaisuri Lydia harus mendapatkan izin dari orang tua Maya kalau mau bertemu bayi kecil itu. Suasana menjadi tegang saat cara bicara Permaisuri Lydia kembali seperti sedia kala. Berat dan kasar. "Kamu yakin tidak memberiku izin?" Suara Permaisuri Lydia terdengar penuh penekanan. "Perintah suami saya sama tingginya dengan perintah Yang Mulia Raja." Jawab Karina dengan senyum mengembang. "Ya sudah. Aku takkan memaksa kalian. Aku juga takkan memaksa kamu untuk menerima barang pemberianku." "Syukurlah anda mengerti. Saya tidak akan menerimanya." Kesal dengan ucapan Karina yang tidak mengenal sopan santun, salah satu dari dua ksatria mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Emosinya makin memuncak saat Karina dengan menantangnya, "Kau ksatria pelindung ibu mertua kan? Apa kau akan diam saj