Karina terjatuh dari tempat tidur. Mimpi buruk itu menyerang lagi. Kali ini entitas dalam mimpinya memaksanya membatalkan perang antara Pangeran Daniel dengan Pangeran Adam bagaimanapun caranya.
“Yang benar saja, aku bahkan belum bicara sepatah katapun dengan Pangeran Daniel sejak dua hari yang lalu.”Karina terserang demam selama dua hari terakhir. Beban mengandung anak, ditambah mimpi buruk berulang, ditambah lagi keinginannya untuk membantu membuat Karina diliputi stress yang lumayan berat.“Akhh ... Ahh ... Pelayan! PELAYAN!”Dua pelayan, pria dan wanita menyerbu ke dalam kamar saat Karina memanggil mereka.“Bantu aku berdiri,”Setelah itu Karina kembali duduk di tepi tempat tidur. Pelayan bertanya dengan khawatir, “Mau saya panggilkan dokter Permaisuri?”Karina menggeleng. Yang dia perlukan bukan istirahat. Dia sudah beristirahat selama dua hari dan tidak kunjung sembuh. Keadaan Karina yang tidak kunjung sehat membuat Pangeran Daniel tidak enaKarina berjalan cepat menyusuri lorong demi lorong. Matanya menatap lekat ke halaman rumah. Melihat suaminya berjabat tangan dengan orang asing di bawah sana. Karina memperbaiki attitude nya ketika berhadapan dengan tamu.“Selamat datang, tuan pertapa. Saya tidak menyangka anda akan membawa serta Black Mantis bersama pasukan anda.”Pria yang dipanggil tuan pertapa itu lalu membungkuk saat melihat Karina. Tanyanya, “Inikah nyonya Karina Roches? Wanita biasa yang meluluhkan hati seorang Pangeran Daniel?”Karina tersenyum manis. “IYA. Itu saya.”Pertapa tersenyum ke arah Karina lalu kembali melihat Pangeran Daniel.“Anda sangat beruntung memiliki istri seperti nyonya Landau. Dia punya aura positif yang sangat kuat. Dapat mengimbangi aura negatif yang keluar dari tubuh anda. Jangan tersinggung Pangeran. Positif dan negatif yang saya maksud adalah dalam konteks Yin dan Yang.” Pertapa tertawa.Daniel menanggapi dengan santai. Dia tidak tertarik dengan konsep-
“Aku takkan mengatakannya dua kali. Tarik mundur pasukan kalian atau jalan kalian menjadi raja akan kupersulit!” suara Yang Mulia Raja menggelegar dengan kekuatan yang tak terbantahkan. Pangeran Daniel ingin membuka mulutnya untuk membantah, tetapi segera mengurungkannya. Dia tahu, berdebat di depan anak buahnya hanya akan menunjukkan kelemahannya. “Jika aku melihat peperangan sebesar ini lagi, kalian akan merasakan akibatnya. Bukan hanya kalian, tetapi seluruh pasukan kalian juga akan merasakan akibatnya!” lanjut Yang Mulia dengan nada ancaman yang membuat darah membeku.Suara Yang Mulia bergema menyelimuti seluruh armada Daniel dan Adam, menggema di hati setiap prajurit, membawa rasa takut dan segan. Wajah Raja yang terpampang di layar memberikan bayangan ketidakberdayaan mereka di hadapan otoritasnya yang mutlak.Dengan tatapan mata penuh kemarahan, Yang Mulia Raja menambahkan, “Kalian dilarang berperang hingga lima bulan lagi. Kompetisi antar pangeran dihen
Permaisuri Lydia bertanya pada suaminya, tepatnya saat mereka akan berangkat ke istana. “mengapa anda memberi Daniel kesempatan?”Yang Mulia Raja terdiam. Kejadian semalam diluar keinginannya. Seakan ada kekuatan misterius merangsek masuk dan mengambil alih kesadarannya. Sebelum hal itu terjadi, Yang Mulia ingat pernah mengobrol dengan Karina di telepon.“Karina Roches. Setelah bicara dengannya aku bersikap aneh.” Gumam Yang Mulia dalam hati. Matanya tajam penuh kewaspadaan. “Kalau benar Karina Landau yang membuatku mengatakan semua itu ... Aku harus mengutus Sheehan Lambert untuk menyelidiki.”Yang ada di pikiran Yang Mulia saat ini hanya Karina, Karina, dan Karina.Mungkinkah ada data rahasia Karina yang tidak dia ketahui?Kalau iya apa?Apa rahasia besar istri Daniel ini?“Aku hanya kasihan pada Daniel. Bayangkan dia mati sebelum bisa melihat anaknya.” Yang Mulia akhirnya merespon setelah terdiam cukup lama.“Hanya karena itu anda menghenti
Daniel memang unik. Di lantai bawah mansion ratusan tentara menyiapkan hadiah untuk dipersembahkan pada seorang pahlawan, dia malah main catur dengan pahlawan yang dimaksud.“Kamu harus bisa melihat kemenanganmu di 3 langkah pertama. Kamu takkan bisa menghipnotis bidaknya jadi pelajarilah cara bermainnya.” Terang Daniel sambil menggerakkan pion kudanya untuk menyudahi permainan.“Skakmat!”Kuda milik Daniel berhasil memakan pion raja milik Karina yang tidak bisa melangkah kemana-mana. Catur adalah permainan yang paling Karina benci. Selain tidak menghasilkan apa-apa, permainan ini juga dianggap membuang-buang waktu. Dia main hanya untuk menyenangkan hati Daniel. “Aku masih pemula, sedangkan kamu sudah Grand Master. Wajarlah kalau aku kalah.”Sudah lama Daniel tidak melihat ekspresi kesal Karina. Ekspresi yang menghangatkan hati dan jiwanya. Karena Daniel tahu, saat Karina membuat ekspresi seperti itu, artinya dia sedang membutuhkan pelukan. “Wanita cantik tidak b
Pangeran Adam baru saja menyelesaikan buku The Whispering Sea karya penulis Leyka Edmund. Buku itu memberinya ide cara melenyapkan jasad Claire yang sudah terbujur kaku di atas meja kerjanya. “Dasar jurnalis. Mereka pandai sekali mendramatisir kematian tokohnya jadi sangat menyedihkan. Padahal kalau dibandingkan, kematian gadis ini jauh lebih tragis dan menyayat hati. Walau aku sendiri yang membunuhnya sih.” Pangeran Adam nyengir kuda. Tatapannya tajam menyelidik ke sekujur tubuh Claire, mengira dengan melakukan itu, arwah Claire yang sudah pergi ke alam sana akan merasakan ketakutan. Pangeran Adam sangat kesal. Kesal karena Claire tidak mau menjerit selama dia siksa. Bagi seorang algojo seperti Adam, korban yang tidak berteriak saat dieksekusi adalah yang paling menakutkan. “Akan kupastikan mayatmu tak bisa ditemukan oleh siapapun. Aku takkan menenggelamkanmu ke laut. Itu mengingatkanku pada Lulu. Ada tempat yang lebih cocok untuk memakam
Angin malam bertiup pelan. Dingin menembus tulang. Sebuah speed boat berisi musuh merapat aman ke bibir pelabuhan. Di atasnya ada Jenderal Santorino dan sebuah kantong plastik besar diangkat seperti karung beras. Dari bentuknya Daniel sudah tahu isi kantong plastik itu.“Kalian pikir ini setimpal dengan nyawa Lucafritz?” Tanya Daniel. Wajahnya tampak sangat santai. Di sebelahnya ada Karina dalam balutan mantel yang hangat. Di belakang, samping kanan, dan samping kirinya, berdiri para prajurit yang setia menjaga punggung Pangeran Daniel dan Permaisuri Karina.“Tentu saja tidak. Aku akan mencabut nyawa istrimu sebagai ganti nyawa Lucafritz.” Sahut Santorino tidak kalah santai.Masam wajah Pangeran Daniel. Siapa yang tidak marah istri tercintanya diancam akan dibunuh. Daniel takkan membiarkan Santorino pergi dengan selamat meski dia sudah berbaik hati mengantarkan mayat Claire.“Kalau begitu aku pamit. Perdamaian kita sampai di sini saja. Dan juga, aku mau memberita
Karina pun akhirnya pindah ke Inggris, ke sebuah kota metropolitan namun damai bernama Cambridge. Di sana, dia memulai hidup baru dengan semangat yang tinggi. Dengan bantuan Daniel, Karina berhasil mengatasi kecemasan akibat kompetisi berdarah para pangeran dan memulai kehidupan yang baru untuk sementara ini.Cambridge menawarkan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nuansa sejarah yang kental. Setiap hari, Karina menikmati jalan-jalan di sepanjang sungai Cam, mengunjungi kafe-kafe lokal, dan mengeksplorasi berbagai museum serta galeri seni. Selain itu, Karina juga terlibat aktif dalam komunitas setempat, bergabung dengan klub sastra dan mengikuti kelas yoga. Dia merasa semakin betah dan menemukan kenyamanan di lingkungan barunya.Ketika matahari berada di atas kepala atau tepat jam 12 siang, Karina akan menyudahi aktivitas paginya dan pulang ke rumah untuk memasak, lanjut beraktivitas santai di dalam rumah seperti menonton tv, berendam, dan sebagainya. Saat mal
“Khi khi khi, biar tahu rasa perempuan itu!” suara tawa dingin memenuhi ruangan, menciptakan suasana mencekam yang membuat siapapun merinding. “Biar patah tulang sekalian. Prim Cerisku memang hebat. Tidak salah memercayai dia.” Suara itu penuh dengan kepuasan sadis, seakan menikmati penderitaan yang ditimpakan. Permaisuri Prim menyentil dahi Karina dengan jari-jarinya yang dingin, lalu tanpa ampun menduduki perutnya dengan kencang. Karina terkejut, napasnya tersengal-sengal, rasa sakit menyebar cepat dari perut ke seluruh tubuhnya. “Kenapa ... Sakit?” tanya Permaisuri Prim dengan senyum sinis, menatap Karina dengan tatapan yang menakutkan. “Tentu saja sakit wanita gila!” teriak Karina, suaranya serak dan penuh dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan menambah beban rasa sakit yang ia rasakan. Karina terbaring di lantai, tubuhnya gemetar, air mata mengalir tanpa hent