“Masaklah setelah pulang!” Jerick memberikan perintah pada Kenaya ketika dalam perjalanan pulang.
“Iya.” Kenaya menjawab singkat. Dia tidak berani membantah sama sekali. Sejujurnya Kenaya lelah sekali. Dari pagi dia sudah beraktivitas. Pagi-pagi sekali suaminya mengajaknya untuk ke pertemuan. Siangnya, suaminya mengajak ke rumah dinas walikota. Karena ingin bertemu dengan tamu mertuanya. Kini dia diminta untuk menyiapkan makan malam lagi. Rasanya, Kenaya ingin merebahkan tubuhnya sebentar. Tubuhnya tentu saja butuh istirahat sebentar. Apalagi kini dia sedang hamil. Jelas dia sangat mudah lelah sekali. Sesampainya di rumah, Kenaya segera menyiapkan makan malam. Meminta asisten rumah tangga membantunya menyiapkan makan malam. Mulai dari makanan pembuka hingga makanan utama disiapkan Kenaya sendiri. Sampai jam enam barulah semua masakan selesai. Tertata di atas meja. “Sudah selesai?” Pertanyaan itu terdengar ketika baru saja Kenaya menyelesaikan masakannya. Kenaya langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara. Tampak suaminya keluar dari kamar. “Cepat bersiaplah, sebentar lagi tamuku datang.” Jerick menatap istrinya. “Baik.” Kenaya berlalu pergi. Kembali ke kamarnya untuk bersiap. “Tunggu.” Jerick yang melihat Kenaya melewati tubuhnya langsung menghentikan istrinya itu. Kenaya menghentikan langkahnya. Berbalik untuk menatap sang suami. Menunggu sang suami yang sedang akan bicara. “Pakai dress turtleneck, aku tidak mau orang melihat bekas di lehermu.” Jerick memberitahu Kenaya. Sudut bibir Kenaya terangkat. Mencibir apa yang diminta sang suami. “Aku tahu,” jawabnya singkat dan berlalu kembali mengayunkan langkahnya. Jerick menunggu tamunya yang akan datang. Meminta asisten rumah tangga untuk menyiapkan sajian pembuka di di ruang tamu. Dia juga meminta sopir untuk menyiapkan kunci-kunci mobilnya. Karena nanti, dia ingin menunjukan pada tamunya. Beberapa saat kemudian Kean datang. Saat pertama kali melihat rumah Jerick. Dia merasa memang anak walikota ini begitu hebat. Di usia muda rumahnya sudah megah. Kean turun dari mobil dan langsung disambut oleh Jerick. “Pak Kean, selamat datang.” Jerick menyapa Kean yang baru saja turun dari mobil. “Wah … rumah Pak Jerick mewah sekali. Sesuai dengan karakter Pak Jerick sepertinya.” Dari pertama kali bertemu saja, Kean sudah bisa menebak seperti apa Jerick Arkan. Pria yang tidak mau kalah dan ingin menang sendiri. Suka dipuji dengan apa yang dimilikinya. “Benar sekali, Pak. Arsitek yang saya gunakan untuk membuat ini saya datangkan langsung dari luar negeri.” Jerick dengan sombongnya memamerkan itu pada Kean. “Pantas saja rumah ini bagus.” Kean tersenyum. Kean masih di halaman rumah Jerick. Garasi yang sengaja dibuka menampak mobil yang berjajar rapi di dalam garasi. Jelas mobil-mobil itu adalah mobil keluaran brand ternama. Harganya jelas tidak murah. “Apa itu mobil klasik dari film terkenal itu?” Kean mengomentari salah satu mobil yang berjajar di garasi milik Jerick. “Benar sekali. Mobil ini pernah dipakai syuting film di luar negeri.” Dengan bangga Jerick memamerkan. “Wah … saya benar-benar kagum dengan Anda. Ternyata selera Anda tinggi juga.” Kean kembali memuji. Jerick menepuk bahu Kean. “Pakailah kata aku-kamu saja. Sepertinya itu akan membuat kita lebih akrab.” “Baiklah, aku akan menurutimu.” Kean tersenyum. “Ayo aku tunjukan koleksiku.” Jerick mengajak Kean untuk masuk ke garasi. Kean menurut saja. Mengikuti Jerick yang memamerkan koleksi mobilnya. Kean terus memuji Jerick. Tahu bagaimana bicara dengan orang yang ingin selalu dipuja. Sambil melihat koleksi mobil Jerick, Kean sesekali melihat ke sekitar. Mencari keberadaan Kenaya-mantan kekasihkunya. Dia ingin memastikan jika benar Kenaya adalah istri Jerick. “Mari kita pindah ke dalam rumah. Kita nikmati secangkir kopi.” Jerick mengajak Kean masuk ke rumah. Kean mengangguk. Mengikuti Jerick masuk ke dalam rumah. Saat masuk ke ruang tamu, dia tidak menemukan siapa pun di sana. Kean memerhatikan ruang tamu. Ruang tamu dengan desain klasik itu tidak ada sama sekali panjangan foto pemilik rumah. “Silakan duduk.” Jerick dengan sopan mempersilakan Kean. Kean segera duduk tepat di depan Jerick. Masih dengan mode awas. Melihat ke sekitar. Siapa tahu, dia melihat Kenaya. “Pak Jerick tinggal sendiri?” tanya Kean memastikan. Memancing pria sombong di depannya. “Aku tinggal dengan istriku.” Jerick tersenyum. “Aku pikir kamu belum menikah. Ternyata kamu sudah menikah.” “Umurku sudah tiga puluh lima tahun. Jadi aku sudah pas untuk menikah.” “Benarkah umurmu tiga lima puluh tahun. Aku pikir kamu seumuran denganku.” Kean pura-pura terkejut. Jerick tertawa. “Aku sudah tua.” “Jangan bilang seperti itu. Aku jadi malu karena umur muda, tetapi wajah seperti seumuran denganmu. Kamu benar-benar masih terlihat muda.” Rasanya jadi penjilat itu tidak enak. Namun, Kean sadar jika kontrak perizinan itu penting. Hal begini sudah biasa dalam bisnis. Jadi mau bagaimana akhirnya Kean ikut saja alurnya. Jerick hanya tertawa. Merasa bangga dipuji-puji oleh Kean. Di dapur, Kenaya mendengar jelas suara suaminya yang tertawa. Dia sudah menebak apa yang membuat suaminya tertawa. Apalagi jika bukan dipuji-puji. Dia sudah biasa mendengar hal itu. Orang-orang yang datang ke rumah selalu melakukan itu. Menjilat untuk memudahkan perizinan mereka. “Bi ….” Kenaya menghentikan asisten rumah tangga yang membawakan kopi untuk tamu Jerick. “Iya, Bu.” Asisten rumah tangga berhenti. “Biar saya saja yang antarkan.” Kenaya ingin melihat penjilat macam apa kali ini yang datang. Tanpa menunggu jawaban asisten rumah tangga, Kenaya mengambi nampan berisi kopi. Dia berjalan keluar untuk memberikan kopi tersebut. Kenaya memilih menundukkan pandangannya. Takut Jerick akan marah jika dia memandangi tamunya. Kean yang tiba-tiba melihat seorang wanita keluar membawa nampan berisi cangkir kopi langsung terpaku. Tubuhnya lemas ketika melihat wanita yang dilihatnya. Dia adalah wanita yang telah mencampakannya dan memilih menikah dengan orang lain. Wanita yang menghancurkan hatinya berkeping-keping. Tadinya Kean ingin memastikan jika yang dilihatnya salah, rasanya hatinya sakit. Terasa seperti dihujam belati. Terkoyak dan terluka. Begitu sakit mendapati Kenaya yang berada di depannya kini telah menjadi istri pria lain. Kean memerhatikan Kenaya dari atas sampai ke bawah. Satu hal yang menjadi perhatiannya adalah perut Kenaya yang besar. Dia hamil? Pertanyaan itu terlintas di pikiran Kean. Mimpinya indah membangun rumah tangga dan memiliki anak bersama runtuh seketika. Karena kini Kenaya sudah hamil anak pria lain. “Kenapa kamu yang mengantarkan minuman?” tanya Jerick yang melihat sang istri. “Bibi sedang merapikan meja. Jadi aku yang berikan.” Kenaya masih menunduk sambil menaruh cangkir miliki suaminya. Kenaya segera beralih ke tamu Jerick. “Silakan.” Dia meletakan cangkir sambil mengangkat wajahnya sedikit agar dapat melihat tamu yang datang. Kedua bola matanya yang indah langsung membulat sempurna ketika melihat siapa tamu suaminya. Kean.Kenaya tidak menyangka jika tamu suaminya adalah mantan kekasihnya. Jantungnya berdegup begitu kencang karena melihat orang yang begitu dicintainya di depan mata. Berjanjilah kamu tidak akan muncul di hadapanku dengan alasan apa pun. Kalimat itu terngiang di kepala Kenaya. Permintaan terakhir dari Kean saat dia pergi meninggalkan Kean. Kalimat yang berusaha untuk Kenaya wujudkan. Namun, sepertinya semua gagal. Karena dia bertemu dengan Kean. Melihat Kean yang berada di depan matanya membuat Kenaya yang sedang memberikan kopi tidak fokus. Alas cangkir miring. Membuat cangkir miring, dan kopi tumpah. Mengenai tangannya. “Ach ….” Rasa panas kopi yang mengenai tangannya membuat Kenaya tersadar. “Kamu tidak apa-apa?” Kean seketika panik melihat sang mantan kekasih terluka. Dia segera mengambil cangkir kopi yang berada di tangan Kenaya, Meletakkannya di atas meja. Kean mengecek tangan Kenaya yang terkena panas. Dia mengecek luka yang terdapat di tangan Kenaya. Membalik tela
“Dia sedang hamil lima bulan.” Jerick yang menjawab pertanyaan Kean. “Bukankah kalian baru menikah lima bulan?” Kean merasa aneh, bagaimana bisa mereka baru berpisah enam bulan dan Kenaya hamil lima bulan. Jika dihitung usia pernikahan Kenaya baru lima bulan. Mendapati pertanyaan itu Kenaya langsung membulatkan matanya. Dia takut sekali Jerick mengetahui jika ada hubungan antara dirinya dan Kean. Jerick menautkan kedua alisnya. Merasa aneh dengan pertanyaan Kean. Karena dia tidak pernah merasa menceritakan hal itu pada Kean. Kean menyadari jika pertanyaannya pasti mengundang curiga Jerick. “Tadi Pak Hendrik yang cerita jika kalian baru menikah selama lima bulan.” Akhirnya dia mencari alasan tepat. Jerick merasa lega ketika mendengar jawaban itu. Ternyata Kean tahu dari papanya. Pantas Kean bisa berkata seperti itu. “Hitungan dokter dan kita berbeda. Aku juga tidak mengerti.” Jerick tersenyum. Kean pernah dengar hal itu, tetapi tidak terlalu paham. Kenaya hanya di
Seminggu setelah kembali dari melihat proyek, Kean tidak fokus bekerja. Dia memikirkan Kenaya terus. Bukannya hilang dari pikirannya, bayangan Kenaya justru menghiasi pikirannya. Kean tidak tahu harus berbuat apa. Suara ponsel yang berdering membuat Kean mengalihkan pandangannya. Dilihatnya sang mommy yang menghubunginya. “Ada apa, Mom?” Kean mengangkat sambungan telepon dan langsung bertanya-tanya tanpa basa-basi. “Ke, Mommy buatkan jadwal untukmu.” Mommy Freya di seberang sana memberitahu anaknya. “Jadwal apa? Jadwal dokter? Aku ‘kan tidak sakit?” Dengan polosnya Kean bertanya. Dia merasa tidak mengalami gejala sakit sama sekali. “Jadwal kencan, Ke, kenapa kamu berpikir jadwal ke dokter.” Mommy Freya heran dengan sang anak. “Kencan?” Kean menautkan alisnya. Merasa heran dengan sang mommy yang membuatkan jadwal kencan untuknya. “Jam dua belas di restoran K-vin. Jangan terlambat.” “Tapi—” Belum sempat Kean menolak, sang mommy sudah mematikan sambungan telepon. Kea
Kenaya yang melihat Kean ada di toko bunganya, segera mengambil kacamata hitam. Matanya merah karena semalam Jerick memukulnya tepat di pelipisnya. Jadi dia tidak mau Kean melihat hal itu. Yang ada akan menjadi pertanyaan bagi Kean. Kean mengayunkan langkahnya masuk ke toko bunga milik Kenaya. Dilihatnya Kenaya sedang menyusun bunga. Namun, ada yang aneh. Tiba-tiba Kenaya memakai kacamata hitam. Padahal ini berada di dalam ruangan. Entah untuk apa mantan kekasih memakai kacamata di dalam ruangan. “Apa kedatangan begitu silau sampai kamu menutup memakai kacamata?” Kean melemparkan pertanyaan dengan nada sindiran. “Aku sedang sakit mata.” Kenaya memberikan alasan palsu. Padahal dia menutupi lukanya. “Tidak menyangka jika ternyata kamu akhirnya memiliki toko bunga seperti yang kamu inginkan.” Kean melihat ke sekeliling. Melihat toko bunga milik Kenaya. Kenaya terdiam sejenak. Dia ingat jika pernah mengatakan hal itu pada Kean. Mimpi kecilnya yang ingin diwujudkannya. Namun,
“Membujuk apa?” Kenaya penasaran sekali karena dia tidak merasa melakukan apa pun. “Ini.” Jerick memberikan bunga lily yang tadinya berada di balik punggungnya. Kenaya membulatkan matanya. Bunga lily yang diberikan Jerick adalah bunga lily yang dibuatkan untuk Kean. Dia memikirkan bagaimana bunga ini sampai ke rumah. Saat memandangi bunga tersebut, Kenaya melihat sebuah kertas. Dengan segera dia mengambil dan membacanya. Bunga lily adalah lambang kesetiaan. Jadi aku akan memberikannya padamu untuk membuktikan kesetiaanku. Kenaya yakin jika Kean sengaja menulis kalimat itu dan ditujukan padanya. Namun, sialnya tidak ada tulisan untuk siapa bunga itu. Jadi Jerick mengira itu adalah bunga darinya. Jika sudah seperti ini, jelas Kenaya tidak bisa menghindar sama sekali. Jika mengelak pasti Jerick akan curiga dari mana bunga itu berasal, maka Kenaya harus berpura-pura jika bunga itu darinya.“Aku hari ini pulang terlambat karena ada pesanan, jadi aku sengaja mengirim bunga ini agar kamu
Tubuh Kenaya gemetar ketika mendengar ucapan Jerick. Dia tahu apa yang akan dilakukan Jerick padanya. Kenaya selalu takut melakukan hal gila ini. “Kemarilah!” Jerick memberikan kode pada Kenaya dengan jarinya. Meminta Kenaya untuk segera mendekat ke arahnya. Sejujurnya Kenaya takut untuk mendekat, tetapi dia lebih takut untuk tidak menuruti perintah Jerick. Dengan memberanikan diri Kenaya segera menghampiri Jerick. “Duduk sini.” Jerick menepuk sofa. Kenaya perlahan duduk tepat di samping Jerick. Jantungnya berdegup kencang ketika berada di samping Jerick. Ini benar-benar lebih seram dibanding masuk ke rumah hantu. Tanpa aba-aba, Jerick mendaratkan bibirnya pada bibir Kenaya. Aroma rokok yang kuat tercium dari mulut Jerick. Ingin rasanya Kenaya muntah. Karena memang dia tidak suka aroma rokok itu. Namun, dia tidak bisa menghindar. Beruntung Jerick segera melepaskan ciumannya. Namun, penyiksaan belum berakhir. Dia mendaratkan kecupan di leher serta bahu Kenaya. Kenaya memejamkan m
“Jangan ikut campur!” Kenaya segera menarik pergi. Kenaya mengambil beberapa bunga mawar karena bunga yang dirangkainya kurang. Berusaha untuk menghindar. “Itu sundutan rokok bukan?” Kean mengejar Kenaya. Dia sudah memikirkan jika luka yang terdapat di tangan Kenaya adalah sundutan rokok. Kenaya berusaha untuk tetap tenang. “Bukan urusanmu.” Kenaya kembali pada rangkaian bunga yang dibuatkan untuk Kean. Jawaban Kenaya itu sudah menegaskan jika memang itu adalah luka sundutan rokok. Rahangnya mengeras ketika mengetahui wanita yang dicintainya dilukai seperti itu. “Ini, dua ratus ribu. Bayar dan segeralah pergi.” Kenaya menyerahkan rangkaian bunga yang dibuatnya. Dia memilih melihat ke arah lain. Agar tidak menatap Kean. Tak mau Kean melihat sorot matanya. Karena Kean pasti akan tahu apa yang dirasakannya. Kean mengambil langsung uang di dompetnya dan memberikannya pada Kenaya. Saat melakukan itu, Kenaya tidak memandangnya sama sekali. Hal itu membuat Kean benar-benar terluka. Ken
Sampai di hotel, Kean meluapkan kekesalannya dengan memukul bantal. Meluapkan kekesalannya. Ingin sekali dia memukul Jerick. Sayangnya, dia tidak mau Kenaya yang akan jadi korban. Kean bertekad membawa kembali Kenaya, jika mantan kekasihnya itu tidak mendapatkan kebahagiaan. “Anggap saja aku anak kecil yang meminta permenku kembali. Jika tidak diberikan, aku akan merebutnya secara paksa.”Kean berusaha mengembuskan napasnya kasar. Berusaha menenangkan dirinya. Berharap jika akan sedikit meredakan amarah. Tepat saat kekesalannya itu sudah mereda, suara telepon terdengar. Kean segera mengambil ponselnya di dalam kantung celananya. Saat melihat ponselnya, ternyata saudara kembarnya yang menghubungi. “Ada apa, Le?” tanya Kean. “Kamu di mana? Kata sekretarismu kamu pergi jalan-jalan?” Lean di seberang sana bertanya.Kean baru sadar jika dia belum memberitahu keluarganya jika dia pergi ke luar kota. Dia tidak mau jika keluarganya a
Kean kali ini bersiap. Dilihatnya wajahnya sudah sesuai dengan keinginannya. Sempurna untuk penyamaran kali ini. Jika sudah begini, dia akan bisa leluasa menemui Kenaya. “Sebenarnya Kak Kean mau ke mana? Kenapa harus berdandan seperti wanita?” Anka-sepupu Kean melemparkan pertanyaan itu. Pagi-pagi sekali tadi kakak sepupunya menghubungi. Ternyata ingin dibantu untuk merias diri. Karena Anka adalah seorang vlogger kecantikan, dia membantu sang kakak, melalui video call. “Sudahlah, aku sedang cosplay.” Kean menjawab enteng.“Cosplay menjadi banci?” Anka tertawa. “Apa aku terlihat seperti banci. Rasanya aku lebih cantik.” Kean melihat pantulan kaca. Melihat wajahnya yang cantik. Sengaja Kean memakai rambut palsu panjang agar menutupi rambut pendeknya. Dia ingin terlihat seperti wanita agar pengawal Jerick tidak menyadari keberadaannya. Kean ingin memanfaatkan Jerick yang sedang tidak ada. Jadi dia bisa dekat dengan Kenaya. “Kak Kean cantik. Pasti orang tidak akan mengira kakak adala
“Ini apa?” tanya Kean. “Ini adalah pertama kali ada orang yang memegang perutku dan ini pertama kali orang merasakan kebahagiaan yang aku rasakan.” Kenaya begitu terharu sekali. “Apa Jerick tidak pernah memegang perutmu?” tanya Kean. “Tidak.” Kenaya menggeleng. Bagaimana bisa seorang pria yang akan menjadi ayah tidak memegangi perut istrinya. Padahal kebahagiaan begitu dirasakan Kean. Kean berpikir andai yang dikandung Kenaya adalah anaknya, pasti dia akan jauh lebih bahagia. Kenaya segera menghapus air matanya. Kemudian kembali ke tempat duduknya. Tak mau membuat pengawal Jerick curiga. Jika mereka lapor ke Jerick akan bahaya. Beruntung karena restoran pembatasnya tinggi, mereka tidak melihat saat Kenaya meminta Kean memegang perutnya. “Apa mereka akan selalu disampingmu terus menerus?” Kean penasaran sekali. Dari tadi pengawal Kenaya mengawasi terus. “Biasanya mereka akan datang saat siang sampai aku pulang dari toko, tetapi karena Jerick tidak ada, maka mereka akan menjaga d
Sejak saat itu, Kenaya memutuskan untuk tidak melakukan apa pun. Percuma meminta tolong orang lain, karena tidak mungkin orang akan menolongnya. Justru memintanya memaklumi apa yang dilakukan Jerick.Kenaya akhirnya mengubah strateginya. Menuruti perintah Jerick sebisa mungkin. Menerima pukulan saat tidak mau menuruti perintah Jerick. Dia akan bertahan sampai bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Setelah punya cukup uang, maka dia akan pergi. Karena merasa hanya cara itu yang bisa dilakukan. Dengan begitu, dia akan terbebas dari Jerick. Beruntung Jerick mengizinkannya untuk membuka toko bunga kecil. Mungkin bagi Jerick toko bunganya tidak akan memberikan pemasukan untuk Kenaya. Namun, sebenarnya toko bunga Kenaya cukup ramai.“Jika semua sudah dilakukan dan tidak membuahkan hasil, maka ayo pergi. Aku akan membawamu pergi.” Kean tidak akan tinggal diam begitu saja di sini. Dia akan membawa Kenaya untuk pergi. Tidak rela jika wanita yang dicint
Mendengar suara sang kakek berubah membuat Kenaya langsung menatap sang kakek. Apalagi suara itu dia kenal sekali. Siapa lagi jika bukan suara Kean. “Ke ….” Kenaya cukup terkejut dengan aksi Kean yang menyamar seperti kakek-kakek. “Jangan terkejut seperti itu, pengawalmu bisa curiga nanti.” Kean memberikan peringatan pada sang kakek. Kean memang sudah mempersiapkan ini semua sejak kemarin. Sejak Kenaya bilang jika dia untuk mendekatinya karena ada pengawalan, dia berusaha untuk mencari cara mendekati Kenaya. Karena itu dia melakukan penyamaran ini. Agar dapat bertemu Kenaya. Kemarin, dia membeli semua perlengkapan penyamaran. Sampai dia harus menghubungi Anka-sepupunya untuk membantunya merias diri seperti kakek-kakek. Kenaya tidak menyangka Kean benar-benar akan menemuinya. Lebih membuatnya terkejut adalah caranya menemuinya. Kean sampai berubah seperti kakek-kakek. “Sekarang jelaskan padaku. Apa yang sebena
Sampai di hotel, Kean meluapkan kekesalannya dengan memukul bantal. Meluapkan kekesalannya. Ingin sekali dia memukul Jerick. Sayangnya, dia tidak mau Kenaya yang akan jadi korban. Kean bertekad membawa kembali Kenaya, jika mantan kekasihnya itu tidak mendapatkan kebahagiaan. “Anggap saja aku anak kecil yang meminta permenku kembali. Jika tidak diberikan, aku akan merebutnya secara paksa.”Kean berusaha mengembuskan napasnya kasar. Berusaha menenangkan dirinya. Berharap jika akan sedikit meredakan amarah. Tepat saat kekesalannya itu sudah mereda, suara telepon terdengar. Kean segera mengambil ponselnya di dalam kantung celananya. Saat melihat ponselnya, ternyata saudara kembarnya yang menghubungi. “Ada apa, Le?” tanya Kean. “Kamu di mana? Kata sekretarismu kamu pergi jalan-jalan?” Lean di seberang sana bertanya.Kean baru sadar jika dia belum memberitahu keluarganya jika dia pergi ke luar kota. Dia tidak mau jika keluarganya a
“Jangan ikut campur!” Kenaya segera menarik pergi. Kenaya mengambil beberapa bunga mawar karena bunga yang dirangkainya kurang. Berusaha untuk menghindar. “Itu sundutan rokok bukan?” Kean mengejar Kenaya. Dia sudah memikirkan jika luka yang terdapat di tangan Kenaya adalah sundutan rokok. Kenaya berusaha untuk tetap tenang. “Bukan urusanmu.” Kenaya kembali pada rangkaian bunga yang dibuatkan untuk Kean. Jawaban Kenaya itu sudah menegaskan jika memang itu adalah luka sundutan rokok. Rahangnya mengeras ketika mengetahui wanita yang dicintainya dilukai seperti itu. “Ini, dua ratus ribu. Bayar dan segeralah pergi.” Kenaya menyerahkan rangkaian bunga yang dibuatnya. Dia memilih melihat ke arah lain. Agar tidak menatap Kean. Tak mau Kean melihat sorot matanya. Karena Kean pasti akan tahu apa yang dirasakannya. Kean mengambil langsung uang di dompetnya dan memberikannya pada Kenaya. Saat melakukan itu, Kenaya tidak memandangnya sama sekali. Hal itu membuat Kean benar-benar terluka. Ken
Tubuh Kenaya gemetar ketika mendengar ucapan Jerick. Dia tahu apa yang akan dilakukan Jerick padanya. Kenaya selalu takut melakukan hal gila ini. “Kemarilah!” Jerick memberikan kode pada Kenaya dengan jarinya. Meminta Kenaya untuk segera mendekat ke arahnya. Sejujurnya Kenaya takut untuk mendekat, tetapi dia lebih takut untuk tidak menuruti perintah Jerick. Dengan memberanikan diri Kenaya segera menghampiri Jerick. “Duduk sini.” Jerick menepuk sofa. Kenaya perlahan duduk tepat di samping Jerick. Jantungnya berdegup kencang ketika berada di samping Jerick. Ini benar-benar lebih seram dibanding masuk ke rumah hantu. Tanpa aba-aba, Jerick mendaratkan bibirnya pada bibir Kenaya. Aroma rokok yang kuat tercium dari mulut Jerick. Ingin rasanya Kenaya muntah. Karena memang dia tidak suka aroma rokok itu. Namun, dia tidak bisa menghindar. Beruntung Jerick segera melepaskan ciumannya. Namun, penyiksaan belum berakhir. Dia mendaratkan kecupan di leher serta bahu Kenaya. Kenaya memejamkan m
“Membujuk apa?” Kenaya penasaran sekali karena dia tidak merasa melakukan apa pun. “Ini.” Jerick memberikan bunga lily yang tadinya berada di balik punggungnya. Kenaya membulatkan matanya. Bunga lily yang diberikan Jerick adalah bunga lily yang dibuatkan untuk Kean. Dia memikirkan bagaimana bunga ini sampai ke rumah. Saat memandangi bunga tersebut, Kenaya melihat sebuah kertas. Dengan segera dia mengambil dan membacanya. Bunga lily adalah lambang kesetiaan. Jadi aku akan memberikannya padamu untuk membuktikan kesetiaanku. Kenaya yakin jika Kean sengaja menulis kalimat itu dan ditujukan padanya. Namun, sialnya tidak ada tulisan untuk siapa bunga itu. Jadi Jerick mengira itu adalah bunga darinya. Jika sudah seperti ini, jelas Kenaya tidak bisa menghindar sama sekali. Jika mengelak pasti Jerick akan curiga dari mana bunga itu berasal, maka Kenaya harus berpura-pura jika bunga itu darinya.“Aku hari ini pulang terlambat karena ada pesanan, jadi aku sengaja mengirim bunga ini agar kamu
Kenaya yang melihat Kean ada di toko bunganya, segera mengambil kacamata hitam. Matanya merah karena semalam Jerick memukulnya tepat di pelipisnya. Jadi dia tidak mau Kean melihat hal itu. Yang ada akan menjadi pertanyaan bagi Kean. Kean mengayunkan langkahnya masuk ke toko bunga milik Kenaya. Dilihatnya Kenaya sedang menyusun bunga. Namun, ada yang aneh. Tiba-tiba Kenaya memakai kacamata hitam. Padahal ini berada di dalam ruangan. Entah untuk apa mantan kekasih memakai kacamata di dalam ruangan. “Apa kedatangan begitu silau sampai kamu menutup memakai kacamata?” Kean melemparkan pertanyaan dengan nada sindiran. “Aku sedang sakit mata.” Kenaya memberikan alasan palsu. Padahal dia menutupi lukanya. “Tidak menyangka jika ternyata kamu akhirnya memiliki toko bunga seperti yang kamu inginkan.” Kean melihat ke sekeliling. Melihat toko bunga milik Kenaya. Kenaya terdiam sejenak. Dia ingat jika pernah mengatakan hal itu pada Kean. Mimpi kecilnya yang ingin diwujudkannya. Namun,