“Apa yang kau katakan pada Regita di pesta tadi?” tanya Marvin dalam perjalanan pulang.Seravina tercekat mendengar pertanyaan itu. Dia tahu bahwa sedari tadi Marvin tampak tidak bersahabat. Entah apa saja yang sempat didengar oleh Marvin saat dia berbicara dengan Regita. Marvin seperti sengaja menunggu waktu pulang untuk mendesaknya.“Tidak. Aku hanya mencoba untuk mengakrabkan diri dengannya,” elak Seravina.“Aku tidak tahu apa saja yang sudah kau katakan padanya. Tapi aku harap kau sadar posisi bahwa hubungan kita hanya sebuah perjanjian. Jadi aku harap kau tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadiku,” tegas Marvin.Marvin punya insting bahwa Seravina mengatakan hal yang tidak baik pada Regita. Ekspresi dua perempuan itu tampak sedang bersi tegang saat dia temui. Marvin tidak senang jika Seravina terlalu menganggap serius posisi palsunya.Sementara itu wajah Seravina semakin ditekuk setelah mendengar penegasan Marvin. Marvin selalu bersikap dingin padanya kecuali saat merek
Leonardo merasa khawatir dengan kondisi Regita yang tiba-tiba jatuh pingsan. Dia langsung membawa Regita ke rumah sakit. Bahkan tidak hanya Leonardo, Raka juga ikut menyusul ke sana. Raka tetap bersi keras ingin pergi ke rumah sakit meski sempat dilarang oleh Nadia dan berujung pada perdebatan.Kedatangan Raka tidak mendapat sambutan baik dari Leonardo. Leonardo bahkan tak menyapanya tapi Raka tetap bertahan di sana. Dia masih ingin memastikan kondisi Regita. Saat melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan, Leonardo dengan sigap bertanya tentang kondisi sang adik. Raka ikut bangkit untuk mendengar penuturan dokter.“Bagaimana keadaan adik saya, Dok? Apa yang sebenarnya terjadi padanya hingga tiba-tiba jatuh pingsan?” cecar Leonardo.“Tenang,Pak. Adik anda baik-baik saja. Dia hanya sedikit stres dan kelelahan. Tolong pola istirahatnya dijaga ya,” jelas dokter itu.“Syukurlah kalau begitu,” kata Leonardo merasa lega untuk sesaat.“Saya akan resepkan obat dan vitamin untuk Ibu Regita.
“Aku minta maaf, Nad. Tapi aku tidak bisa menikahimu,” ujar Raka saat mengajak Nadia bertemu.“Apa yang kau katakan ini, Raka. Jangan bercanda!” balas Nadia. Awalnya dia masih merasa bahwa Raka hanya sedang bergurau.“Aku serius, Nad. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,” tegas Raka. Saat itu lah Nadia mulai ikut menganggap serius perkataan Raka.“Apa masalahnya, Raka? Kenapa kamu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan kita? Ini hanya tinggal beberapa hari lagi. Semua persiapan sudah dilakukan oleh keluargaku. Apa kau tega membuat kami semua menanggung malu?” cecar Nadia.Nadia masih tidak mengerti alasan Raka ingin membatalkan pernikahan. Padahal dia merasa sudah tidak ada penghalang lagi bagi hubungan mereka setelah Raka dan Regita resmi bercerai. Dia belum mengetahui apa pun tentang kondisi Regita.“Aku tahu bahwa keputusanku ini akan membuatmu dan keluargamu kecewa. Aku minta maaf untuk itu semua. Tapi aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Aku harus ber
Regita tidak bisa menjawab pertanyaan Leonardo dengan jelas. Sejak awal dia sudah tidak jujur tentang peristiwa yang pernah terjadi antara dirinya dan Marvin. Tidak ada yang tahu bahwa mereka pernah tidur bersama.Regita sendiri yang meminta agar hal itu dirahasiakan. Tapi sekarang dia justru menjadi bimbang. Regita mempertanyakan status anak dalam kandungannya. Dia tidak tahu apakah anak itu adalah anak dari Raka atau dari Marvin.Regita hanya bisa menyimpan kegelisahannya sendiri. Dia takut untuk mengatakan kebimbangannya pada orang lain termasuk Leonardo. Entah akan seperti apa respon kakaknya kalau sampai tahu.Dia belum bisa memastikan anak siapa yang sedang ia kandung. Tapi keluarga Raka kian menjadi teror juga untuknya. Setelah sebelumnya Malini yang datang ke sana, kini Raka juga menjadi sangat rajin mengunjungi Regita.Pria itu selalu datang dengan membawa buah tangan. Dia selalu memaksa Regita untuk menerima pemberiannya dengan alasan dia memberikan itu untuk calon anaknya.
“Apa maksud perkataanmu tadi, Marvin?” tanya Leonardo.Leonardo tak mengerti dengan ucapan Marvin tentang Regita dan kehamilannya. Sekarang pria itu benar-benar bingung. Dia juga bisa melihat ekspresi Marvin yang ikut gelisah. Bukannya menjelaskan, Marvin justru meminta kesempatan untuk bertemu dengan Regita. Marvin merasa harus berbicara langsung dengan Regita.Leonardo yang tidak tahu apa-apa tentu tidak melarang. Dua pria itu kemudian meninggalkan cafe dan pergi menuju rumah Leonardo. Sesampainya mereka di sana, ternyata Raka sudah tidak ada. Leonardo bersyukur untuk hal itu.Regita cukup terkejut dengan kedatangan Marvin bersama sang kakak. Perasaannya semakin tidak menentu saat Marvin mengajaknya berbicara berdua. Dia tidak tahu apa tujuan Marvin sebenarnya. Leonardo juga berlalu untuk memberikan kesempatan pada mereka berdua.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” tanya Regita masih bersikap tenang.“Aku sudah dengar dari Leonardo bahwa saat ini kamu sedang hamil.”“Lalu apa
Hari itu Regita memiliki jadwal pemeriksaan ke dokter kandungan. Dia sudah bersiap dan Leonardo akan mengantarnya. Tapi saat membuka pintu rumah, dia dikagetkan dengan keberadaan Marvin yang sudah berdiri di sana.“Marvin? Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Regita dengan malas. Sekarang selain Raka, rupanya dia juga harus menghadapi Marvin yang akan sering mencari alasan berkunjung ke sana.“Aku datang untuk menemuimu,” jawab Marvin.“Lebih baik kau pulang saja karena aku akan pergi,” balas Regita.“Tidak masalah. Aku akan menemani ke mana pun kau akan pergi,” kata Marvin tak mau menyerah.“Aku kan pergi ke dokter kandungan. Kak Leon yang akan mengantarku, jadi jangan membuang waktumu dengan tetap berada di sini,” usir Regita dengan halus.“Biar aku saja yang mengantarmu, Regita. Itu tanggung jawabku sebagai ayah si bayi,” paksa Marvin.“Dugaanmu itu belum terbukti, Marvin. Berhentilah menggangguku.”“Aku tahu dilema apa yang sedang kau rasakan hingga kau terus menghindar dariku. A
Marvin melajukan mobilnya menuju sebuah cafe. Dia sudah bertekad untuk memastikan kecurigaannya. Dia menghubungi Nadia dan meminta bertemu. Menurut keterangan Dokter Reyfan, Nadia lah yang sudah diam-diam melakukan tes kesuburan Raka. Marvin tidak ingin percaya begitu saja sebelum meminta penjelasan langsung.Tidak hanya Nadia, Marvin juga memanggil Raka dan Regita ke sana. Dia ingin semua orang mengetahui kebenarannya. Setibanya di cafe, Nadia ternyata sudah menunggu di sana. Tak lama kemudian Raka juga bergabung dengan mereka.Marvin sudah menatap heran saat Nadia dan Raka tak lagi datang bersama. Padahal sebelumnya mereka berdua selalu lengket seperti perangko. Bahkan keduanya tidak saling bertegur sapa.Raka bertanya apa tujuan Marvin memanggil mereka ke sana. Tapi Marvin tidak mau menjelaskan apa-apa sebelum Regita datang. Mereka pun menunggu hingga tak lama kemudian Regita tiba di sana. Regita juga bingung kenapa dikumpulkan di tempat itu.“Aku sengaja meminta kalian datang ke s
“Sial! Aku benci dengan sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencanaku,” umpat Seravina sembari melempar vas di rumahnya. Bahkan Ayumi, temannya sedang menertawakan apa yang terjadi pada Seravina.“Seharusnya sejak awal kamu sadar diri, Sera. Pria itu hanya membayarmu untuk bersandiwara. Tapi kamu malah berharap lebih padanya. Sekarang apa yang terjadi? Dia membuangmu begitu saja saat sudah tidak dibutuhkan,” cibir Ayumi semakin membuat Seravina naik darah.Setelah Marvin menyatakan penyelesaian kontrak di antara mereka, semua penjaga yang ditempatkan di rumah Seravina juga pergi. Perempuan itu merasa kehilangan penghormatan dan perhatian yang selama ini membuatnya cukup nyaman. Terlebih lagi dia memikirkan konsekuensi pada karirnya ke depan.Sejak mengumumkan diri sebagai calon istri seorang pengusaha besar seperti Marvin, Seravina juga mendapatkan keuntungan lain dari kerja sama mereka. Tawaran kerja sebagai model semakin banyak berdatangan padanya. Seravina sangat menikmati hal itu.
Seperti yang sudah direncanakan, Marvin benar-benar mengadakan perayaan besar untuk kelahiran anaknya. Perayaan dilakukan dengan mengundang seluruh karyawan kantor dan juga rekan-rekan bisnis Marvin dan Leonardo. Selain mengumumkan kelahiran bayi Alena, mereka juga berniat untuk mengumumkan kembali kerja sama dua perusahaan mereka.Berbagai persiapan dilakukan untuk acara besar itu. Seluruh penghuni rumah ikut sibuk karena acara akan diselenggarakan di kediaman Marvin. Penataan lokasi, dekorasi, catering, semuanya sudah diurus sedemikian rupa. Marvin tidak ingin ada kesalahan untuk hari penting mereka.Selain sibuk mengatur konsep acara, Marvin juga langsung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan keluarganya. Dia menyuruh perancang busana terkenal untuk membuatkan gaun khusus untuk dipakai Regita. Dia ingin istrinya tampil luar biasa di acara perayaan. Itu adalah bentuk perhatian Marvin pada Regita.Acaranya itu dilaksanakan malam hari. Saat hari H tiba, Marvin juga sampai mengundang
Regita tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan mantan suaminya secara tidak sengaja. Meski cukup canggung, tapi Regita mencoba untuk bersikap biasa. Raka hanyalah masa lalu baginya.Raka tampak lebih kurus dan penampilannya sedikit berantakan dibandingkan dulu. Sudah lama sekali Regita tidak mendengar kabar tentang mantan suaminya itu. Sejak bercerai dan dinyatakan mengalami masalah kesuburan, Raka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan Marvin. Entah di mana sekarang pria itu bekerja.“Kau juga sedang berbelanja?” tanya Regita dengan akrab. Saat itu Seravina pergi mencari bahan belanjaan yang lain sengaja untuk memberi kesempatan bagi Regita dan mantan suaminya. Tidak ada maksud lain, hanya saja untuk menjaga hubungan baik.“Ya begitulah. Mama sedang sakit sehingga aku yang memutuskan untuk belanja bulanan,” tutur pria itu.“Semoga Mama cepat sembuh,” balas Regita tanpa bertanya lebih panjang terkait sakit yang dialami oleh mantan ibu mertuanya itu.“Kalau kau sed
Setelah mengetahui kabar tentang apa yang menimpa Regita, Seravina pun menjadi sering berkunjung ke rumah sakit. Hubungannya dengan Leonardo juga perlahan membaik seiring kesalah pahaman yang telah terurai. Belakangan bahkan Seravina menjadi sangat akrab dengan Regita.Semasa di rumah sakit, Seravina yang sering menemani Regita ketika Marvin dan Leonardo harus kembali pada pekerjaannya. Terlebih lagi tanggungan Marvin cukup berat karena harus memperbaiki semua kekacauan yang dilakukan Recky di perusahaannya. Semenjak Recky ditahan, Marvin kembali berkuasa penuh atas perusahaan.Bahkan hal itu memang bagian dari salah satu tujuan Regita. Regita sudah membuat Recky menguasai perusahaan Marvin. Dengan ditangkapnya Recky, maka Regita juga bisa mengembalikan posisi Marvin seperti semula. Lagi-lagi hal itu tak luput menuai rasa terima kasih dan bangga dari Marvin untuk Regita.Cukup banyak kekacauan yang diciptakan Recky selama masuk di perusahaan Marvin. Memperbaikinya pun bukan sesuatu ya
“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Marvin setelah Regita sadar. Dia merasa senang akhirnya istrinya itu bisa kembali membuka mata. Padahal sebelumnya dia sudah sangat takut akan kehilangan Regita.“Di mana Recky? Kau baik-baik saja ‘kan? Apa dia melukaimu juga?” tanya Regita dengan ekspresi panik. Marvin hanya tersenyum ringan.“Kau terluka tapi masih sempat mengkhawatirkanku, Sayang” ujar Marvin merasa begitu dicintai. Dia pun mengecup puncak kepala Regita.“Aku serius, Marvin. Di mana Recky? Sangat berbahaya jika dia masih berkeliaran bebas di sekitar kita,” ujar Regita masih cemas.“Tenang, Regita. Recky sudah diamankan oleh polisi. Aku jamin dia akan mendapatkan ganjaran seumur hidup atas semua kejahatan yang sudah dia lakukan selama ini. Dia juga sudah berani melukai istriku. Tadinya aku sangat takut kalau aku akan kehilanganmu,” ungkap Marvin sembari mengambil tangan Regita dan dikecupnya berkali-kali.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh” ujar Regita. Dia baru sadar den
Marvin dan Leonardo menunggu dengan cemas. Dokter sedang melakukan tindakan. Mereka hanya bisa berharap akan mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu keselamatan Regita.Selama menunggu, Marvin benar-benar tidak bisa tenang. Dia takut jika harus menerima kenyataan pahit yang tidak dia inginkan. Dia tidak siap untuk kehilangan Regita. Dia merasa belum sempat membahagiakan Regita dan membalas semua pengorbanan yang sudah Regita lakukan untuk dirinya.“Tuhan...jika aku tidak layak kau perhitungkan, setidaknya lihatlah dia. Perempuan itu begitu baik atas semua yang telah dia lakukan padaku. Selamatkanlah dia,” batin Marvin. Dia benar-benar kehilangan cara untuk menenangkan dirinya.Marvin teringat semua jasa Regita. Regita yang sangat perhatian dan menyayangi Nathan seperti anak kandungnya sendiri. Regita yang tidak mau Marvin jatuh pada perangkap licik Callista palsu. Regita yang tidak ingin Marvin celaka karena Recky. Sudah banyak hal yang Regita lakukan untuk hidup Marvin.Sementara itu
“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa tidak bisa diselamatkan dua-duanya?” tanya Leonardo memastikan. Dia tidak tega melihat Marvin yang sudah terdiam dengan ekspresi tak berdaya.“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Tapi kami hanya punya opsi untuk menyelamatkan salah satu saja. Antara ibu atau anaknya. Kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan selanjutnya. Silahkan dirundingkan denga baik dan segera sampaikan hasil keputusannya pada kami. Kami juga tidak bisa menunda terlalu lama karena keselamatan pasien benar-benar dipertaruhkan,” ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Marvin dan Leonardo. Mereka diberi kesempatan untuk berpikir secara matang dengan memperhitungkan segala konsekuensinya.Baik Marvin maupun Leonardo sama-sama merasa berada dalam situasi pelik. Kedua pilihan yang diajukan dokter sama beratnya. Mereka tidak ingin kehilangan keduanya.Marvin terduduk lesu di kursi tunggu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada satu
“Kau? Marvin?”Regita begitu terkejut melihat sosok yang datang ke kamar hotel tempat dia disembunyikan ternyata adalah Marvin. Regita tidak menyangka Marvin akan melakukan hal itu. Dia berpikir Marvin pasti ingin balas dendam atas penembakan yang sudah Regita lakukan saat di hotel.“Jadi kau yang sengaja menyuruh para polisi gadungan ini untuk menyamar dan menculikku?” ujar Regita.“Tentu saja. Kau lupa siapa aku? Bukan hanya kau yang bisa menipu orang lain. Aku pun sama,” balas Marvin. “Lantas apa yang kau inginkan setelah menangkapku seperti ini? Kau ingin balas dendam? Kau ingin menghabisiku karena aku sudah berani membuat nyawamu terancam, begitu?” kata Regita dengan nada menantang.“Tidak, Regita. Menghabisi adalah hukuman yang terlalu mudah,” bantah Marvin.“Lalu apa maumu?”“Aku berbaik hati untuk memberimu dua pilihan. Akuilah bahwa kau mencintaiku atau kau memilih mati.”“Apa?”Regita terkejut mendengar pilihan yang diutarakan Marvin. Baginya itu terlalu tidak masuk akal.
Situasi berubah menjadi panik karena penyerangan tidak terduga yang Recky lakukan tiba-tiba. Regita yang tidak sempat menghindar juga membuat tusukan Recky tepat mengenai dada kirinya. Bahkan Marvin yang berada di samping Regita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia langsung menangkap tubuh Regita yang ambruk.“Kurang ajar!” umpat Leonardo emosi melihat adiknya dilukai.Tanpa pikir panjang, Leonardo pun mengeluarkan sebuah pistol dan melepas satu tembakan ke arah Recky yang digiring polisi. Tembakan itu mengenai paha kanan Recky hingga pria itu tak bisa berjalan. Meski begitu polisi tetap membawanya untuk diamankan.Perhatian mereka kemudian teralih pada Regita. Perempuan terbaring lemas di pangkuan Marvin. Regita masih sadar tapi lukanya terus mengeluarkan banyak darah. Marvin kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutup luka itu sementara dan menghentikan pendarahan. Tapi sayangnya mereka tidak menemukan apa pun di sana.“Bertahanlah, Regita” ujar Marvin penuh kecema
“Jangan mencoba untuk membohongiku atau kau akan tahu akibatnya,” ancam Leonardo dengan nada serius. Dia masih berpikir bahwa Recky hanya sedang mengelak.“Aku tidak tahu di mana keberadaan adikmu,” tegas Recky dengan jawaban yang sama.Leonardo yang kehilangan kesabaran akhirnya memberi kode panggilan pada para polisi yang dia bawa. Recky tampak terkejut saat melihat para petugas itu. Dia masih belum mengerti kenapa para polisi itu mengepungnya.“Sialan! Kau pikir kau bisa menangkapku dengan membawa mereka?” ujar Recky dengan nada menantang. Leonardo hanya tersenyum sinis karena dia bisa membaca ekspresi getir yang berusaha Recky sembunyikan.“Kalian tidak bisa menangkap seseorang tanpa alasan. Bahkan hanya dengan tuduhan penculikan yang tak berdasarkan bukti,” kata Recky masih merasa tenang. Dia belum mengerti karena permasalahan apa dia akan ditangkap. Dia masih berpikir Leonardo melaporkannya atas tuduhan penculikan terhadap Regita.“Kata siapa mereka tidak punya bukti? Kau akan d