“Kau? Marvin?”Regita begitu terkejut melihat sosok yang datang ke kamar hotel tempat dia disembunyikan ternyata adalah Marvin. Regita tidak menyangka Marvin akan melakukan hal itu. Dia berpikir Marvin pasti ingin balas dendam atas penembakan yang sudah Regita lakukan saat di hotel.“Jadi kau yang sengaja menyuruh para polisi gadungan ini untuk menyamar dan menculikku?” ujar Regita.“Tentu saja. Kau lupa siapa aku? Bukan hanya kau yang bisa menipu orang lain. Aku pun sama,” balas Marvin. “Lantas apa yang kau inginkan setelah menangkapku seperti ini? Kau ingin balas dendam? Kau ingin menghabisiku karena aku sudah berani membuat nyawamu terancam, begitu?” kata Regita dengan nada menantang.“Tidak, Regita. Menghabisi adalah hukuman yang terlalu mudah,” bantah Marvin.“Lalu apa maumu?”“Aku berbaik hati untuk memberimu dua pilihan. Akuilah bahwa kau mencintaiku atau kau memilih mati.”“Apa?”Regita terkejut mendengar pilihan yang diutarakan Marvin. Baginya itu terlalu tidak masuk akal.
“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa tidak bisa diselamatkan dua-duanya?” tanya Leonardo memastikan. Dia tidak tega melihat Marvin yang sudah terdiam dengan ekspresi tak berdaya.“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Tapi kami hanya punya opsi untuk menyelamatkan salah satu saja. Antara ibu atau anaknya. Kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan selanjutnya. Silahkan dirundingkan denga baik dan segera sampaikan hasil keputusannya pada kami. Kami juga tidak bisa menunda terlalu lama karena keselamatan pasien benar-benar dipertaruhkan,” ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Marvin dan Leonardo. Mereka diberi kesempatan untuk berpikir secara matang dengan memperhitungkan segala konsekuensinya.Baik Marvin maupun Leonardo sama-sama merasa berada dalam situasi pelik. Kedua pilihan yang diajukan dokter sama beratnya. Mereka tidak ingin kehilangan keduanya.Marvin terduduk lesu di kursi tunggu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada satu
Marvin dan Leonardo menunggu dengan cemas. Dokter sedang melakukan tindakan. Mereka hanya bisa berharap akan mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu keselamatan Regita.Selama menunggu, Marvin benar-benar tidak bisa tenang. Dia takut jika harus menerima kenyataan pahit yang tidak dia inginkan. Dia tidak siap untuk kehilangan Regita. Dia merasa belum sempat membahagiakan Regita dan membalas semua pengorbanan yang sudah Regita lakukan untuk dirinya.“Tuhan...jika aku tidak layak kau perhitungkan, setidaknya lihatlah dia. Perempuan itu begitu baik atas semua yang telah dia lakukan padaku. Selamatkanlah dia,” batin Marvin. Dia benar-benar kehilangan cara untuk menenangkan dirinya.Marvin teringat semua jasa Regita. Regita yang sangat perhatian dan menyayangi Nathan seperti anak kandungnya sendiri. Regita yang tidak mau Marvin jatuh pada perangkap licik Callista palsu. Regita yang tidak ingin Marvin celaka karena Recky. Sudah banyak hal yang Regita lakukan untuk hidup Marvin.Sementara itu
“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Marvin setelah Regita sadar. Dia merasa senang akhirnya istrinya itu bisa kembali membuka mata. Padahal sebelumnya dia sudah sangat takut akan kehilangan Regita.“Di mana Recky? Kau baik-baik saja ‘kan? Apa dia melukaimu juga?” tanya Regita dengan ekspresi panik. Marvin hanya tersenyum ringan.“Kau terluka tapi masih sempat mengkhawatirkanku, Sayang” ujar Marvin merasa begitu dicintai. Dia pun mengecup puncak kepala Regita.“Aku serius, Marvin. Di mana Recky? Sangat berbahaya jika dia masih berkeliaran bebas di sekitar kita,” ujar Regita masih cemas.“Tenang, Regita. Recky sudah diamankan oleh polisi. Aku jamin dia akan mendapatkan ganjaran seumur hidup atas semua kejahatan yang sudah dia lakukan selama ini. Dia juga sudah berani melukai istriku. Tadinya aku sangat takut kalau aku akan kehilanganmu,” ungkap Marvin sembari mengambil tangan Regita dan dikecupnya berkali-kali.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh” ujar Regita. Dia baru sadar den
Setelah mengetahui kabar tentang apa yang menimpa Regita, Seravina pun menjadi sering berkunjung ke rumah sakit. Hubungannya dengan Leonardo juga perlahan membaik seiring kesalah pahaman yang telah terurai. Belakangan bahkan Seravina menjadi sangat akrab dengan Regita.Semasa di rumah sakit, Seravina yang sering menemani Regita ketika Marvin dan Leonardo harus kembali pada pekerjaannya. Terlebih lagi tanggungan Marvin cukup berat karena harus memperbaiki semua kekacauan yang dilakukan Recky di perusahaannya. Semenjak Recky ditahan, Marvin kembali berkuasa penuh atas perusahaan.Bahkan hal itu memang bagian dari salah satu tujuan Regita. Regita sudah membuat Recky menguasai perusahaan Marvin. Dengan ditangkapnya Recky, maka Regita juga bisa mengembalikan posisi Marvin seperti semula. Lagi-lagi hal itu tak luput menuai rasa terima kasih dan bangga dari Marvin untuk Regita.Cukup banyak kekacauan yang diciptakan Recky selama masuk di perusahaan Marvin. Memperbaikinya pun bukan sesuatu ya
Regita tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan mantan suaminya secara tidak sengaja. Meski cukup canggung, tapi Regita mencoba untuk bersikap biasa. Raka hanyalah masa lalu baginya.Raka tampak lebih kurus dan penampilannya sedikit berantakan dibandingkan dulu. Sudah lama sekali Regita tidak mendengar kabar tentang mantan suaminya itu. Sejak bercerai dan dinyatakan mengalami masalah kesuburan, Raka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan Marvin. Entah di mana sekarang pria itu bekerja.“Kau juga sedang berbelanja?” tanya Regita dengan akrab. Saat itu Seravina pergi mencari bahan belanjaan yang lain sengaja untuk memberi kesempatan bagi Regita dan mantan suaminya. Tidak ada maksud lain, hanya saja untuk menjaga hubungan baik.“Ya begitulah. Mama sedang sakit sehingga aku yang memutuskan untuk belanja bulanan,” tutur pria itu.“Semoga Mama cepat sembuh,” balas Regita tanpa bertanya lebih panjang terkait sakit yang dialami oleh mantan ibu mertuanya itu.“Kalau kau sed
Seperti yang sudah direncanakan, Marvin benar-benar mengadakan perayaan besar untuk kelahiran anaknya. Perayaan dilakukan dengan mengundang seluruh karyawan kantor dan juga rekan-rekan bisnis Marvin dan Leonardo. Selain mengumumkan kelahiran bayi Alena, mereka juga berniat untuk mengumumkan kembali kerja sama dua perusahaan mereka.Berbagai persiapan dilakukan untuk acara besar itu. Seluruh penghuni rumah ikut sibuk karena acara akan diselenggarakan di kediaman Marvin. Penataan lokasi, dekorasi, catering, semuanya sudah diurus sedemikian rupa. Marvin tidak ingin ada kesalahan untuk hari penting mereka.Selain sibuk mengatur konsep acara, Marvin juga langsung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan keluarganya. Dia menyuruh perancang busana terkenal untuk membuatkan gaun khusus untuk dipakai Regita. Dia ingin istrinya tampil luar biasa di acara perayaan. Itu adalah bentuk perhatian Marvin pada Regita.Acaranya itu dilaksanakan malam hari. Saat hari H tiba, Marvin juga sampai mengundang
“Ke pasar aja lama banget, sih!? Beli keperluan atau jalan-jalan kamu?!”Bentakan seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Regita. Telinganya sudah harus dikepung kebisingan yang berasal dari omelan Malini. Padahal keringat sebiji jagung yang menggantung di pelipisnya akibat perjalanan jauh juga belum sempat ia hapus. Hembusan napasnya juga belum keluar masuk secara teratur.Regita memilih diam karena sadar bahwa Malini adalah ibu mertuanya yang tidak boleh ia lawan. Lagi pula dia sudah cukup terbiasa dengan omelan ibu dari suaminya itu. Bukan sekali itu saja, hampir setiap hari Regita harus mendengarkan kemarahan Malini yang semakin hari semakin kreatif pula alasannya. “Maaf, Ma. Tadi jalannya macet. Bahkan aku sudah turun di tengah jalan dan memilih berjalan kaki agar cepat sampai di rumah,” ujar Regita berusaha menjelaskan kondisi perjalanan yang ditempuhnya.“Banyak alasan kamu ya. Semakin hari kerjamu juga semakin lamban. Seharusnya kamu bersyukur karena Raka mau menika