Regita tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan mantan suaminya secara tidak sengaja. Meski cukup canggung, tapi Regita mencoba untuk bersikap biasa. Raka hanyalah masa lalu baginya.Raka tampak lebih kurus dan penampilannya sedikit berantakan dibandingkan dulu. Sudah lama sekali Regita tidak mendengar kabar tentang mantan suaminya itu. Sejak bercerai dan dinyatakan mengalami masalah kesuburan, Raka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan Marvin. Entah di mana sekarang pria itu bekerja.“Kau juga sedang berbelanja?” tanya Regita dengan akrab. Saat itu Seravina pergi mencari bahan belanjaan yang lain sengaja untuk memberi kesempatan bagi Regita dan mantan suaminya. Tidak ada maksud lain, hanya saja untuk menjaga hubungan baik.“Ya begitulah. Mama sedang sakit sehingga aku yang memutuskan untuk belanja bulanan,” tutur pria itu.“Semoga Mama cepat sembuh,” balas Regita tanpa bertanya lebih panjang terkait sakit yang dialami oleh mantan ibu mertuanya itu.“Kalau kau sed
Seperti yang sudah direncanakan, Marvin benar-benar mengadakan perayaan besar untuk kelahiran anaknya. Perayaan dilakukan dengan mengundang seluruh karyawan kantor dan juga rekan-rekan bisnis Marvin dan Leonardo. Selain mengumumkan kelahiran bayi Alena, mereka juga berniat untuk mengumumkan kembali kerja sama dua perusahaan mereka.Berbagai persiapan dilakukan untuk acara besar itu. Seluruh penghuni rumah ikut sibuk karena acara akan diselenggarakan di kediaman Marvin. Penataan lokasi, dekorasi, catering, semuanya sudah diurus sedemikian rupa. Marvin tidak ingin ada kesalahan untuk hari penting mereka.Selain sibuk mengatur konsep acara, Marvin juga langsung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan keluarganya. Dia menyuruh perancang busana terkenal untuk membuatkan gaun khusus untuk dipakai Regita. Dia ingin istrinya tampil luar biasa di acara perayaan. Itu adalah bentuk perhatian Marvin pada Regita.Acaranya itu dilaksanakan malam hari. Saat hari H tiba, Marvin juga sampai mengundang
“Ke pasar aja lama banget, sih!? Beli keperluan atau jalan-jalan kamu?!”Bentakan seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Regita. Telinganya sudah harus dikepung kebisingan yang berasal dari omelan Malini. Padahal keringat sebiji jagung yang menggantung di pelipisnya akibat perjalanan jauh juga belum sempat ia hapus. Hembusan napasnya juga belum keluar masuk secara teratur.Regita memilih diam karena sadar bahwa Malini adalah ibu mertuanya yang tidak boleh ia lawan. Lagi pula dia sudah cukup terbiasa dengan omelan ibu dari suaminya itu. Bukan sekali itu saja, hampir setiap hari Regita harus mendengarkan kemarahan Malini yang semakin hari semakin kreatif pula alasannya. “Maaf, Ma. Tadi jalannya macet. Bahkan aku sudah turun di tengah jalan dan memilih berjalan kaki agar cepat sampai di rumah,” ujar Regita berusaha menjelaskan kondisi perjalanan yang ditempuhnya.“Banyak alasan kamu ya. Semakin hari kerjamu juga semakin lamban. Seharusnya kamu bersyukur karena Raka mau menika
Regita benar-benar sakit hati. Dia merasakan pengkhiatan besar setelah mendengar pernyataan Raka. Regita sungguh tidak menyangka bahwa laki-laki yang sangat dicintainya tega membuat keputusan untuk menikahi perempuan lain.Regita bisa terima semua penghinaan Malini selama ini. Tapi satu pengkhianatan dari orang yang dicintai sudah cukup membuat Regita memutuskan untuk berhenti. Tidak ada gunanya lagi dia terus menahan derita di rumah itu. Keberadaannya sama sekali tidak dihargai.Satu-satunya alasan Regita bertahan adalah Raka. Tapi nyatanya sang suami juga menorehkan kecewa. Sebagai laki-laki, Raka tidak bisa bersikap tegas. Raka terlalu mudah diatur oleh ibunya termasuk dalam urusan rumah tangga. Bahkan Raka juga tidak bisa menolak kehendak Malini yang ingin menikahkannya lagi dengan Nadia.Pertahanan Regita sudah berada di ambang batas. Sudah cukup dia merendahkan diri diperlakukan seperti babu di rumah suaminya sendiri. Tapi dia tidak akan pernah berbesar hati menerima poligami. S
“Aku tahu kamu sedang kecewa pada keluarga suamimu. Tapi kenapa kamu melampiaskan kemarahan pada rekanku?” ujar Leonardo setelah berhasil membawa Regita pergi dari café. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang menuju rumah.“Rekanmu itu memang pantas mendapatkannya. Dia tidak menjaga anaknya dengan baik. Ayah macam apa dia,” balas Regita masih menunjukkan kekesalannya pada tingkah laku Marvin. Dia tidak menyangka jika ternyata Marvin adalah rekan bisnis sang kakak. Padahal Regita belum puas menceramahi pria itu tapi Leon sudah lebih dulu menariknya pergi.Leon tidak merespon ocehan Regita lebih lanjut. Dia cukup paham sifat adiknya itu meski sudah dua tahun terakhir mereka tidak tinggal bersama. Mereka berpisah semenjak Regita memutuskan untuk menikahi Raka dan tinggal bersama keluarga suaminya.“Jadi bagaimana? Kau kabur dari rumah suamimu hanya untuk sementara waktu atau untuk seterusnya?” tanya Leon mengalihkan topik pada permasalahan rumah tangga Regita.“Aku tidak mungkin ke
“Selamat pagi, Adikku Tersayang. Bagaimana pestamu semalam? Apakah sangat menyenangkan?” sapa Leon menjadi orang pertama yang Regita lihat saat membuka mata.Regita masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Kepalanya terasa pusing. Dia masih belum ingat sepenuhnya tentang kejadian semalam hingga dirinya berakhir di kamar itu.“Pesta?” ujar Regita lirih dengan ekspresi kebingungan.“Ya. Semalam kau menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di club malam. Sayang sekali kalau kau tidak mengingatnya. Semalam kau bahkan diantar pulang oleh seorang pria tampan,” balas Leonardo justru sengaja menggoda.“Apa?” ujar Regita terkejut saat mendengar pernyataan sang kakak.“Aku diantar pulang oleh seorang pria?” kata Regita mengulang pernyataan Leon dalam bentuk pertanyaan. Dia ingat bahwa semalam dia memang pergi ke club. Tapi dia tidak sadar siapa yang sudah mengantarnya pulang ke rumah.“Pasti Joe yang mengantarku ke sini atau mungkin teman-temanku yang lain yang semalam juga ikut ke club,” uca
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkata seperti itu di depan semua orang?” ujar Regita setela berhasil menarik Marvin pergi menjauh dari kerumunan. Kini mereka berbicara berdua di tempat yang cukup sepi.Regita benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan Marvin yang mengaku bahwa mereka telah berselingkuh. Sekarang perempuan itu mondar-mandir tidak jelas karena panik. Masalahnya bukan hanya Raka dan Nadia yang mendengar perkataan Marvin tentang perselingkuhan palsu itu.“Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Aku sudah membantu agar harga dirimu tidak jatuh di hadapan suamimu dan calon istri barunya itu,” balas Marvin dengan sombongnya.“Astaga! Kau bilang tindakanmu itu membantu? Justru kau semakin menyulitkan hidupku sekarang. Apa kau tidak bisa berpikir panjang sebelum mengambil tindakan? Apa yang akan dipikirkan orang-orang setelah mendengar pengakuanmu tadi,” keluh Regita sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Kenapa terlalu memikirkan tanggapan orang lain? Biar
“Marvin Marcellino, CEO Waymart berselingkuh dengan perempuan berinisial RA yang merupakan istri dari karyawannya sendiri.”Regita memijat pelipisnya yang terasa pusing karena tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Pemberitaan tentang dirinya dan Marvin semakin ramai saja. Entah sudah ada berapa artikel dan akun gosip dengan berbagai tagline. Regita juga mengeluhkan kepandaian para wartawan yang berhasil mengambil potret saat Marvin merengkuh pinggang Regita hingga posisi mereka tampak begitu mesra. Sekarang foto itu sudah menyebar ke mana-mana.Semua terjadi akibat pengakuan Marvin di pesta ulang tahun Nathan. Marvin bukan orang biasa sehingga setiap apa yang terjadi dalam kehidupannya akan menjadi daya tarik bagi orang lain termasuk media massa. Acara ulang tahun Nathan sebagai putra seorang pengusaha sukses juga tak luput dari rekaman awak media. Itu sebabnya berita tentang pengakuan perselingkuhan Marvin bisa menyebar dengan cepatnya.Regita gelisah memikirkan pemberitaan yang se