“Ke pasar aja lama banget, sih!? Beli keperluan atau jalan-jalan kamu?!”
Bentakan seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Regita. Telinganya sudah harus dikepung kebisingan yang berasal dari omelan Malini. Padahal keringat sebiji jagung yang menggantung di pelipisnya akibat perjalanan jauh juga belum sempat ia hapus. Hembusan napasnya juga belum keluar masuk secara teratur.Regita memilih diam karena sadar bahwa Malini adalah ibu mertuanya yang tidak boleh ia lawan. Lagi pula dia sudah cukup terbiasa dengan omelan ibu dari suaminya itu. Bukan sekali itu saja, hampir setiap hari Regita harus mendengarkan kemarahan Malini yang semakin hari semakin kreatif pula alasannya. “Maaf, Ma. Tadi jalannya macet. Bahkan aku sudah turun di tengah jalan dan memilih berjalan kaki agar cepat sampai di rumah,” ujar Regita berusaha menjelaskan kondisi perjalanan yang ditempuhnya.“Banyak alasan kamu ya. Semakin hari kerjamu juga semakin lamban. Seharusnya kamu bersyukur karena Raka mau menikahi yatim piatu tidak jelas seperti kamu. Sekarang hidupmu jadi lebih enak karena menjadi bagian dari keluarga kami. Setidaknya kamu bisa membuat dirimu menjadi sedikit berguna di rumah ini,” hina Malini bahkan mulai menyinggung asal usul Regita.Malini memang selalu membahas tentang status Regita yang merupakan anak yatim piatu. Sejak awal Malini memang tidak menyukai Regita karena tidak punya orang tua. Satu-satunya keluarga yang dimiliki Regita hanya seorang kakak. Malini menganggap Regita tidak sederajat dengan keluarganya. Sebenarnya Regita sudah merasa tidak aneh dimarahi seperti itu. Perkataan dan hinaan Malini memang sangat pedas. Bahkan sampai mengalahkan pedasnya sambal kesukaan Raka.Ya. Raka adalah alasan utama Regita bertahan di sana. Di sebuah rumah yang sebenarnya tak terlalu mewah namun cukup membuat mertuanya menjadi sangat angkuh. Malini selalu menyombongkan kekayaan dan kedudukannya sebagai pengusaha mini market yang sukses di daerah itu. Awal pertemuan Raka dan Regita terjadi saat mereka menempuh pendidikan di kampus yang sama. Salah seorang teman mengenalkan mereka berdua. Lambat laun hubungan mereka berkembang dari sekedar teman hingga berakhir di pelaminan. Sudah terhitung satu setengah tahun mereka menjalani kehidupan pernikahan. Regita sadar sejak awal Malini memang tidak menyukainya. Dia mengira sikap Malini akan berubah lembut seiring berjalannya waktu. Tapi harapannya itu tak pernah terwujud walau seujung kuku. Bahkan sebaliknya, sikap bengis Malini semakin menjadi-jadi. Melihat perlakuan Malini, posisi Regita lebih cocok dianggap sebagai babu dari pada menantu. Tapi berbeda halnya dengan Raka, laki-laki itu selalu bersikap manis pada Regita. Hanya cinta Raka yang menjadi sumber kekuatan Regita untuk bertahan di sana. Raka selalu meminta Regita bersabar menghadapi sikap ibunya. Walau tidak pernah jelas Regita harus menahan kesabaran itu sampai kapan. Raka tidak pernah memperlakukan Regita dengan buruk. Selama satu setengah tahun hidup bersama, Raka selalu memperlakukan Regita dengan lembut. Walau ada satu sifat Raka yang membuat Regita tak suka. Raka adalah sosok laki-laki yang terlalu patuh pada perkataan ibunya. Setiap kali ada masalah antara Malini dan Regita, Raka tidak menunjukkan pendirian yang tegas hendak membela siapa. Dia hanya meminta Regita bersabar dan mengalah pada orang tua. Bahkan tidak hanya Malini, ipar perempuan Regita juga kerapkali ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Tak jauh berbeda dari mertuanya, sang ipar juga memperlakukan Regita layaknya seorang pembantu. Mereka menganggap Regita hanya menumpang hidup dan keberadaannya harus dimanfaatkan. Malini merasa Raka yang bekerja di perusahaan besar tidak cocok dengan Regita yang hanya memilih menjadi ibu rumah tangga. Padahal sejak awal memang Malini mengatakan ingin menantu yang bisa membantu pekerjaan rumah. Bahkan sebenarnya Regita adalah lulusan sarjana seni. Dia memilih tidak bekerja setelah menikah karena ingin menuruti keinginan sang ibu mertua. Regita berharap pilihannya itu membuat Malini akan menyukai dan menerimanya dengan baik sebagai menantu. Tapi kini Malini justru mengeluhkan Regita yang dianggap tidak dapat mengangkat derajat keluarganya. Terlebih lagi dengan keadaan Regita yang tak kunjung hamil, Malini semakin mencaci maki Regita dan memperlakukan perempuan itu seenaknya. “Eh, kenapa jadi bengong di situ? Lagi pula untuk menarik simpati siapa kau menunjukkan wajah sedih yang dibuat-buat itu? Kalau memang itu bagian dari keahlianmu, kenapa tidak menggunakannya untuk mengiba belas kasih orang-orang di jalanan sana? Bahkan jika menjadi pengemis mungkin keberadaanmu akan lebih berguna bagi kami,” tegur Malini dengan caci maki yang semakin menorehkan luka di hati Regita. Rasanya Regita ingin menangis. Usahanya sama sekali tidak dihargai. Terkadang dia sangat mengimpikan mendengar pujian dari mertuanya walau sekali saja. Dia juga sama seperti perempuan lain yang ingin disayangi oleh ibu mertuanya. Tapi hal itu tidak pernah dia dapatkan sepanjang menjadi istri Raka. “Sabar, Gita. Kamu harus kuat menahan diri demi cintamu pada Raka,” batin Regita memberikan dukungan pada dirinya sendiri. “Jangan hanya diam saja! Lebih baik sekarang kamu ke dapur dan buat masakan yang enak. Ada tamu penting yang akan datang hari ini,” perintah Malini dengan nada membentak.“Memangnya siapa yang akan datang, Ma?” tanya Regita penasaran. Dia memang merasa daftar belanjaan yang diberikan Malini cukup banyak hari itu. Tapi dia tidak diberitahu sebelumnya bahwa akan ada tamu. “Bukan urusan kamu. Sudah jangan banyak tanya. Cepat ke dapur dan masak yang enak. Kalau sampai hidangan belum siap saat tamu itu sudah datang, kamu akan merasakan akibatnya!” kata Malini dengan bengis. Regita hanya bisa menurut dan berlalu menuju dapur. Dia mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibu mertuanya. Dia melakukan semuanya sendirian tanpa ada yang membantu. Setelah masakan siap, Regita langsung menghidangkannya. Pada saat yang sama, Malini kembali datang untuk memeriksa hasil pekerjaan menantunya. Dia bahkan mengoreksi rasa dengan teliti sudah seperti juri lomba memasak di televisi. Melihat dari tingkah Malini, Regita bisa menduga kalau tamu itu benar-benar penting.Tak lama kemudian, deru mobil terdengar berhenti di depan rumah. Kedatangan tamu yang dinantikan itu membuat wajah Malini berubah sumringah. Regita benar-benar penasaran siapa orang yang kedatangannya begitu menggembirakan sang ibu mertua. Regita berniat untuk melihatnya, tapi Malini justru mengusir Regita dari sana. “Cepat masuk ke kamarmu! Mama tidak mau tamu itu tahu kalau mama punya menantu jelek dan dekil seperti kamu. Pergi dan jangan membuat malu!” kata Malini membuat Regita memperhatikan penampilannya sendiri. Regita akui penampilannya memang cukup buruk. Dia hanya mengenakan daster lusuh khas baju dinas ibu rumah tangga. Aroma dapur dan debu-debu dari pasar bercampur jadi satu. Tubuhnya yang belum mandi terasa lengket dengan keringat. Regita menurut dan masuk ke kamarnya. Dia membersihkan diri, berganti baju dan sedikit berdandan agar penampilannya lebih enak dipandang jika tak sengaja dilihat oleh para tamu itu. Saat sedang memoles lipstik tipis di depan cermin rias, Regita mendengar gelak tawa yang ramai. Regita penasaran dengan keseruan yang terjadi. Dia pun mendekati ruang tamu untuk mencari tahu. Dia bisa melihat ada seorang perempuan yang duduk bersebelahan dengan Raka. Dia juga baru tahu kalau Raka ada di sana bersama tamu-tamu ibunya. Ada sepasang perempuan dan laki-laki paruh baya yang juga berada di antara mereka. Regita memperhatikan perempuan cantik yang duduk di dekat suaminya. Dia mulai merasakan gelagat yang aneh saat menyadari ada sikap yang berbeda di antara mereka. Raka dan perempuan itu tampak malu-malu dan saling curi pandang. Ditambah lagi dengan pujian-pujian yang mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan serasi. Regita belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi hingga dia mendengar pernyataan mengejutkan dari Malini. “Saya merasa terhormat dengan kedatangan bapak dan ibu ke rumah kami. Saya juga sudah tidak sabar ingin segera menjadikan Nadia sebagai menantu. Senang rasanya karena kalian menyambut baik rencana pernikahan putra putri kita yang akan dilaksanakan bulan depan,” kata Malini. Mendengar pernyataan itu membuat perasaan Regita semakin tidak tenang. Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Malini sebenarnya. Tapi satu yang pasti, sepertinya kali ini dia sudah tidak bisa tinggal diam lagi.“Pernikahan bulan depan? Siapa yang akan menikah?” ujar Regita tiba-tiba menunjukkan diri di hadapan semua orang. Para tamu itu terkejut dan memandang aneh pada Regita. Sementara Malini menunjukkan ekspresi tidak suka karena Regita datang menyela. Raka juga tak kalah kagetnya.“Gita, lebih baik kamu masuk,” kata Raka seolah tidak menginginkan keberadaan Regita di sana. Tapi bukannya pergi, Regita justru semakin mendekat ke arah Raka. Dia memandang laki-laki itu dengan tatapan tak percaya.“Katakan padaku dengan jujur. Apa maksud semua ini? Apa Mas Raka akan menikah lagi?”“Iya. Aku akan menikah dengan Nadia.”“Apa?”Regita benar-benar sakit hati. Dia merasakan pengkhiatan besar setelah mendengar pernyataan Raka. Regita sungguh tidak menyangka bahwa laki-laki yang sangat dicintainya tega membuat keputusan untuk menikahi perempuan lain.Regita bisa terima semua penghinaan Malini selama ini. Tapi satu pengkhianatan dari orang yang dicintai sudah cukup membuat Regita memutuskan untuk berhenti. Tidak ada gunanya lagi dia terus menahan derita di rumah itu. Keberadaannya sama sekali tidak dihargai.Satu-satunya alasan Regita bertahan adalah Raka. Tapi nyatanya sang suami juga menorehkan kecewa. Sebagai laki-laki, Raka tidak bisa bersikap tegas. Raka terlalu mudah diatur oleh ibunya termasuk dalam urusan rumah tangga. Bahkan Raka juga tidak bisa menolak kehendak Malini yang ingin menikahkannya lagi dengan Nadia.Pertahanan Regita sudah berada di ambang batas. Sudah cukup dia merendahkan diri diperlakukan seperti babu di rumah suaminya sendiri. Tapi dia tidak akan pernah berbesar hati menerima poligami. S
“Aku tahu kamu sedang kecewa pada keluarga suamimu. Tapi kenapa kamu melampiaskan kemarahan pada rekanku?” ujar Leonardo setelah berhasil membawa Regita pergi dari café. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang menuju rumah.“Rekanmu itu memang pantas mendapatkannya. Dia tidak menjaga anaknya dengan baik. Ayah macam apa dia,” balas Regita masih menunjukkan kekesalannya pada tingkah laku Marvin. Dia tidak menyangka jika ternyata Marvin adalah rekan bisnis sang kakak. Padahal Regita belum puas menceramahi pria itu tapi Leon sudah lebih dulu menariknya pergi.Leon tidak merespon ocehan Regita lebih lanjut. Dia cukup paham sifat adiknya itu meski sudah dua tahun terakhir mereka tidak tinggal bersama. Mereka berpisah semenjak Regita memutuskan untuk menikahi Raka dan tinggal bersama keluarga suaminya.“Jadi bagaimana? Kau kabur dari rumah suamimu hanya untuk sementara waktu atau untuk seterusnya?” tanya Leon mengalihkan topik pada permasalahan rumah tangga Regita.“Aku tidak mungkin ke
“Selamat pagi, Adikku Tersayang. Bagaimana pestamu semalam? Apakah sangat menyenangkan?” sapa Leon menjadi orang pertama yang Regita lihat saat membuka mata.Regita masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Kepalanya terasa pusing. Dia masih belum ingat sepenuhnya tentang kejadian semalam hingga dirinya berakhir di kamar itu.“Pesta?” ujar Regita lirih dengan ekspresi kebingungan.“Ya. Semalam kau menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di club malam. Sayang sekali kalau kau tidak mengingatnya. Semalam kau bahkan diantar pulang oleh seorang pria tampan,” balas Leonardo justru sengaja menggoda.“Apa?” ujar Regita terkejut saat mendengar pernyataan sang kakak.“Aku diantar pulang oleh seorang pria?” kata Regita mengulang pernyataan Leon dalam bentuk pertanyaan. Dia ingat bahwa semalam dia memang pergi ke club. Tapi dia tidak sadar siapa yang sudah mengantarnya pulang ke rumah.“Pasti Joe yang mengantarku ke sini atau mungkin teman-temanku yang lain yang semalam juga ikut ke club,” uca
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkata seperti itu di depan semua orang?” ujar Regita setela berhasil menarik Marvin pergi menjauh dari kerumunan. Kini mereka berbicara berdua di tempat yang cukup sepi.Regita benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan Marvin yang mengaku bahwa mereka telah berselingkuh. Sekarang perempuan itu mondar-mandir tidak jelas karena panik. Masalahnya bukan hanya Raka dan Nadia yang mendengar perkataan Marvin tentang perselingkuhan palsu itu.“Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Aku sudah membantu agar harga dirimu tidak jatuh di hadapan suamimu dan calon istri barunya itu,” balas Marvin dengan sombongnya.“Astaga! Kau bilang tindakanmu itu membantu? Justru kau semakin menyulitkan hidupku sekarang. Apa kau tidak bisa berpikir panjang sebelum mengambil tindakan? Apa yang akan dipikirkan orang-orang setelah mendengar pengakuanmu tadi,” keluh Regita sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Kenapa terlalu memikirkan tanggapan orang lain? Biar
“Marvin Marcellino, CEO Waymart berselingkuh dengan perempuan berinisial RA yang merupakan istri dari karyawannya sendiri.”Regita memijat pelipisnya yang terasa pusing karena tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Pemberitaan tentang dirinya dan Marvin semakin ramai saja. Entah sudah ada berapa artikel dan akun gosip dengan berbagai tagline. Regita juga mengeluhkan kepandaian para wartawan yang berhasil mengambil potret saat Marvin merengkuh pinggang Regita hingga posisi mereka tampak begitu mesra. Sekarang foto itu sudah menyebar ke mana-mana.Semua terjadi akibat pengakuan Marvin di pesta ulang tahun Nathan. Marvin bukan orang biasa sehingga setiap apa yang terjadi dalam kehidupannya akan menjadi daya tarik bagi orang lain termasuk media massa. Acara ulang tahun Nathan sebagai putra seorang pengusaha sukses juga tak luput dari rekaman awak media. Itu sebabnya berita tentang pengakuan perselingkuhan Marvin bisa menyebar dengan cepatnya.Regita gelisah memikirkan pemberitaan yang se
“Anda tidak bisa terus mengabaikan isu perselingkuhan anda yang semakin beredar tidak jelas di media sosial. Anda harus segera mencari jalan keluar untuk menjaga opini publik,” kata Andri, asisten Marvin di kantor.“Kau tahu kan bahwa aku tidak pernah peduli dengan opini orang lain tentang diriku,” bantah Marvin.“Iya saya mengerti. Tapi sekarang masalah ini sudah berdampak pada harga saham perusahaan kita. Saya harus sampaikan kabar ini walau anda tidak akan senang mendengarnya. Beberapa klien juga sudah membatalkan kerja samanya dengan kita akibat gosip itu,” tutur Andri.“Dasar orang-orang aneh. Kenapa mereka bisa begitu terpengaruh dengan gosip murahan dan menjadikannya sebagai alasan untuk memutuskan sebuah kerja sama bisnis,” kata Marvin.“Memang begitulah adanya, Pak. Sekarang apa yang beredar di media sosial termasuk gosip memang sangat mempengaruhi preferensi konsumen. Mereka mengatakan tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh pria perebut istri orang.”“Si
“Sudahlah, Sayang. Kita tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan kita di hadapan Raka.”“Apa? Sayang?” ujar Regita merasa heran dengan panggilan yang diberikan Marvin pada dirinya.“Iya. Syukurlah kalau sekarang dia sudah tahu segalanya. Kita tidak perlu repot-repot lagi mencari kesempatan untuk bermesraan secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak sabar menantikan kalian segera resmi bercerai,” kata Marvin yang diikuti tindakan mengejutkan.Marvin merengkuh tubuh Regita hingga posisi mereka sangat dekat. Regita yang masih kebingungan kalah cepat dengan ulah Marvin yang tiba-tiba mengecup singkat bibir gadis itu. Regita terbelalak tak percaya dengan apa yang pria itu lakukan.Bukan hanya Regita, Raka juga terkejut menyaksikan adegan yang terjadi di hadapannya. Marvin sangat berani mencumbu Regita tepat di depan matanya. Raka semakin terbakar emosi karena hal itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Regita lirih. Dia masih tak mengerti dengan sikap aneh Marvin.“Aku merindukanmu, Sayang” jawab Marv
“Pria kurang ajar! Sudah berani menyentuhku sembarangan tapi malah memarahiku seperti itu. Dia tidak terima saat aku menyebutnya gila perempuan. Memang tidak sadar diri. Aku berharap tidak perlu berurusan dengannya lagi,” keluh Regita sembari menyetir mobil.Perempuan itu baru terlibat pertengkaran dengan Marvin. Setelah kejadian Marvin menciumnya di depan Raka, Regita langsung menyusul ke ruang kerjanya dan melayangkan protes. Tapi Marvin justru memarahi dan membentak Regita dengan kasar.Regita pikir harusnya dia yang marah karena Marvin sudah menyentuhnya tanpa izin. Tapi sebaliknya malah pria itu yang berkata kasar saat Regita membahas tentang mantan istrinya.“Kalau aku punya suami yang gila perempuan seperti Marvin itu, aku pasti juga akan meminta pisah darinya. Aku tidak kuat kalau harus makan hati setiap hari melihat kelakuannya bersama perempuan lain,” ujar Regita membiarkan imajinasinya melayang jauh tentang watak pria kaya seperti Marvin. Padahal dia tidak mengenal dengan p
Seperti yang sudah direncanakan, Marvin benar-benar mengadakan perayaan besar untuk kelahiran anaknya. Perayaan dilakukan dengan mengundang seluruh karyawan kantor dan juga rekan-rekan bisnis Marvin dan Leonardo. Selain mengumumkan kelahiran bayi Alena, mereka juga berniat untuk mengumumkan kembali kerja sama dua perusahaan mereka.Berbagai persiapan dilakukan untuk acara besar itu. Seluruh penghuni rumah ikut sibuk karena acara akan diselenggarakan di kediaman Marvin. Penataan lokasi, dekorasi, catering, semuanya sudah diurus sedemikian rupa. Marvin tidak ingin ada kesalahan untuk hari penting mereka.Selain sibuk mengatur konsep acara, Marvin juga langsung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan keluarganya. Dia menyuruh perancang busana terkenal untuk membuatkan gaun khusus untuk dipakai Regita. Dia ingin istrinya tampil luar biasa di acara perayaan. Itu adalah bentuk perhatian Marvin pada Regita.Acaranya itu dilaksanakan malam hari. Saat hari H tiba, Marvin juga sampai mengundang
Regita tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan mantan suaminya secara tidak sengaja. Meski cukup canggung, tapi Regita mencoba untuk bersikap biasa. Raka hanyalah masa lalu baginya.Raka tampak lebih kurus dan penampilannya sedikit berantakan dibandingkan dulu. Sudah lama sekali Regita tidak mendengar kabar tentang mantan suaminya itu. Sejak bercerai dan dinyatakan mengalami masalah kesuburan, Raka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan Marvin. Entah di mana sekarang pria itu bekerja.“Kau juga sedang berbelanja?” tanya Regita dengan akrab. Saat itu Seravina pergi mencari bahan belanjaan yang lain sengaja untuk memberi kesempatan bagi Regita dan mantan suaminya. Tidak ada maksud lain, hanya saja untuk menjaga hubungan baik.“Ya begitulah. Mama sedang sakit sehingga aku yang memutuskan untuk belanja bulanan,” tutur pria itu.“Semoga Mama cepat sembuh,” balas Regita tanpa bertanya lebih panjang terkait sakit yang dialami oleh mantan ibu mertuanya itu.“Kalau kau sed
Setelah mengetahui kabar tentang apa yang menimpa Regita, Seravina pun menjadi sering berkunjung ke rumah sakit. Hubungannya dengan Leonardo juga perlahan membaik seiring kesalah pahaman yang telah terurai. Belakangan bahkan Seravina menjadi sangat akrab dengan Regita.Semasa di rumah sakit, Seravina yang sering menemani Regita ketika Marvin dan Leonardo harus kembali pada pekerjaannya. Terlebih lagi tanggungan Marvin cukup berat karena harus memperbaiki semua kekacauan yang dilakukan Recky di perusahaannya. Semenjak Recky ditahan, Marvin kembali berkuasa penuh atas perusahaan.Bahkan hal itu memang bagian dari salah satu tujuan Regita. Regita sudah membuat Recky menguasai perusahaan Marvin. Dengan ditangkapnya Recky, maka Regita juga bisa mengembalikan posisi Marvin seperti semula. Lagi-lagi hal itu tak luput menuai rasa terima kasih dan bangga dari Marvin untuk Regita.Cukup banyak kekacauan yang diciptakan Recky selama masuk di perusahaan Marvin. Memperbaikinya pun bukan sesuatu ya
“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Marvin setelah Regita sadar. Dia merasa senang akhirnya istrinya itu bisa kembali membuka mata. Padahal sebelumnya dia sudah sangat takut akan kehilangan Regita.“Di mana Recky? Kau baik-baik saja ‘kan? Apa dia melukaimu juga?” tanya Regita dengan ekspresi panik. Marvin hanya tersenyum ringan.“Kau terluka tapi masih sempat mengkhawatirkanku, Sayang” ujar Marvin merasa begitu dicintai. Dia pun mengecup puncak kepala Regita.“Aku serius, Marvin. Di mana Recky? Sangat berbahaya jika dia masih berkeliaran bebas di sekitar kita,” ujar Regita masih cemas.“Tenang, Regita. Recky sudah diamankan oleh polisi. Aku jamin dia akan mendapatkan ganjaran seumur hidup atas semua kejahatan yang sudah dia lakukan selama ini. Dia juga sudah berani melukai istriku. Tadinya aku sangat takut kalau aku akan kehilanganmu,” ungkap Marvin sembari mengambil tangan Regita dan dikecupnya berkali-kali.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh” ujar Regita. Dia baru sadar den
Marvin dan Leonardo menunggu dengan cemas. Dokter sedang melakukan tindakan. Mereka hanya bisa berharap akan mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu keselamatan Regita.Selama menunggu, Marvin benar-benar tidak bisa tenang. Dia takut jika harus menerima kenyataan pahit yang tidak dia inginkan. Dia tidak siap untuk kehilangan Regita. Dia merasa belum sempat membahagiakan Regita dan membalas semua pengorbanan yang sudah Regita lakukan untuk dirinya.“Tuhan...jika aku tidak layak kau perhitungkan, setidaknya lihatlah dia. Perempuan itu begitu baik atas semua yang telah dia lakukan padaku. Selamatkanlah dia,” batin Marvin. Dia benar-benar kehilangan cara untuk menenangkan dirinya.Marvin teringat semua jasa Regita. Regita yang sangat perhatian dan menyayangi Nathan seperti anak kandungnya sendiri. Regita yang tidak mau Marvin jatuh pada perangkap licik Callista palsu. Regita yang tidak ingin Marvin celaka karena Recky. Sudah banyak hal yang Regita lakukan untuk hidup Marvin.Sementara itu
“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa tidak bisa diselamatkan dua-duanya?” tanya Leonardo memastikan. Dia tidak tega melihat Marvin yang sudah terdiam dengan ekspresi tak berdaya.“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Tapi kami hanya punya opsi untuk menyelamatkan salah satu saja. Antara ibu atau anaknya. Kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan selanjutnya. Silahkan dirundingkan denga baik dan segera sampaikan hasil keputusannya pada kami. Kami juga tidak bisa menunda terlalu lama karena keselamatan pasien benar-benar dipertaruhkan,” ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Marvin dan Leonardo. Mereka diberi kesempatan untuk berpikir secara matang dengan memperhitungkan segala konsekuensinya.Baik Marvin maupun Leonardo sama-sama merasa berada dalam situasi pelik. Kedua pilihan yang diajukan dokter sama beratnya. Mereka tidak ingin kehilangan keduanya.Marvin terduduk lesu di kursi tunggu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada satu
“Kau? Marvin?”Regita begitu terkejut melihat sosok yang datang ke kamar hotel tempat dia disembunyikan ternyata adalah Marvin. Regita tidak menyangka Marvin akan melakukan hal itu. Dia berpikir Marvin pasti ingin balas dendam atas penembakan yang sudah Regita lakukan saat di hotel.“Jadi kau yang sengaja menyuruh para polisi gadungan ini untuk menyamar dan menculikku?” ujar Regita.“Tentu saja. Kau lupa siapa aku? Bukan hanya kau yang bisa menipu orang lain. Aku pun sama,” balas Marvin. “Lantas apa yang kau inginkan setelah menangkapku seperti ini? Kau ingin balas dendam? Kau ingin menghabisiku karena aku sudah berani membuat nyawamu terancam, begitu?” kata Regita dengan nada menantang.“Tidak, Regita. Menghabisi adalah hukuman yang terlalu mudah,” bantah Marvin.“Lalu apa maumu?”“Aku berbaik hati untuk memberimu dua pilihan. Akuilah bahwa kau mencintaiku atau kau memilih mati.”“Apa?”Regita terkejut mendengar pilihan yang diutarakan Marvin. Baginya itu terlalu tidak masuk akal.
Situasi berubah menjadi panik karena penyerangan tidak terduga yang Recky lakukan tiba-tiba. Regita yang tidak sempat menghindar juga membuat tusukan Recky tepat mengenai dada kirinya. Bahkan Marvin yang berada di samping Regita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia langsung menangkap tubuh Regita yang ambruk.“Kurang ajar!” umpat Leonardo emosi melihat adiknya dilukai.Tanpa pikir panjang, Leonardo pun mengeluarkan sebuah pistol dan melepas satu tembakan ke arah Recky yang digiring polisi. Tembakan itu mengenai paha kanan Recky hingga pria itu tak bisa berjalan. Meski begitu polisi tetap membawanya untuk diamankan.Perhatian mereka kemudian teralih pada Regita. Perempuan terbaring lemas di pangkuan Marvin. Regita masih sadar tapi lukanya terus mengeluarkan banyak darah. Marvin kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutup luka itu sementara dan menghentikan pendarahan. Tapi sayangnya mereka tidak menemukan apa pun di sana.“Bertahanlah, Regita” ujar Marvin penuh kecema
“Jangan mencoba untuk membohongiku atau kau akan tahu akibatnya,” ancam Leonardo dengan nada serius. Dia masih berpikir bahwa Recky hanya sedang mengelak.“Aku tidak tahu di mana keberadaan adikmu,” tegas Recky dengan jawaban yang sama.Leonardo yang kehilangan kesabaran akhirnya memberi kode panggilan pada para polisi yang dia bawa. Recky tampak terkejut saat melihat para petugas itu. Dia masih belum mengerti kenapa para polisi itu mengepungnya.“Sialan! Kau pikir kau bisa menangkapku dengan membawa mereka?” ujar Recky dengan nada menantang. Leonardo hanya tersenyum sinis karena dia bisa membaca ekspresi getir yang berusaha Recky sembunyikan.“Kalian tidak bisa menangkap seseorang tanpa alasan. Bahkan hanya dengan tuduhan penculikan yang tak berdasarkan bukti,” kata Recky masih merasa tenang. Dia belum mengerti karena permasalahan apa dia akan ditangkap. Dia masih berpikir Leonardo melaporkannya atas tuduhan penculikan terhadap Regita.“Kata siapa mereka tidak punya bukti? Kau akan d