“Aku akan buktikan bahwa aku tidak takut bertemu dengan Marvin dan perempuan itu,” ujar Regita mendengus kesal sembari menatap bayangan dirinya di cermin.Perempuan itu sudah bersiap untuk menemani Leonardo ke acara ulang tahun pernikahan rekan bisnisnya. Dia bahkan benar-benar mempersiapkan diri. Entah mengapa malam itu dia ingin tampilannya terlihat lebih menarik dari seseorang yang tidak dia senangi.Regita mengenakan sequine dress berwarna rose gold. Dress panjang itu memiliki belahan di bagian paha. Dia memadukannya dengan high heels sehingga kakinya terkesan lebih jenjang. Rambut panjangnya dia sanggul ke atas hingga menampakkan lehernya yang putih. Tak lupa juga polesan make up sudah menghiasi wajah cantiknya.Regita merasa penampilannya sudah sempurna. Hatinya tak bisa berbohong bahwa dia ingin terlihat lebih cantik dibandingkan Seravina. Entah kenapa dia harus membandingkan diri dengan calon istri Marvin itu.“Padahal sebelumnya bilang tidak mau ikut. Tapi sekarang penampilan
“Apa yang kau katakan pada Regita di pesta tadi?” tanya Marvin dalam perjalanan pulang.Seravina tercekat mendengar pertanyaan itu. Dia tahu bahwa sedari tadi Marvin tampak tidak bersahabat. Entah apa saja yang sempat didengar oleh Marvin saat dia berbicara dengan Regita. Marvin seperti sengaja menunggu waktu pulang untuk mendesaknya.“Tidak. Aku hanya mencoba untuk mengakrabkan diri dengannya,” elak Seravina.“Aku tidak tahu apa saja yang sudah kau katakan padanya. Tapi aku harap kau sadar posisi bahwa hubungan kita hanya sebuah perjanjian. Jadi aku harap kau tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadiku,” tegas Marvin.Marvin punya insting bahwa Seravina mengatakan hal yang tidak baik pada Regita. Ekspresi dua perempuan itu tampak sedang bersi tegang saat dia temui. Marvin tidak senang jika Seravina terlalu menganggap serius posisi palsunya.Sementara itu wajah Seravina semakin ditekuk setelah mendengar penegasan Marvin. Marvin selalu bersikap dingin padanya kecuali saat merek
Leonardo merasa khawatir dengan kondisi Regita yang tiba-tiba jatuh pingsan. Dia langsung membawa Regita ke rumah sakit. Bahkan tidak hanya Leonardo, Raka juga ikut menyusul ke sana. Raka tetap bersi keras ingin pergi ke rumah sakit meski sempat dilarang oleh Nadia dan berujung pada perdebatan.Kedatangan Raka tidak mendapat sambutan baik dari Leonardo. Leonardo bahkan tak menyapanya tapi Raka tetap bertahan di sana. Dia masih ingin memastikan kondisi Regita. Saat melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan, Leonardo dengan sigap bertanya tentang kondisi sang adik. Raka ikut bangkit untuk mendengar penuturan dokter.“Bagaimana keadaan adik saya, Dok? Apa yang sebenarnya terjadi padanya hingga tiba-tiba jatuh pingsan?” cecar Leonardo.“Tenang,Pak. Adik anda baik-baik saja. Dia hanya sedikit stres dan kelelahan. Tolong pola istirahatnya dijaga ya,” jelas dokter itu.“Syukurlah kalau begitu,” kata Leonardo merasa lega untuk sesaat.“Saya akan resepkan obat dan vitamin untuk Ibu Regita.
“Aku minta maaf, Nad. Tapi aku tidak bisa menikahimu,” ujar Raka saat mengajak Nadia bertemu.“Apa yang kau katakan ini, Raka. Jangan bercanda!” balas Nadia. Awalnya dia masih merasa bahwa Raka hanya sedang bergurau.“Aku serius, Nad. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,” tegas Raka. Saat itu lah Nadia mulai ikut menganggap serius perkataan Raka.“Apa masalahnya, Raka? Kenapa kamu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan kita? Ini hanya tinggal beberapa hari lagi. Semua persiapan sudah dilakukan oleh keluargaku. Apa kau tega membuat kami semua menanggung malu?” cecar Nadia.Nadia masih tidak mengerti alasan Raka ingin membatalkan pernikahan. Padahal dia merasa sudah tidak ada penghalang lagi bagi hubungan mereka setelah Raka dan Regita resmi bercerai. Dia belum mengetahui apa pun tentang kondisi Regita.“Aku tahu bahwa keputusanku ini akan membuatmu dan keluargamu kecewa. Aku minta maaf untuk itu semua. Tapi aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Aku harus ber
Regita tidak bisa menjawab pertanyaan Leonardo dengan jelas. Sejak awal dia sudah tidak jujur tentang peristiwa yang pernah terjadi antara dirinya dan Marvin. Tidak ada yang tahu bahwa mereka pernah tidur bersama.Regita sendiri yang meminta agar hal itu dirahasiakan. Tapi sekarang dia justru menjadi bimbang. Regita mempertanyakan status anak dalam kandungannya. Dia tidak tahu apakah anak itu adalah anak dari Raka atau dari Marvin.Regita hanya bisa menyimpan kegelisahannya sendiri. Dia takut untuk mengatakan kebimbangannya pada orang lain termasuk Leonardo. Entah akan seperti apa respon kakaknya kalau sampai tahu.Dia belum bisa memastikan anak siapa yang sedang ia kandung. Tapi keluarga Raka kian menjadi teror juga untuknya. Setelah sebelumnya Malini yang datang ke sana, kini Raka juga menjadi sangat rajin mengunjungi Regita.Pria itu selalu datang dengan membawa buah tangan. Dia selalu memaksa Regita untuk menerima pemberiannya dengan alasan dia memberikan itu untuk calon anaknya.
“Apa maksud perkataanmu tadi, Marvin?” tanya Leonardo.Leonardo tak mengerti dengan ucapan Marvin tentang Regita dan kehamilannya. Sekarang pria itu benar-benar bingung. Dia juga bisa melihat ekspresi Marvin yang ikut gelisah. Bukannya menjelaskan, Marvin justru meminta kesempatan untuk bertemu dengan Regita. Marvin merasa harus berbicara langsung dengan Regita.Leonardo yang tidak tahu apa-apa tentu tidak melarang. Dua pria itu kemudian meninggalkan cafe dan pergi menuju rumah Leonardo. Sesampainya mereka di sana, ternyata Raka sudah tidak ada. Leonardo bersyukur untuk hal itu.Regita cukup terkejut dengan kedatangan Marvin bersama sang kakak. Perasaannya semakin tidak menentu saat Marvin mengajaknya berbicara berdua. Dia tidak tahu apa tujuan Marvin sebenarnya. Leonardo juga berlalu untuk memberikan kesempatan pada mereka berdua.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” tanya Regita masih bersikap tenang.“Aku sudah dengar dari Leonardo bahwa saat ini kamu sedang hamil.”“Lalu apa
Hari itu Regita memiliki jadwal pemeriksaan ke dokter kandungan. Dia sudah bersiap dan Leonardo akan mengantarnya. Tapi saat membuka pintu rumah, dia dikagetkan dengan keberadaan Marvin yang sudah berdiri di sana.“Marvin? Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Regita dengan malas. Sekarang selain Raka, rupanya dia juga harus menghadapi Marvin yang akan sering mencari alasan berkunjung ke sana.“Aku datang untuk menemuimu,” jawab Marvin.“Lebih baik kau pulang saja karena aku akan pergi,” balas Regita.“Tidak masalah. Aku akan menemani ke mana pun kau akan pergi,” kata Marvin tak mau menyerah.“Aku kan pergi ke dokter kandungan. Kak Leon yang akan mengantarku, jadi jangan membuang waktumu dengan tetap berada di sini,” usir Regita dengan halus.“Biar aku saja yang mengantarmu, Regita. Itu tanggung jawabku sebagai ayah si bayi,” paksa Marvin.“Dugaanmu itu belum terbukti, Marvin. Berhentilah menggangguku.”“Aku tahu dilema apa yang sedang kau rasakan hingga kau terus menghindar dariku. A
Marvin melajukan mobilnya menuju sebuah cafe. Dia sudah bertekad untuk memastikan kecurigaannya. Dia menghubungi Nadia dan meminta bertemu. Menurut keterangan Dokter Reyfan, Nadia lah yang sudah diam-diam melakukan tes kesuburan Raka. Marvin tidak ingin percaya begitu saja sebelum meminta penjelasan langsung.Tidak hanya Nadia, Marvin juga memanggil Raka dan Regita ke sana. Dia ingin semua orang mengetahui kebenarannya. Setibanya di cafe, Nadia ternyata sudah menunggu di sana. Tak lama kemudian Raka juga bergabung dengan mereka.Marvin sudah menatap heran saat Nadia dan Raka tak lagi datang bersama. Padahal sebelumnya mereka berdua selalu lengket seperti perangko. Bahkan keduanya tidak saling bertegur sapa.Raka bertanya apa tujuan Marvin memanggil mereka ke sana. Tapi Marvin tidak mau menjelaskan apa-apa sebelum Regita datang. Mereka pun menunggu hingga tak lama kemudian Regita tiba di sana. Regita juga bingung kenapa dikumpulkan di tempat itu.“Aku sengaja meminta kalian datang ke s