Regita tidak bisa menjawab pertanyaan Leonardo dengan jelas. Sejak awal dia sudah tidak jujur tentang peristiwa yang pernah terjadi antara dirinya dan Marvin. Tidak ada yang tahu bahwa mereka pernah tidur bersama.Regita sendiri yang meminta agar hal itu dirahasiakan. Tapi sekarang dia justru menjadi bimbang. Regita mempertanyakan status anak dalam kandungannya. Dia tidak tahu apakah anak itu adalah anak dari Raka atau dari Marvin.Regita hanya bisa menyimpan kegelisahannya sendiri. Dia takut untuk mengatakan kebimbangannya pada orang lain termasuk Leonardo. Entah akan seperti apa respon kakaknya kalau sampai tahu.Dia belum bisa memastikan anak siapa yang sedang ia kandung. Tapi keluarga Raka kian menjadi teror juga untuknya. Setelah sebelumnya Malini yang datang ke sana, kini Raka juga menjadi sangat rajin mengunjungi Regita.Pria itu selalu datang dengan membawa buah tangan. Dia selalu memaksa Regita untuk menerima pemberiannya dengan alasan dia memberikan itu untuk calon anaknya.
“Apa maksud perkataanmu tadi, Marvin?” tanya Leonardo.Leonardo tak mengerti dengan ucapan Marvin tentang Regita dan kehamilannya. Sekarang pria itu benar-benar bingung. Dia juga bisa melihat ekspresi Marvin yang ikut gelisah. Bukannya menjelaskan, Marvin justru meminta kesempatan untuk bertemu dengan Regita. Marvin merasa harus berbicara langsung dengan Regita.Leonardo yang tidak tahu apa-apa tentu tidak melarang. Dua pria itu kemudian meninggalkan cafe dan pergi menuju rumah Leonardo. Sesampainya mereka di sana, ternyata Raka sudah tidak ada. Leonardo bersyukur untuk hal itu.Regita cukup terkejut dengan kedatangan Marvin bersama sang kakak. Perasaannya semakin tidak menentu saat Marvin mengajaknya berbicara berdua. Dia tidak tahu apa tujuan Marvin sebenarnya. Leonardo juga berlalu untuk memberikan kesempatan pada mereka berdua.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” tanya Regita masih bersikap tenang.“Aku sudah dengar dari Leonardo bahwa saat ini kamu sedang hamil.”“Lalu apa
Hari itu Regita memiliki jadwal pemeriksaan ke dokter kandungan. Dia sudah bersiap dan Leonardo akan mengantarnya. Tapi saat membuka pintu rumah, dia dikagetkan dengan keberadaan Marvin yang sudah berdiri di sana.“Marvin? Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Regita dengan malas. Sekarang selain Raka, rupanya dia juga harus menghadapi Marvin yang akan sering mencari alasan berkunjung ke sana.“Aku datang untuk menemuimu,” jawab Marvin.“Lebih baik kau pulang saja karena aku akan pergi,” balas Regita.“Tidak masalah. Aku akan menemani ke mana pun kau akan pergi,” kata Marvin tak mau menyerah.“Aku kan pergi ke dokter kandungan. Kak Leon yang akan mengantarku, jadi jangan membuang waktumu dengan tetap berada di sini,” usir Regita dengan halus.“Biar aku saja yang mengantarmu, Regita. Itu tanggung jawabku sebagai ayah si bayi,” paksa Marvin.“Dugaanmu itu belum terbukti, Marvin. Berhentilah menggangguku.”“Aku tahu dilema apa yang sedang kau rasakan hingga kau terus menghindar dariku. A
Marvin melajukan mobilnya menuju sebuah cafe. Dia sudah bertekad untuk memastikan kecurigaannya. Dia menghubungi Nadia dan meminta bertemu. Menurut keterangan Dokter Reyfan, Nadia lah yang sudah diam-diam melakukan tes kesuburan Raka. Marvin tidak ingin percaya begitu saja sebelum meminta penjelasan langsung.Tidak hanya Nadia, Marvin juga memanggil Raka dan Regita ke sana. Dia ingin semua orang mengetahui kebenarannya. Setibanya di cafe, Nadia ternyata sudah menunggu di sana. Tak lama kemudian Raka juga bergabung dengan mereka.Marvin sudah menatap heran saat Nadia dan Raka tak lagi datang bersama. Padahal sebelumnya mereka berdua selalu lengket seperti perangko. Bahkan keduanya tidak saling bertegur sapa.Raka bertanya apa tujuan Marvin memanggil mereka ke sana. Tapi Marvin tidak mau menjelaskan apa-apa sebelum Regita datang. Mereka pun menunggu hingga tak lama kemudian Regita tiba di sana. Regita juga bingung kenapa dikumpulkan di tempat itu.“Aku sengaja meminta kalian datang ke s
“Sial! Aku benci dengan sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencanaku,” umpat Seravina sembari melempar vas di rumahnya. Bahkan Ayumi, temannya sedang menertawakan apa yang terjadi pada Seravina.“Seharusnya sejak awal kamu sadar diri, Sera. Pria itu hanya membayarmu untuk bersandiwara. Tapi kamu malah berharap lebih padanya. Sekarang apa yang terjadi? Dia membuangmu begitu saja saat sudah tidak dibutuhkan,” cibir Ayumi semakin membuat Seravina naik darah.Setelah Marvin menyatakan penyelesaian kontrak di antara mereka, semua penjaga yang ditempatkan di rumah Seravina juga pergi. Perempuan itu merasa kehilangan penghormatan dan perhatian yang selama ini membuatnya cukup nyaman. Terlebih lagi dia memikirkan konsekuensi pada karirnya ke depan.Sejak mengumumkan diri sebagai calon istri seorang pengusaha besar seperti Marvin, Seravina juga mendapatkan keuntungan lain dari kerja sama mereka. Tawaran kerja sebagai model semakin banyak berdatangan padanya. Seravina sangat menikmati hal itu.
Marvin dan Regita sangat terkejut dengan kedatangan Leonardo yang tiba-tiba. Mereka tidak tahu dari mana Leonardo mengetahui keberadaan mereka. Terlebih lagi pria itu datang dengan wajah tak bersahabat seperti biasanya.Marvin dan Regita juga merasa heran dengan sikap Leonardo yang langsung menarik Regita untuk pergi dari sana. Mereka tidak mengerti apa pun. Marvin berusaha mencegah Leonardo dan meminta penjelasan. Bagaimana pun dia belum mendapatkan jawaban dari Regita atas tawarannya.“Tunggu dulu, Leon. Ada apa sebenarnya?” tanya Marvin.“Jauhi adikku. Aku tidak akan pernah setuju kau menikahinya,” tegas Leonardo.“Tapi kenapa? Kau juga tahu bahwa saat ini Regita sedang mengandung anakku. Apa alasanmu menghalangiku untuk bertanggung jawab padanya?” kata Marvin.“Aku tidak butuh suami seperti kamu untuk adikku. Aku sendiri bisa menjaga adikku dan anaknya. Aku tidak akan membiarkan adikku berada dalam bahaya hanya karena menuruti kepentinganmu sendiri,” jawab Leonardo dengan ekspresi
Regita pulang dengan hati kecewa. Marvin tidak bisa meyakinkan dirinya. Dia memilih pulang bersama Leonardo.Sepanjang perjalanan Regita hanya diam. Hal itu tak luput dari perhatian Leonardo. Leonardo berusaha sedikit menghiburnya.“Kau sedih karena aku mengacaukan momen lamaranmu?” tanya Leonardo.“Tidak juga. Aku justru berterima kasih karena kau datang dan memberitahuku kebenarannya,” jawab Regita.“Kalau tidak, apa kau akan menerima lamaran Marvin?” tanya Leonardo lebih lanjut.“Entahlah. Jangan bahas hal itu lagi,” ujar Regita.Regita hanya memikirkan tentang nasib anaknya ke depan. Awalnya dia hendak menerima ajakan Marvin untuk menikah. Siapa yang tidak ingin memberikan kebahagiaan yang sempurna pada anaknya. Regita juga ingin mewujudkan keluarga yang utuh bagi sang anak. Anaknya butuh sosok seorang ayah.Tapi jika kedekatan dengan sang ayah kandung justru membahayakan dirinya, Regita tidak mau mengambil risiko itu. Regita tidak pernah tahu tentang penyebab kematian istri perta
Marvin menutup panggilan secara sepihak. Dia tidak lagi memikirkan perihal Recky dan lebih fokus pada Regita. Perempuan itu masih tampak ketakutan dalam pelukannya. Marvin juga mengerti bahwa kondisi Regita menjadi lebih sensitif karena kehamilannya.Marvin berusaha menenangkan Regita dan meyakinkan perempuan itu bahwa dia sudah aman. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di sana, Marvin langsung memapah Regita untuk turun. Marvin pun mengantar Regita pulang ke rumahnya. Dia juga menghubungi Leonardo dan memberitahu kondisi adiknya.Setibanya di rumah, Leonardo sudah lebih dulu tiba. Dia langsung pulang dari kantor setelah dikabari Marvin. Leonardo langsung memeluk erat Regita saat melihat sang adik. Dia membayangkan kejadian buruk apa yang sudah terjadi pada Regita.“Kau baik-baik saja, Sayang?” tanya Leonardo cemas. Dia meneliti keadaan Regita. Regita hanya mengangguk lemah.“Apa yang sebenarnya terjadi? Ke mana para body guard yang aku suruh untuk selalu menjagamu?” lanjut Leonard