Regita pulang dengan hati kecewa. Marvin tidak bisa meyakinkan dirinya. Dia memilih pulang bersama Leonardo.Sepanjang perjalanan Regita hanya diam. Hal itu tak luput dari perhatian Leonardo. Leonardo berusaha sedikit menghiburnya.“Kau sedih karena aku mengacaukan momen lamaranmu?” tanya Leonardo.“Tidak juga. Aku justru berterima kasih karena kau datang dan memberitahuku kebenarannya,” jawab Regita.“Kalau tidak, apa kau akan menerima lamaran Marvin?” tanya Leonardo lebih lanjut.“Entahlah. Jangan bahas hal itu lagi,” ujar Regita.Regita hanya memikirkan tentang nasib anaknya ke depan. Awalnya dia hendak menerima ajakan Marvin untuk menikah. Siapa yang tidak ingin memberikan kebahagiaan yang sempurna pada anaknya. Regita juga ingin mewujudkan keluarga yang utuh bagi sang anak. Anaknya butuh sosok seorang ayah.Tapi jika kedekatan dengan sang ayah kandung justru membahayakan dirinya, Regita tidak mau mengambil risiko itu. Regita tidak pernah tahu tentang penyebab kematian istri perta
Marvin menutup panggilan secara sepihak. Dia tidak lagi memikirkan perihal Recky dan lebih fokus pada Regita. Perempuan itu masih tampak ketakutan dalam pelukannya. Marvin juga mengerti bahwa kondisi Regita menjadi lebih sensitif karena kehamilannya.Marvin berusaha menenangkan Regita dan meyakinkan perempuan itu bahwa dia sudah aman. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di sana, Marvin langsung memapah Regita untuk turun. Marvin pun mengantar Regita pulang ke rumahnya. Dia juga menghubungi Leonardo dan memberitahu kondisi adiknya.Setibanya di rumah, Leonardo sudah lebih dulu tiba. Dia langsung pulang dari kantor setelah dikabari Marvin. Leonardo langsung memeluk erat Regita saat melihat sang adik. Dia membayangkan kejadian buruk apa yang sudah terjadi pada Regita.“Kau baik-baik saja, Sayang?” tanya Leonardo cemas. Dia meneliti keadaan Regita. Regita hanya mengangguk lemah.“Apa yang sebenarnya terjadi? Ke mana para body guard yang aku suruh untuk selalu menjagamu?” lanjut Leonard
“Selamat pagi, Calon Istri!” sapa Marvin dengan senyum mengembang di depan pintu rumah Regita. Regita tidak tahu untuk apa Marvin datang dan menyapanya dengan sebutan seperti itu.“Jangan bicara sembarangan. Siapa yang akan menikah denganmu?” balas Regita ketus.“Melihat ekspresimu yang sangat bersemangat sepertinya kondisimu sudah lebih baik sekarang. Aku turut senang melihat calon istriku sudah kembali sedikit galak seperti biasanya,” kata Marvin semakin usil.“Sudah aku bilang aku bukan calon istrimu. Lagi pula untuk apa kamu ke sini? Kalau Kak Leon tahu, dia pasti akan memarahimu,” kata Regita. Dia belum tahu apa pun tentang perkembangan hubungan Marvin dan Leonardo.“Biarkan saja Leon tahu. Apa pun yang terjadi, kita pasti akan menikah. Bahkan kakakmu itu juga sudah setuju.”“Apa?” Regita jelas terkejut dengan pernyataan Marvin.“Hari ini aku sengaja datang untuk menjemputmu. Kita akan melakukan fitting baju pengantin,” ujar Marvin.“Tunggu dulu. Kau pasti hanya sedang bercanda,”
“Sialan! Apa-apaan ini? Kenapa Marvin dan Regita justru mau bertunangan dan menikah?” keluh Seravina. Perempuan itu sedang kepanasan mendengar berita baru dari mata-mata yang ia sebar. Berbeda dengan dirinya, Ayumi, temannya justru sedang tertawa lebar.“Memangnya apa yang kau harapkan? Keberadaanmu tidak bisa menghalangi mereka berdua,” kata Ayumi semakin meremehkan.“Sebelumnya, Leonardo tidak setuju dan menentang hubungan Marvin dan Regita. Aku berhasil menghasudnya dengan membongkar penyebab kematian istri pertama Marvin. Tapi entah kenapa semuanya jadi berbalik seperti ini tiba-tiba. Entah apa yang membuat Leonardo berubah pikiran,” ujar Seravina.Ya. Sejak tidak terima dengan sikap Marvin yang mengakhiri perjanjian, Seravina mulai menyerang secara diam-diam. Dia tidak suka pada hubungan Marvin dan Regita. Dia bahkan mulai bertindak.Seravina yang memberitahu Leonardo tentang penyebab kematian Lista. Dia juga yang menginformasikan tempat pertemuan Marvin dan Regita di danau hingg
Sepulang dari rumah Recky, Regita memperjelas hubungan antara Marvin dengan pria itu. Marvin pun menceritakan hubungan kekeluargaan mereka. Termasuk permusuhan mereka yang sampai kini masih memanas.“Sebenarnya Recky juga yang sudah menyebabkan Lista meninggal.”“Apa?”Penuturan Marvin jelas membuat Regita terkejut. Dia tercekat mendengarnya. Pantas saja dia merasa tidak nyaman dengan tatapan Recky kepadanya. Rupanya sepupu Marvin itu memang orang jahat.Regita semakin tidak tenang mendengar kebenaran itu. Kini Recky sudah mengenal dirinya. Bukan tidak mungkin jika pria itu akan membuat Regita bernasib sama seperti Lista.Seolah mengerti gurat kecemasan di wajah Regita, Marvin pun mengambil tangan Regita dan menggenggamnya dengan erat. Tatap mereka bertemu satu sama lain. Marvin seolah meminta Regita tenggelam dalam isyarat di matanya.“Kau percaya padaku? Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu dan anak kita. Aku tahu ketakutan yang kau rasakan. Tapi aku berjanji tidak aka
Sudah sedari tadi Regita menemani Nathan di kamar rawat. Marvin memutuskan bahwa anaknya itu tetap harus mendapatkan pengawasan dokter sampai benar-benar pulih. Regita juga ikut khawatir. Dia memperlakukan Nathan dengan penuh kasih sayang seperti putranya sendiri.Terlebih lagi dia merasa bersalah. Regita menganggap Nathan menjadi korban dari kejahatan yang sebenarnya menyasar dirinya. Marvin bisa melihat ekspresi sedih di wajah Regita.“Tidak perlu khawatir. Bukankah dokter mengatakan bahwa Nathan baik-baik saja? Dia hanya butuh pemulihan,” kata Marvin menenangkan Regita. Dia mengelus pelan pundak perempuan yang masih mengenakan gaun panjang itu.“Tetap saja perasaanku tidak enak. Nathan seperti ini gara-gara aku. Seharusnya aku yang menjadi korban dan bukan Nathan,” keluh Regita.“Hei, jangan berkata begitu? Apa kamu pikir situasinya tidak akan lebih menegangkan jika ini terjadi padamu? Ingat, Regita! Sekarang di rahimmu juga ada kehidupan lain yang harus kamu jaga. Bagaimana jika
“Pria brengsek! Dia sudah merenggut kesucianku. Kurang ajar sekali dia,” umpat Seravina di kamarnya.Pagi itu Seravina terbangun dalam kondisi kacau. Tidak hanya raga, jiwanya juga berantakan. kimononya dia dapati berceceran di lantai. Sementara dirinya tidak mengenakan sehelai benang pun kecuali selimut yang membungkus tubuh.Dia tidak menyangka akan kehilangan kesuciannya di tangan Leonardo. Seseorang yang bahkan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Tadi malam pria itu sudah menggagahinya secara paksa dengan alibu hukuman atas tindakan jahat Seravina pada Regita.Harga diri Seravin terluka. Dia kehilangan hal berharga yang dia jaga. Dia jelas tidak terima diperlakukan demikian. Dia bisa melaporkan tindakan Leonardo sebagai pemerkosaan. Tapi sayang dia tidak punya bukti apa pun. Pengakuannya saja tidak akan cukup.Seravina hanya memandangi jendela kamarnya yang terbuka. Mungkin saja Leonardo menyelinap keluar masuk dari sana. Tak hentinya dia mengumpat dalam hati atas kesialannya m
“Saya terima nikah dan kawinnya Regita Axelia dengan maskawin tersebut tunai.”Prosesi ijab Kabul berlangsung dengan lancar. Hal itu menandai status baru dalam hubungan Regita dan Marvin. Sekarang mereka resmi menjadi suami istri. Hubungan mereka sah di mata agama dan hukum negara. Pernikahan kedua yang dilangsungkan secara tertutup dan sederhana itu pun berjalan sesuai yang diharapkan.Tak banyak rangkaian acara yang diselenggarakan. Setelah akad nikah, mereka hanya membuat pengumuman pada beberapa media yang sengaja diundang. Beberapa potret mesra turut diabadikan untuk menunjukkan pada publik bahwa mereka telah resmi mengikat janji suci.Pernikahan itu juga berdampak pada hubungan Marvin dan Leonardo. Mereka yang semula hanya rekan kerja, kini telah menjadi satu keluarga dengan status ipar. Kerja sama bisnis mereka jelas akan semakin kuat.Sebelumnya, mereka sudah sepakat bahwa Regita akan ikut tinggal di rumah Marvin setelah menikah. Di sana ada Nathan juga yang harus dia urus seb