Share

Janda Lugu tapi Palsu
Janda Lugu tapi Palsu
Author: Henya Firmansyah

Mirip Suamiku

last update Last Updated: 2023-11-07 09:34:46

Janda Lugu Tetanggaku 1

Bab 1

Mirip Suamiku

“Mas!” Aku melambai pada suamiku yang baru turun dari mobil di halaman depan rumah. Suamiku menoleh dan melihat padaku yang berjalan pulang dari rumah tetangga depan rumah.

“Ngapain?” Tanya Mas Azka sambil berjalan ke teras. Aku mengejar cepat dan berhasil mengalit lengannya.

“Main,” jawabku tersenyum lebar. Mas Azka tak berkomentar, dia mengambil kunci rumah di bawah vas bunga lalu membuka pintu.

Aku dan suamiku baru beberapa bulan menikah dan tinggal di perumahan berdua saja. Kebetulan, aku dan Mas Azka dua duanya bekerja, pergi pagi dan pulang sore, kadang suamiku pulang malam.

Depan rumah ada tetangga, namanya Mbak Dian. Janda anak satu. Penampilannya sederhana bahkan lugu menurutku. Bajunya nggak modis, wajahnya pun sering polosan dari pada ber-make up. Aku sering main ke situ sepulang kerja sambil nunggu suamiku pulang. Ya, kan dari pada bengong sendirian di rumah. Mbak Dian baik, anaknya juga lucu dan nggemesin.

“Tahu, nggak, Mas, Mbak Dian tuh kasihan, lho,” kataku saat duduk berdua di ruang makan.

“Kenapa?” Mas Azka menjawab tanpa menoleh, asyik dengan ponselnya.

“Dia itu dicerai sama suaminya nggak dikasih apa-apa, lho.” Mataku melihat Mas Azka.

“Maksudnya gimana?” Mas Azka bertanya basa-basi karena menurutku dia sudah tahu maksudku.

“Nggak dikasih gono-gini, gitu.” Bibirku manyun, ada ya, lelaki raja tega begitu

“Dia nggak minta ‘kali,” jawab Mas Azka sambil melihatku sekilas.

“Lho, nggak bisa begitu, dong. Gono-gini itu haknya Mantan Istri, harus dibagi dua!” Bibirku mencebik. Kesenangan laki kalau nggak mau berbagi gono-gini. Serakah.

“Mungkin dia yang salah?”

“Salah gimana, orang Mbak Dian itu baik, pendiam, lugu, nggak neko-neko. Lakinya aja yang banyak maunya.” aku jadi sewot. Apa-apa kok yang disalahkan seringnya pihak perempuan.

“Ya paling nggak dapat nafkah, dong, kan ada anak?” Mas Azka menaruh ponsel di meja, dia menuang air putih dari teko plastik ke gelas.

“Enggak, Mas. Uang nafkah juga nggak dikasih katanya. Kasihan Mbak Dian itu!”

Mas Azka menatapku dengan kening sedikit mengerut,”emang kenapa bisa bercerai?”

Bibirku mendekat ke telinga Mas Azka,”dituduh selingkuh,” kataku.

Hahaha, terdengar tawa Mas Azka. Gantian keningku yang mengerut,”kok tertawa?”

“Pantesan nggak dapat gono-gini, nggak dapat nafkah, orang selingkuh. Jangan-jangan itu juga bukan anak Mantan suaminya?” Mata Mas Azka melebar.

“Kok tahu?” Sorot mataku penuh selidik.

“Nebak aja.” Mas Aka kembali meraih ponsel dan tangannya mulai sibuk lagi.

“Emang sih, suaminya nggak mau ngaku in itu anaknya ….” Suaraku pelan, kasihan Mbak Dian.

“Tes DNA aja,” celetuk Mas Azka. Aku menoleh.

“Lakinya udah minta tapi, Mbak Dian menolak.”

“Nah, kan, pasti dia takut.”

“Bukan, bukan!” Aku langsung membantah. “Mbak Dian pilih terima nasib, dia tak mau memperpanjang masalah karena aslinya si lakinya itu hanya ingin menikah lagi. Mbak Dian yang baik hati memilih pergi,” ujarku menjelaskan.

“Ya kalau udah terima nasib ya jalani saja,” sahut Mas Azka sambil berdiri. Suamiku lalu masuk ke kamar. Aku masih termenung, kasihan Mbak Dian, harus cari nafkah sendiri. Dia nggak kerja, sementara punya anak bayi.

**

Ting Tong

Suara bel rumah. Aku yang sedang bersantai dengan Suami saling berpandangan. Siapa yang datang? Jujur kami jarang menerima tamu kecuali Ibu Mertua yang terkadang dayang tanpa diundang.

“Biar aku yang buka.” Mas Arka bangkit dan berjalan ke depan.

“Laras ada, Mas?”

Suara perempuan? Gegas aku berjalan ke depan. Ternyata Mbak Dian dan Lova, anaknya.

“Ada apa, Mbak?” Aku menyapa ramah.

“Ini, Ras, mau ngerepotin,” katanya. Aku melihat penampilan Mbak Dian yang berbeda, dia berdandan, pakai lipstik dan mengenakan pakaian kek mau berangkat kerja. Hm, cantik juga.

“Apa, Mbak?” Tanyaku. Mas Azka berdiri tak bersuara.

“Mau nitip Lova, soalnya aku ada undangan wawancara kerja,” katanya. Mataku seketika berbinar melihat baby Lova yang ada di gendongan Mbak Dian. Baby itu tertawa padaku.

“Eh, mau dong. Sini, sini, Lova sama Tante.” aku mendekat dan mengambil baby Lova dari gendongan mamanya. Sempat kulihat bola mata Mbak Dian melirik suamiku.

“Uluh … uluh … anak cantik!” Aku berseru senang.

“Ini tas Lova, susu, dot, Pampers semua ada di dalam.” Mbak Dian menyodorkan tas bayi ke suamiku. Mas Azka menerima tetapi mulutnya tetap membisu.

“Ih, lucunya, mmuaah.” aku mencium berkali-kali pipi Lova yang chabi dan putih bersih. Lova tertawa-tawa senang.

“Ke kamar, yuk, sama Om Azka.” menggendong Lova, dan membawanya masuk ke kamar. Ada Mas Azka yang lagi rebahan.

“Mas, foto dulu, dong,” kataku sambil memangku baby Lova. Mas Azka beringsut dan duduk di sampingku. Menyalakan kamera, aku mengambil gambar selfie bertiga beberapa kali.

“Sekarang kamu sama Lova, Mas.” Kuberikan Lova pada Mas Azka. “Pangku, Mas,” kataku sambil menata gaya.

“Sekarang cium pipinya.” kembali aku mengarahkan gaya suamiku dan baby Lova. Aku menjepret berkali-kali. Senang hatiku rasanya. Mas Azka juga senang sepertinya dia tertawa-tawa dan menciumi pipi baby Lova terus. Ah, jadi pingin punya anak sendiri.

Siang saat baby Lova tertidur, aku membuka galeri foto di ponselku. Bibirku tertawa sendiri melihat foto-foto lucu dan penuh keakraban itu. Eh, ada foto lucu Mas azka yang pipinya nempel sama Lova. Senyumku mengembang dan melihatnya agak lama.

“Mas, lihat nih.” aku bergeser mendekat suamiku. Menunjuk foto, aku berkata pada suamiku,

“Ini, lihat, Lova kalau dilihat-lihat, mirip ya, sama kamu.”

Waaa?

Bersambung

KBM app

Joylada

Related chapters

  • Janda Lugu tapi Palsu   Bercyanda

    Janda Lugu Tetanggaku 2Bab 2BercyandaMas Azka seketika melotot padaku. Ahaha akupun tertawa melihatnya. “Bercyanda!” Kataku menirukan yang lagi viral saat ini dengan mulut yang terus menebarkan tawa. “Nggak lucu!”Mas Azka merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata, salah satu tangannya diletakkan menutupi wajah. Kesal rupanya. Ah! Gitu aja marah, batinku. Lagian kalau mirip kenapa? Mas Azka ganteng, Lova juga cantik menggemaskan. Salahku di mana coba?Tak lama suamiku terlelap, aku menatap dua tubuh yang tergeletak di kasur, baby Lova dan Mas Azka. Memang agak-agak mirip kok wajahnya. Tuh hidungnya sama-sama bangir, rambutnya hitam lebat dan kulitnya putih. Alhamdulillah, aku juga nggak marah kok kalau misal ada yang bilang baby Lova mirip suamiku. Cuma mirip, itu hanya kebetulan saja. Ye, kan?Pelan, aku ikut merebahkan diri di samping baby Lova. Tanganku memeluk bayi mungil itu. Bahagia rasanya, sudah seperti keluarga lengkap. Mama, Papa dan anak. Aku terjaga ketika menden

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Perlu dibantu

    Janda Lugu Tetanggaku 3Bab 3Perlu dibantuSeperti biasa, kalau pulang kerja nggak bareng Mas Azka, aku mampir dulu ke rumah Mbak Dian yang letaknya persis di depan rumahku. “Halo?” Sapaku sambil melangkah memasuki halaman rumah Mbak Dian yang asri. Taman kecil di depan rumah Mbak Dian ditanami rumput menghijau. Ada satu pohon mangga di depan rumahnya yang lumayan besar. Bayangan pohon itu meneduhkan teras rumah Mbak Dian. “Itu, Tante Laras datang.” Mbak Dian yang sedang duduk di teras rumah sambil memangku Lova menunjuk padaku. Baby Lova seakan tau, dia berjingkat dan berteriak melihat dan mendengar suaraku.“Uluh … Uluh … sayangku Lova, sini sama Tante,” kataku sambil mengambil Lova dari pangku Mbak Dian. Aku menggendong Lova dan membawanya ke bawah pohon mangga. Di situ banyak tergantung tanaman hidroponik koleksi Mbak Dian. Berkali-kali aku mencium pipi chabi Lova karena gemes. “Gimana wawancara-nya waktu itu, Mbak? Sukses?” Tanyaku sambil berjalan menghampiri Mbak Dian. Aku l

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Iklasin aja

    Janda Lugu Tetanggaku 4Bab 4Iklasin aja“Lu aja ‘kali bantu, aku sih noway!” Sahut Mas Azka cuek. “Jangan begitu, dong, Mas. Kita ini wajib membantu orang yang susah, termasuk para Janda seperti Mbak Dian. Lihat dong, dia nggak kerja, punya anak, gimana makannya kalau dia nggak banting tulang?” Aku berusaha menjelaskan pada Mas Azka betapa susahnya Mbak Dian menjadi Janda yang membesarkan anak sendirian. “Banting tulang gimana?” Mata Mas Azka melotot, “orang Dian baik-baik saja. Nggak kerja bisa makan, kok?”“Ya ampun, Mas. Mbak Dian itu cerita kalau tabungannya tiap hari kian menipis buat beli keperluan. Kasihan dia itu.” aku melempar kapas bekas membersihkan wajah di tempat sampah. “Mana kau tahu tabungannya habis?”Mas Azka bertanya penuh selidik. “Ya dari cerita Mbak Dian,” jawabku mengangguk. “Bagaimana kalau kamu dibohongi?”“Nggak mungkin lah, Mas.” aku menggeleng cepat, “tampangnya Mbak dian aja baik, jujur, lugu, mana mungkin dia berbohong?”Haha, terdengar tawa kecil s

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Susunya Mbak Dian

    Janda Lugu Tetanggaku 5Bab 5Susunya Mbak DianHari Sabtu dan Minggu adalah hari weekend buat aku dan Mas Azka. Kami berdua libur bekerja. Setelah sarapan pagi berdua, aku dan suami duduk santai di rua g tamu sambil menunggu kedatangan Mama Mertua. Kemaren Mama sudah telepon mau datang. Seperti biasa kalau habis mengambil uang pensiun, Mama pasti berkunjung ke mari dengan membawa segudang oleh-oleh. Utamanya sembako sama berbagai makanan enak atau kudapan masakan tangan Mama sendiri. “Lihat apa, Mas?” Aku mengawasi Mas Azka yang matanya melihat ke luar jendela kaca. Akupun menoleh ke belakang punggungku. Menyibakkan sedikit korden putih tipis transparan, aku melihat Mbak Dian sedang berada di depan rumahnya. Tepatnya di bawah pohon mangga dengan tangan yang membawa botol semprotan. Rupanya, Mbak Dian sedang merawat tanaman hidroponik miliknya dengan menyemprotkan air. “Lihatin Mbak Dian, ya?” Tanyaku pada Mas Azka. Suamiku menggeleng cepat. “Nggak,” sahutnya ketus. “Terus, lihat

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Teman Lama

    Janda Lugu Tetanggaku 6Bab 6Teman lama“Mbak Dian, itu kancing bajunya yang atas lepas,” kataku menunjuk baju yang dikenakan Mbak Dian. Seketika Mbak Dian melihat padaku lalu menunduk melihat dadanya. “Oh, iya, maaf.” Perempuan itu lalu mengancingkan kemejanya dengan benar. Wajahnya agak gimana, gitu. Nah, kan, Mbak Dian itu nggak sengaja. Masak iya, dia mau pamer susu, kan nggak sopan. Mungkin, mbak Dian tadi tergesa-gesa mau jemput Lova jadi nggak sempat ngancingin baju dengan benar. Semoga suamiku nggak salah mengartikannya. Jangan sampai Mas Azka kebablasan menganggap Mbak Dian murahan. Mata Mama mengerjap melihat Mbak Dian mengancingkan kemejanya. Selanjutnya kami mengobrol hal yang ringan-ringan. Sesekali mataku melihat ke dalam, semenjak kejadian tadi, Mas Azka nggak keluar dari kamar. Malu aku sama Mbak Dian, Mas Azka emang kadang-kadang. Setelah Mbak Dian dan Lova pulang, aku bersama Mama Mertua dan Mas Azka berkumpul di ruang makan. Aku dan suami berebut es krim leza

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   PoV Diana alias Nana

    Janda Lugu Tetanggaku 7Bab 7 PoV Diana alias NanaIri“Setelah anak itu lahir, aku akan menceraikanmu.” Aku terdiam mendengar ucapan Mas Ammar, suamiku. Menghela nafas sembari menatap perut yang menggunung, aku hanya bisa pasrah. “Setelah itu, kau juga harus pergi dari sini beserta anakmu itu.” Mama Santi, Ibu Mertuaku ikut bersuara dengan mata yang melirik sinis.“Ini anak Ammar juga, Ma …”ucapku pelan. “Enak saja! Itu anak siapa? Hanya kau dan Tuhan yang tahu, Nana.” Mas Ammar tertawa mengejek. “Betul. Memalukan saja!” Mama Mertua melengos. “Tapi, memang benar kau pernah meniduri aku sebelum kita menikah, Ammar.” mataku melebar berusaha mengingatkan lelaki itu akan perbuatannya dulu. Dia adalah kekasihku terakhir. “Aku?” Hahaha, Ammar tertawa keras meski terdengar sumbang, karena memang tak ada yang sedang melawak di sini. “Aku hanya yang ketiban apes!” mata Ammar melotot padaku, “menjijikkan,” katanya lagi dengan meludah di lantai.Aku menelan ludah dengan memejamkan mata s

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Mencarikan Pekerjaan

    Janda Lugu Tetanggaku 8Bab 8 Mencarikan pekerjaan Ngapain juga Mas Azka harus ngomong pelan-pelan? Dahiku mengerut. Aku tuh nggak suka nguping. Beringsut, akupun memilih turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar. Mau ngapain, ya? Setelah minum air putih dari kulkas, aku pun mencari kesibukan dengan membuat bolu. Mengambil tepung terigu, telor, gula, susu, mixer, timbangan digital mini dan sebagainya, aku mulai sibuk dengan resep bolu yang sudah di luar kepala. “Hai, bikin apa, sayang?” Tanya suamiku yang tiba-tiba sudah berada di dapur dengan membawa nampan berisi gelas-gelas kosong dan toples cemilan di nampan. Aku yang barusan memasukkan loyang berisi adonan ke dalam oven, menoleh dan tersenyum lebar. “Bikin bolu,” jawabku sambil menutup oven sekaligus mengatur suhunya. “Fahri sama Pupung sudah pulang,” kata Mas Azka sambil menaruh gelas kosong ke dalam washtafel. “Wah, sayang dong, nggak ngerasain bolu buatan aku.” Bibirku menekuk ke bawah. Kecewa. “Kirain kamu

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Rekan satu tim

    Janda Lugu Tetanggaku 9Bab 9Satu team dengan Mbak Dian“Sudah selesai, Mbak?”Aku menyambut Mbak Dian yang keluar dari ruangan HRD. Hari ini adalah interview penentuan diterima atau tidaknya Mbak Dian bekerja di kantorku.“Sudah.” Mbak Dian tersenyum semringah. “Terus, hasilnya apa?” Aku menjejeri langkahnya. “Nanti dikabari,” jawab Mbak Dian mengangguk. “Jangan khawatir, Mbak, nanti aku bantu meyakinkan Pak Andre,” kataku ikut senang. Semoga saja Mbak Dian bisa bekerja di sini bersamaku satu divisi. Aku nggak masalah kok, semisal gaji Mbak Dian disamakan dengan aku yang lebih senior. Kasihan, Mbak Dian punya tanggungan anak. Kalau aku kan enggak. Gajiku utuh malah ditambahin sama Mas Azka. Rencana aku ingin membeli mobil impianku sendiri nanti kalau tabunganku sudah cukup.“Mbak Dian pulang naik apa?” Tanyaku. Kebetulan ini sudah jam makan siang.“Nggak tahu, nih. Naik gojek paling,” sahut Mbak Dian. “Aku mau ngajak makan siang, sih ….” ucapku ragu, takut Mbak Dian menolak. Se

    Last Updated : 2023-11-07

Latest chapter

  • Janda Lugu tapi Palsu   Sudah tak Marah/END

    Janda Lugu Tetanggaku 38Bab 38Sudah Tak Marah“Tidak ada yang memaksa Anda, Dian. Jika tidak setuju, silakan menolak.” Pak Rudi menengahi. Mas Azka melihat padaku. Dari pertama, suamiku ini sudah sangsi dengan ideku. Mas Azka tak percaya Mbak Dian akan menyerahkan begitu saja anaknya. Aku meyakinkan Mas Azka, kalau uang dapat merubah pikiran Mbak Dian. Tunggu dulu … aku belum berbicara tentang uang. “Jadi Mbak Dian menolak?” Tanyaku setelah merasa lebih percaya diri. “Jelas lah, kau minta imbalan anakku, bikin sendiri, buktikan kalau kamu tidak mandul, Ras.” Mbak Dian tersenyum mengejek. Aku masih berusaha tersenyum, walau dalam hati, aku sangat ingin memaki mbak Dian. “Kalau tidak mau, ya sudah, aku tidak akan menolong Mbak Dian dan tidak akan mengurusi Lova. Kau tau, Mbak … tak ada yang gratis di dunia ini!” “Benar, Ras,” kata Mas Azka seraya melihat Mbak Dian, “tak ada yang memaksamu untuk setuju.” Mas Azka beranjak dan berdiri di belakang kursiku. Mbak Dian mengamati. “Sek

  • Janda Lugu tapi Palsu   Menolong dengan Syarat

    Janda Lugu Tetanggaku 37Bab 37Menolong dengan syarat“Angkat, Mas.” aku melihat suamiku, dia mengangguk lalu mengusap layar ponsel. Tak lupa, Mas Azka juga menyalakan loudspeaker agar percakapannya dengan Mbak Dian terdengar pula olehku. “Halo?” Sapa Mas Azka. “Azka, tolong gue, Ka.” terdengar suara panik Mbak Dian meminta pertolongan. Bola mata Mas Azka bergerak ke arahku. “Gue nggak mau urusan apapun sama elu,” sahut Mas Azka ketus.“Bodo amat, elu harus nolongin gue. Cariin pengacara, Ka. Lekas!” Ucap Mbak Dian main perintah aja. “Bawa sini.” bisikku sembari meminta ponsel Mas Azka. “Ada apa, Mbak?” Tanyaku sambil berjalan menjauh dari Lova. Mas Azka gantian menghibur gadis kecil itu sembari memasang antena telinga lebih tinggi. “Laras, elu kan baik hati dan tidak sombong. Elu harus tolongin gue!” Mbak Dian berteriak. Sok-sok an memujiku padahal Mbak Dian sering mengolokku o’on. Aku tau. “Tolongin apa?” Tanyaku datar. Sebenarnya aku tidak tertarik lagi dengan Mbak Dian. Ba

  • Janda Lugu tapi Palsu   Lalai

    Janda Lugu Tetanggaku 36Bab 36LalaiGaris polisi berwarna kuning bertuliskan dilarang melintas masih terpasang di depan pintu tempat tinggal Mbak Dian. Ada dua unit rumah yang terbakar, yaitu rumah Mbak Dian dan sebelahnya. Sayangnya, rumah Mbak Dian yang lebih parah. “Kita nggak boleh masuk, Ras,” kata Mas Azka yang terus merangkul pundakku. Aku menarik nafas yang tersendat. Tidak tau apa yang terjadi sebab aku tak mendapatkan informasi yang akurat. Dari bawah tadi, aku sempat melihat area luar jendela rumah Mbak Dian yang menghitam karena terbakar. Semalam aku tak dapat ke sini jadi pagi ini aku datang untuk melihat lokasi kejadian. “Mas, kita harus bertanya pada seseorang,” kataku sambil melihat situasi. Siapa tau ada yang melintas dan bisa kutanya. Para penghuni di sini pada cuek, mungkin karena hanya insiden kebakaran kecil yang tak merugikan mereka. Tapi buatku, ini sangat penting. Sampai sekarang, aku tak tau kabar mbak Dian maupun Lova. Ponsel Mbak Dian tidak aktif. “Seb

  • Janda Lugu tapi Palsu   Kebakaran

    Janda Lugu Tetanggaku 35Bab 35KebakaranAku terdiam menatap onggokan goodie bag dan paperbag di sudut ruangan. Menghela nafas panjang dan berusaha menepis rindu yang membuncah. Semua itu adalah baju-baju dan mainan milik Lova yang aku beli tempo hari. Semuanya masih baru dan belum terjamah. Kemaren aku tak sempat menyerahkan pada Mbak Dian saat ia mengambil Lova di jalan. “Sudahlah, biar aku masukkan gudang saja,” kata Mas Azka seraya mengangkat barang-barang itu. Suamiku tak suka melihatku bersedih. Beberapa hari yang lalu, Mas Azka sudah memperingatkan aku untuk tak terlalu larut dalam kesedihan memikirkan Lova. “Lova sudah bersama ibunya,” ucap Mas Azka saat itu. Aku mengangguk tapi, entah kenapa rindu ini tak juga lenyap. Senyum dan tawa Lova seakan menghantui benakku. “Mas, jangan diberesin, nanti kapan-kapan biar aku kirim ke rumah Mbak Dian,” kataku menahan Mas Azka yang sedang memberesi barang-barang Lova. Mas Azka menoleh padaku, “kau tau rumahnya?” Aku mengangguk, “ta

  • Janda Lugu tapi Palsu   Diminta di Jalan

    Janda Lugu Tetanggaku 34Bab 34Diminta di JalanSeminggu sudah berlalu semenjak Mbak Dian kabur meninggalkan rumahku karena misinya yang gagal. Anehnya, selama itu pula dia tidak meneleponku atau Mama untuk memberitahu keberadaannya. Minimal menanyakan Lova lah, kan bocah itu anaknya. Atau mungkin ia ibu durhaka yang melupakan anaknya?Aku tidak peduli. Hidupku kembali normal, adem dan bahagia bersama Mas Azka. Mbok Wati juga bergembira sebab mendapatkan pekerjaannya kembali. Ada yang berbeda, sekarang di rumahku bertambah ramai dan seru karena adanya Lova. Ya! Bocah itu sekarang tinggal bersamaku. Kalau pagi sampai sore, Lova di rumah bersama Mbok Wati karena kutinggal bekerja bersama suamiku. Malamnya aku dan Mas Azka yang mengasuh Lova. Anak itu cerdas dan lucu. Dia bahkan sekarang sudah pandai berceloteh lancar. Suasana rumah menjadi semakin hidup, ceria dan bersemangat dengan adanya Lova.Aku membelikan baby chair untuk Lova supaya dia dapat makan sendiri. Mas Azka membelikan

  • Janda Lugu tapi Palsu   Anaknya ditinggal

    Janda Lugu Tetanggaku 33Bab 33Anaknya ditinggal Aku jadi bingung antara membukakan pintu kamar untuk membebaskan Mama atau mengejar Mbak Dian. Ah, sial! Mbak Dian sudah kabur dengan mobilnya. Aku hanya bisa melihat ke jendela saat mendengar raungan mobilnya. Tanpa buang waktu, akupun mencari kunci cadangan untuk membuka pintu kamar. “Kurang ajar, Dian!” Begitu yang diteriakkan Mama setelah pintu berhasil aku buka. “Ke mana dia?” Mama setengah berlari menuju pintu keluar. “Mbak Dian melarikan diri, Ma. Tadi Laras melihat dia lari lewat pintu belakang dan kabur dengan mobilnya.” Ujarku dengan wajah kesal. “Mama didorong sampai terjungkal di kasur, habis itu dia berlari keluar dan menutup serta mengunci pintunya!” Omel Mama marah-marah. Astaga! Aku jadi teringat Mas Azka yang aku rendam di kamar mandi. Berlari aku memasuki kamar dan langsung membuka pintu kamar mandi. Tampak lelakiku sedang berdiri di depan cermin. Mas Azka sudah selesai mandi rupanya. Ah, lega rasanya, kupikir

  • Janda Lugu tapi Palsu   Kabur

    Janda Lugu Tetanggaku 32Bab 32Masih PoV DianKaburTok tokTerdengar pintu kamarku diketuk. Aku terkesiap, itu pasti Laras. Berjalan ke pintu, akupun membukanya. Memang benar, Laras yang sekarang berdiri di depan pintu kamarku. “Mbak, ajak Lova makan. Aku sudah masak nasi dan beli lauknya,” kata Laras. Aku mengangguk. Semenjak nggak ada mbok Wati, Laras dan Azka selalu membeli lauk untuk makan malam. Mereka tidak mau memakan masakanku, mungkin takut aku guna-guna atau racuni. Dasar O’on, kalau aku mau meracun mereka, sudah aku lakukan dari dulu. Sampai di meja makan, aku mem lihat Laras sedang menikmati makanannya. Melihat nasi yang masih mengepul di piring Laras, aku tersenyum dalam hati. Kena kau, Laras. Hahah. “Ambilkan Lova makan, Mbak,” kata Laras. Aku mengangguk. Sebenarnya Laras ini tidak peduli padaku, dia menawari aku makan karena Lova. Laras tak ingin membiarkan Lova tidur kelaparan. Aku tertegun sejenak saat akan mengambil nasi. Masak aku harus memakan nasi ini? Senj

  • Janda Lugu tapi Palsu   Rencana Pamungkas

    Janda Lugu Tetanggaku 31Bab 31Rencana Pamungkas DianNggak sampai setengah jam, mobil Mas Azka sudah sampai rumah. Aku turun duluan dan langsung masuk melalui pintu samping. Rumah sepi, meskipun baru sekitar jam delapan malam. Aku segera mencari Mbak Dian. Langkahku terhenti saat melihat perempuan itu bergulung di sofa panjang tuang tengah sembari cekikikan centil dengan ponselnya. Berasa tuan rumah saja, dasar nggak punya malu. Bertambah kesal rasa hatiku. “Mbak Dian!”Seketika Mbak Dian membelalakkan mata melihat kehadiranku. Saking asyiknya bercengkerama dengan ponsel, dia tak menyadari kepulanganku dan Mas Azka. “Laras? Ngagetin saja.” Mbak Dian segera mematikan ponsel ya dan berpindah posisi duduk. Suara langkah kaki Mas Azka terdengar mendekat. “Apa maksud Mbak Dian memecat Mbok Wati?” Tanyaku langsung ke inti. Kepala Mvak Dian bergerak ke atas sedikit dan melihatku yang berdiri tak jauh darinya. “Oh, sudah kuduga, pasti perempuan tua itu sudah mengadu macam-macam denganm

  • Janda Lugu tapi Palsu   Akal Bulus

    Janda Lugu Tetanggaku 30Bab 30Akal Bulus“Mbok, baju saya kemaren malam dipakai sama Mbak Dian, kok bisa?”tanyaku pada Mbok Wati siang itu di dekat kamar mandi belakang saat pembantuku habis mengangkat jemuran. Mbok Wati melirik pintu kamar yang dihuni oleh Mbak Dian. Pintu kamar itu tertutup, tadi aku sudah melongok ke dalamnya. Mbak Dian dan Lova sedang bobok siang. “Nggak usah takut, Mbak Dian sedang tidur sama Lova.” aku menepis kekhawatiran mbok Watik. Perempuan itu takut bila Mbak Dian nanti mendengar jawabannya. “Anu, Non, saya sudah bilang agar jangan ngambilin baju-baju Non Laras tetapi, Bu Dian tak menghiraukan,” jawab Mbok Watik kesal. Baju-baju katanya? Berarti nggak hanya satu dong? Bola mataku berputar. “Emang dia sering ngambilin baju saya?” Menatap Mbok Wati. Pembantuku mengangguk, “sering, Non, terutama kalau siang hari pas Non Laras nggak ada di rumah.”Jadi begitu? Jangan-jangan Mbak Dian juga yang mengambil peralatan make up ku? Secara ada beberapa yang men

DMCA.com Protection Status