Home / Rumah Tangga / Janda Lugu tapi Palsu / PoV Diana alias Nana

Share

PoV Diana alias Nana

last update Last Updated: 2023-11-07 09:40:54

Janda Lugu Tetanggaku 7

Bab 7

PoV Diana alias Nana

Iri

“Setelah anak itu lahir, aku akan menceraikanmu.”

Aku terdiam mendengar ucapan Mas Ammar, suamiku. Menghela nafas sembari menatap perut yang menggunung, aku hanya bisa pasrah.

“Setelah itu, kau juga harus pergi dari sini beserta anakmu itu.” Mama Santi, Ibu Mertuaku ikut bersuara dengan mata yang melirik sinis.

“Ini anak Ammar juga, Ma …”ucapku pelan.

“Enak saja! Itu anak siapa? Hanya kau dan Tuhan yang tahu, Nana.” Mas Ammar tertawa mengejek.

“Betul. Memalukan saja!” Mama Mertua melengos.

“Tapi, memang benar kau pernah meniduri aku sebelum kita menikah, Ammar.” mataku melebar berusaha mengingatkan lelaki itu akan perbuatannya dulu. Dia adalah kekasihku terakhir.

“Aku?” Hahaha, Ammar tertawa keras meski terdengar sumbang, karena memang tak ada yang sedang melawak di sini. “Aku hanya yang ketiban apes!” mata Ammar melotot padaku, “menjijikkan,” katanya lagi dengan meludah di lantai.

Aku menelan ludah dengan memejamkan mata sejenak. Menarik nafas dalam dan mengembuskannya berat. Sungguh tak beradab perlakuan keluarga ini padaku.

“Menyesal seribu tahun aku menikahimu, Nana. Semoga anak itu cepat lahir dan kita bercerai. Aku tak ingin melihat tampangmu lagi.”Ammar menjatuhkan bobot di sofa panjang depanku dengan kedua lengan melebar ke atas sandaran sofa.

“Mama juga malu, sangat malu memiliki Menantu barang bekas sepertimu, Nana.” Mama Mertua menatap tajam, seolah tak ada belas kasihan sedikitpun padaku yang tengah hamil tua.

Dulu aku adalah idola di kampus. Tak ada yang menyangkal kecantikanku. Banyak kumbang berdatangan karena keindahan paras dan penampilan yang kumiliki. Aku sangat menikmati karunia ini. Melihat kumbang yang berdesakan, saling sengat, bahkan saling beradu fisik membuatku merasa tersanjung.

Akupun mulai melakukan seleksi. Memilah-malah siapa yang kuanggap setara untuk berkencan denganku. Hanya yang berdompet tebal dan tengkrengan keren saja yang aku pilih. Penampilanku stylis, modis dan sangat up to date. Rok mini adalah fashion favoritku. Aku suka sekali memamerkan kaki jenjangku yang putih dan mulus. Kehadiranku memalingkan duniamu, itu adalah motto hidupku saat itu. Bersama dua sahabatku Lila dan Mayang, kami senantiasa menjadi pusat perhatian.

Dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja membuatku malu dengan penampilan sederhana. Tapi, bagaimana aku terlihat glamor jika uang sakuku dari orang tua selalu mepet. Jangankan ke Starbucks, ke warung makan depan kost saja aku punya utang.

Mulailah otakku bekerja. Untuk apa aku cantik kalau tidak dimanfaatkan, kan mubazir karunia Tuhan ini. Mengencani mahasiswa tajir menjadi buruanku sekarang. Demi bisa memasuki klub-klub elit, restoran mewah dan tempat nongkrong keren secara gratis, aku rela bergonta ganti pasangan. Yang penting aku mendapatkan apa yang kuinginkan seperti baju mahal, parfum, tas branded dan sepatu bermerek.

Ayam kampus, itulah julukanku. Sekarang aku tak lagi sekedar kencan dan diajak makan atau nongki di tempat keren. Demi memuaskan has-rat belanja dan kehausanku akan barang mewah dan branded, aku mulai open booking atau istilah kerennya open BO.

Tak peduli lagi pandangan dan cibiran orang, aku enjoy menjalani duniaku. Entah berapa banyak lelaki yang bukan hanya mahasiswa kampus tetapi juga Om-Om senang di luar sana yang puas memakai jasaku. Aku semakin beken dan bergelimang uang haram. Tak perlu lagi menunggu kiriman jatah dari kampung. Aku bisa menyelesaikan kuliah dengan uangku sendiri.

Setelah selesai kuliah, aku tak juga berhenti dengan pekerjaanku. Malas kerja kantoran, enakan begini, morotin orang kaya. Cuma modal selang(kangan) cuan mengalir deras. Aku sudah terbiasa dan belum ingin bertobat. Alat kontra-sepsi menjadi andalanku.

Hingga suatu hari, terjadilah peristiwa itu. Aku hamil. Entahlah mungkin telat minum pil kb.

Ammar adalah kekasihku yang terakhir. Baru 2 bulan aku menjalin asmara dengannya. Ammar seorang putra pengusaha sukses yang tajir. Beruntung, dia bukanlah teman kuliahku jadi, dia dan keluarganya tak tahu masa laluku. Meskipun sudah jalan bersama Ammar, aku tetap open BO sembunyi-sembunyi di belakangnya. Nasib baik tak pernah ketahuan.

Ammar dengan senang hati menikahiku. Awalnya berjalan indah tetapi beberapa bulan kemudian, Ammar dan keluarganya mendadak berubah. Mereka membenciku, menghina, merendahkan dan jijik denganku. Usut punya usut, ternyata ada seorang teman Mama Mertua yang mengenalku bahkan mengetahui sepak terjangku sebelumnya.

“Perempuan ini pernah menjadi simpanan suamiku sebelum terbongkar,” kata Tante Susi, teman Mama Mertua kala itu. Dia dengan marah menunjuk nunjuk mukaku di depan keluarga Ammar. Aku sangat malu. Ternyata Tante Susi adalah istri dari Om Bayu, lelaki tua yang pernah aku porotin berbulan-bulan sebelum akhirnya ketahuan. Aku tak dapat lagi mengelak. Ammar marah besar dan mulai meragukan anak siapa yang kukandung.

**

Setelah Lova lahir, aku benar-benar diceraikan dan diusir dari rumah keluarga Ammar. Ammar bulang dengan yakin kalau Lova bukanlah anaknya.

“Ini anakmu, Mas,” ucapku putus asa.

“Itu anak siapa? Anaknya orang banyak. Iya, kan?” Cih! Ammar membuang muka.

“Tapi, kau adalah lelaki terakhir yang tidur denganku!”

“Mana ku tahu? Pokoknya aku tetap akan menceraikanmu.”Ammar kekeh.

“Tes dna saja,” kata Mama Mertua dan disetujui oleh semua anggota keluarga. Di sini aku mulai ketar-ketir. Kalau bener bukan anaknya Ammar, bagaimana? Secara aku nggak tahu benih siapa yang tumbuh di rahimku ini. Lebih baik aku mengelak tes dna, agar tetap menjadi misteri siapa ayah kandung Lova. Biar juga menjadi tanda tanya dalam hidup Ammar.

“Tidak usah,” ucapku sambil menahan tangis.

“Kau tidak berani, kan?” Ammar tertawa mengejek.

Aku menggeleng,”bayiku tidak bersalah dan dia tidak berdosa. Kalau kamu tak mau mengakui anakmu, itu urusanmu.” aku memilih pergi dari rumah Ammar. Mama Santi ternyata masih punya hati. Mantan mertuaku itu memberiku uang 20 juta dan menyuruhku pergi sejauh-jauhnya dan tak boleh menganggu Ammar lagi.

Merubah total penampilan menjadi wanita alim, aku bertekad menjadi manusia baru. Sangat sulit rupanya. Uangku semakin menipis setelah kugunakan untuk menyewa rumah. Bagaimana aku bertahan hidup?

Tetangga baru depan rumah adalah sepasang pengantin baru. Laras dan Azka namanya.

Laras sangat cantik dan menawan. Parasnya yang indo membuat kecantikannya tak membosankan. Posturnya tinggi, berkulit putih, hidung yang tinggi berbentuk apik, rambutnya panjang kecoklatan, matanya juga berwarna coklat membuatnya sempurna. Tak heran Laras disayang banyak orang.

Mertua Laras juga sangat baik dengannya. Setiap bulan Ibu Mertua Laras datang dengan banyak bawaan. Laras diperlakukan seperti Menantu kesayangan. Dalam hati, aku sangat iri dengan kehidupan Laras. Banyak orang menyayanginya. Laras pun sering bercerita bila di kantor, Boss nya juga sangat baik dan pengertian. Laras dikelilingi oleh orang-orang baik yang peduli padanya.

Aku iri dengan kehidupan Laras. Aku ingin merebut semua yang dimiliki perempuan polos itu, suaminya, mertuanya, rumahnya, apa lagi suaminya itu ….

Azka. Iya, Azka!

Lelaki ganteng bertampang dingin dan cuek itu pernah satu kampus denganku meski beda jurusan. Tak mungkin dia tak mengenalku si primadona kampus. Mungkin karena penampilanku yang berubah ini dia jadi tak mengenali. Aku yakin, Azka adalah salah satu mahasiswa tajir yang pernah open BO denganku.

Apa kabar Azka, aku adalah bagian dari masa lalumu. Apakah kau masih ingat peristiwa di Hotel saat hari ulang tahunmu empat tahun yang lalu?

Bersambung

Related chapters

  • Janda Lugu tapi Palsu   Mencarikan Pekerjaan

    Janda Lugu Tetanggaku 8Bab 8 Mencarikan pekerjaan Ngapain juga Mas Azka harus ngomong pelan-pelan? Dahiku mengerut. Aku tuh nggak suka nguping. Beringsut, akupun memilih turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar. Mau ngapain, ya? Setelah minum air putih dari kulkas, aku pun mencari kesibukan dengan membuat bolu. Mengambil tepung terigu, telor, gula, susu, mixer, timbangan digital mini dan sebagainya, aku mulai sibuk dengan resep bolu yang sudah di luar kepala. “Hai, bikin apa, sayang?” Tanya suamiku yang tiba-tiba sudah berada di dapur dengan membawa nampan berisi gelas-gelas kosong dan toples cemilan di nampan. Aku yang barusan memasukkan loyang berisi adonan ke dalam oven, menoleh dan tersenyum lebar. “Bikin bolu,” jawabku sambil menutup oven sekaligus mengatur suhunya. “Fahri sama Pupung sudah pulang,” kata Mas Azka sambil menaruh gelas kosong ke dalam washtafel. “Wah, sayang dong, nggak ngerasain bolu buatan aku.” Bibirku menekuk ke bawah. Kecewa. “Kirain kamu

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Rekan satu tim

    Janda Lugu Tetanggaku 9Bab 9Satu team dengan Mbak Dian“Sudah selesai, Mbak?”Aku menyambut Mbak Dian yang keluar dari ruangan HRD. Hari ini adalah interview penentuan diterima atau tidaknya Mbak Dian bekerja di kantorku.“Sudah.” Mbak Dian tersenyum semringah. “Terus, hasilnya apa?” Aku menjejeri langkahnya. “Nanti dikabari,” jawab Mbak Dian mengangguk. “Jangan khawatir, Mbak, nanti aku bantu meyakinkan Pak Andre,” kataku ikut senang. Semoga saja Mbak Dian bisa bekerja di sini bersamaku satu divisi. Aku nggak masalah kok, semisal gaji Mbak Dian disamakan dengan aku yang lebih senior. Kasihan, Mbak Dian punya tanggungan anak. Kalau aku kan enggak. Gajiku utuh malah ditambahin sama Mas Azka. Rencana aku ingin membeli mobil impianku sendiri nanti kalau tabunganku sudah cukup.“Mbak Dian pulang naik apa?” Tanyaku. Kebetulan ini sudah jam makan siang.“Nggak tahu, nih. Naik gojek paling,” sahut Mbak Dian. “Aku mau ngajak makan siang, sih ….” ucapku ragu, takut Mbak Dian menolak. Se

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Kejadian itu/ PoV Azka

    Janda Lugu Tetanggaku 10Bab 10PoV AzkaKejadian ituAku begitu kaget saat terbangun. Tatapanku membeku pada perempuan yang duduk di kursi sembari mengangkat sebelah kaki untuk dipakaikan stoking tipis warna hitam. Perempuan itu lalu berdiri dan meraih rok span berbahan kulit berwarna coklat mengkilap. Astaga! Segera aku memalingkan wajah, menyadari kalau sedari tadi perempuan itu tak mengenakan bawahan. Bentuk celana G-string terlihat jelas menampilkan bo-kong yang penuh dan meluber dari balik stoking hitam tipis menerawang. “Hai, sudah bangun?” Perempuan itu menoleh padaku, tawanya renyah dan ceria. Dia merebahkan badannya setengah tengkurap tepat di depanku. Bola kenyal di dadanya menyembul dipercantik dengan belahan dada yang mengundang. Dengan dada yang berdebar kencang, aku bergegas menyibakkan selimut dan melemparnya sembarang. Saat itulah aku kelincutan sendiri. Botolku menggelantung tanpa tutup! Bang-sat, apa yang terjadi sebenarnya, di mana pakaianku? Mataku bergerak lia

    Last Updated : 2023-11-07
  • Janda Lugu tapi Palsu   Yang Pertama

    Janda Lugu Tetanggaku 11Bab 11Langka“Gaes, besok presentasinya, ya, suapan mental baik-baik.” aku memberi semangat pada team-ku. Adi menunjukkan ibu jarinya, pertanda siap. Reta menaikkan kedua alis dengan matanya tertuju ke arahku. Dia juga sudah siap.“Mbak Dian sudah selesai?” Tanya Adi pada Mbak Dian yang sedang serius menatap layar komputer. “Tinggal dikit, nanti malam aku selesaikan. Ras, pinjam dulu macbook-mu, ya?” Mbak dian melempar pandangan padaku. Aku terdiam sejenak. Sudah dua hari meminjam, belum selesai juga? “Gapapa, kan, Ras?” Ulang Mbak Dian. Aku mengulas senyum lalu mengangguk. Gapapa, lah, nanti aku bisa pakai laptop Mas Azka. Saat makan siang, aku, Rere dan Mbak Dian makan bareng di cafe depan kantor. Di sini lumayan enak tempatnya. Kalau jam makan siang dipadati sama karyawan kantoran yang menempati Menara Satura, gedung dua puluh delapan lantai tempat kantorku bernaung. Tak hanya kantorku, di gedung ini ada ratusan perusahaan yang membuka kantornya di sini

    Last Updated : 2023-11-20
  • Janda Lugu tapi Palsu   Ide yang sama?

    Janda Lugu Tetanggaku 12Bab 12Ide yang sama?“Coba dong, biar Azka sendiri yang jawab, masak seganteng itu belum pernah pacaran?” Mbak Dian mengulum senyum. Mas Azka menatap lurus sedangkan aku merasa senang dengan pertanyaan Mbak Dian. “Memang Azka ini nggak pernah punya pacar sebelumnya. Tante tahu itu soalnya belum pernah ada yang serius dikenalin ke Tante selain Laras.” Mama yang menjawab. “Kalau pas di Semarang gimana, Ka? Masak nggak punya pacar juga?” Nada suara Mbak Dian lemah lembut tapi, pertanyaannya itu seperti mencecar suamiku. Apa Mbak Dian nggak percaya kalau Mas Azka ini memang tidak pernah punya Mantan sebelumnya?Mas Azka tak pernah mau membuka mulut meski dicecar Mbak Dian. Beruntung, Mama selalu punya jawaban. Seperti halnya aku, Mama pun yakin kalau Mas Azka anak baik, tidak bandel dan punya hoby mengoleksi mantan. “Azka ini anak baik dari kecil.” Mama melihat Mas Azka yang wajahnya ditekuk dari tadi. Suamiku ini sudah sejak lama menunjukkan ke tidaksukaannya

    Last Updated : 2023-11-20
  • Janda Lugu tapi Palsu   Teman atau Ular?

    Janda Lugu Tetanggaku 13Bab 13Serigala berbulu DombaMata Pak David menyipit menatapku. Aku menelan ludah karena detak jantungku yang berlipat. Selama bekerja di sini tak pernah sekalipun aku mengecewakan Pak David. Bisa dibilang aku ini staf andalan Pak David di divisi marketing.“Apa maksudnya belum siap, Laras? Bukannya kau sendiri yang merencakan meeting ini? Seharusnya kau yang paling siap.” Pak David menegur. Ya, meskipun Pak David baik denganku tetapi beliau tetap profesional. Sebagai atasan, pak David terap akan menegur bila aku bersalah. Bola mataku bergerak melirik Mbak Dian. Perempuan itu masih sibuk sendiri dengan catatannya seolah mengabaikan diriku yang kebingungan dan mendapat teguran dari Pak David. “M-maksud saya … materi presentasi saya belum final, Pak.” aku mengangguk dan mengembuskan nafas. Hatiku sedikit lega karena merasa mendapatkan jawaban yang masuk akal. “Saya kecewa sama kamu, Laras.” Pak David menatapku, “kalau ternyata belum siap, jangan request mee

    Last Updated : 2023-11-21
  • Janda Lugu tapi Palsu   Karir Melesat

    Janda Lugu Tetanggaku 14Bab 14Karir melesat“Mbak, maaf, ya, aku mau tanya.” Mbak Dian seketika menghentikan bicaranya yang menggebu-gebu. Dia menatapku. “Kenapa, ya, aku yakin kalau materi yang Mbak Dian presentasikan tadi menjiplak milikku?” Aku berhati-hati dalam merangkai kalimat, takut menyinggung perasaan mbak Dian. Perempuan di depanku membisu. Wajahnya berubah sendu dan pandangannya menunduk. “Maaf, ya, Ras, aku memang menjiplak idemu …” akhirnya dia mengaku meskipun dengan suara lirih yang mungkin hanya dia sendiri yang mendengar. Malu kah?“Kenapa tidak bilang kalau menjiplak, Mbak?” Aku menghindari kata ‘mencuri’ dengan menggantinya dengan ‘menjiplak’ agar lebih halus. Sekali lagi, aku tak ingin mempermalukan orang meskipun di sini tak ada orang selain aku dan Mbak Dian. Hiks … hikss. Terdengar pelan suara tangisan Mbak Dian. Aku jadi kasihan, apa aku terkesan mencecarnya? “Kau tahu kan, Ras … sebagai orang baru yang minim pengalaman aku merasa rendah diri berada di

    Last Updated : 2023-11-21
  • Janda Lugu tapi Palsu   Keluar aslinya/ POV Dian

    Janda Lugu Tetanggaku 15Bab 15PoV DianaSatu SatuGeram banget rasanya sepulang dari rumah Laras. Apaan sih dia, berani-beraninya menegur aku. Aku kan cuma meminjam materinya untuk presentasi? Salahku di mana coba? Begitu saja marah. Dasar pelit. Katanya pintar, anak emas Pak David, ketua team? Masak nggak punya ide yang lain? Materi itu kan nggak aku curi, masih ada tuh di MacBook nya. Kecuali aku mengkopinya kemudian menghapus permanen datanya, baru dia boleh marah. Ngeselin tuh Laras o’on, Huh! Awas kamu Laras, aku akan membalasmu!“Bik Ipah!” Aku memanggil pembantu sekaligus pengasuh anakku ini. Tergopoh-gopoh wanita paruh baya itu kekuar dari kamar Lova. Aku memang menyuruhnya tidur bersama Lova setiap hari karena aku tak mau repot membuatkan susu anakku. Aku sudah bekerja banting tulang sepanjang siang, jadi harus cukup istirahat di malam hari. Lagi pula kalau kurang tidur gara-gara begadang merawat bayi akan berimbas pada kulit wajahku. Keriput akan datang lebih cepat, kantu

    Last Updated : 2023-11-22

Latest chapter

  • Janda Lugu tapi Palsu   Sudah tak Marah/END

    Janda Lugu Tetanggaku 38Bab 38Sudah Tak Marah“Tidak ada yang memaksa Anda, Dian. Jika tidak setuju, silakan menolak.” Pak Rudi menengahi. Mas Azka melihat padaku. Dari pertama, suamiku ini sudah sangsi dengan ideku. Mas Azka tak percaya Mbak Dian akan menyerahkan begitu saja anaknya. Aku meyakinkan Mas Azka, kalau uang dapat merubah pikiran Mbak Dian. Tunggu dulu … aku belum berbicara tentang uang. “Jadi Mbak Dian menolak?” Tanyaku setelah merasa lebih percaya diri. “Jelas lah, kau minta imbalan anakku, bikin sendiri, buktikan kalau kamu tidak mandul, Ras.” Mbak Dian tersenyum mengejek. Aku masih berusaha tersenyum, walau dalam hati, aku sangat ingin memaki mbak Dian. “Kalau tidak mau, ya sudah, aku tidak akan menolong Mbak Dian dan tidak akan mengurusi Lova. Kau tau, Mbak … tak ada yang gratis di dunia ini!” “Benar, Ras,” kata Mas Azka seraya melihat Mbak Dian, “tak ada yang memaksamu untuk setuju.” Mas Azka beranjak dan berdiri di belakang kursiku. Mbak Dian mengamati. “Sek

  • Janda Lugu tapi Palsu   Menolong dengan Syarat

    Janda Lugu Tetanggaku 37Bab 37Menolong dengan syarat“Angkat, Mas.” aku melihat suamiku, dia mengangguk lalu mengusap layar ponsel. Tak lupa, Mas Azka juga menyalakan loudspeaker agar percakapannya dengan Mbak Dian terdengar pula olehku. “Halo?” Sapa Mas Azka. “Azka, tolong gue, Ka.” terdengar suara panik Mbak Dian meminta pertolongan. Bola mata Mas Azka bergerak ke arahku. “Gue nggak mau urusan apapun sama elu,” sahut Mas Azka ketus.“Bodo amat, elu harus nolongin gue. Cariin pengacara, Ka. Lekas!” Ucap Mbak Dian main perintah aja. “Bawa sini.” bisikku sembari meminta ponsel Mas Azka. “Ada apa, Mbak?” Tanyaku sambil berjalan menjauh dari Lova. Mas Azka gantian menghibur gadis kecil itu sembari memasang antena telinga lebih tinggi. “Laras, elu kan baik hati dan tidak sombong. Elu harus tolongin gue!” Mbak Dian berteriak. Sok-sok an memujiku padahal Mbak Dian sering mengolokku o’on. Aku tau. “Tolongin apa?” Tanyaku datar. Sebenarnya aku tidak tertarik lagi dengan Mbak Dian. Ba

  • Janda Lugu tapi Palsu   Lalai

    Janda Lugu Tetanggaku 36Bab 36LalaiGaris polisi berwarna kuning bertuliskan dilarang melintas masih terpasang di depan pintu tempat tinggal Mbak Dian. Ada dua unit rumah yang terbakar, yaitu rumah Mbak Dian dan sebelahnya. Sayangnya, rumah Mbak Dian yang lebih parah. “Kita nggak boleh masuk, Ras,” kata Mas Azka yang terus merangkul pundakku. Aku menarik nafas yang tersendat. Tidak tau apa yang terjadi sebab aku tak mendapatkan informasi yang akurat. Dari bawah tadi, aku sempat melihat area luar jendela rumah Mbak Dian yang menghitam karena terbakar. Semalam aku tak dapat ke sini jadi pagi ini aku datang untuk melihat lokasi kejadian. “Mas, kita harus bertanya pada seseorang,” kataku sambil melihat situasi. Siapa tau ada yang melintas dan bisa kutanya. Para penghuni di sini pada cuek, mungkin karena hanya insiden kebakaran kecil yang tak merugikan mereka. Tapi buatku, ini sangat penting. Sampai sekarang, aku tak tau kabar mbak Dian maupun Lova. Ponsel Mbak Dian tidak aktif. “Seb

  • Janda Lugu tapi Palsu   Kebakaran

    Janda Lugu Tetanggaku 35Bab 35KebakaranAku terdiam menatap onggokan goodie bag dan paperbag di sudut ruangan. Menghela nafas panjang dan berusaha menepis rindu yang membuncah. Semua itu adalah baju-baju dan mainan milik Lova yang aku beli tempo hari. Semuanya masih baru dan belum terjamah. Kemaren aku tak sempat menyerahkan pada Mbak Dian saat ia mengambil Lova di jalan. “Sudahlah, biar aku masukkan gudang saja,” kata Mas Azka seraya mengangkat barang-barang itu. Suamiku tak suka melihatku bersedih. Beberapa hari yang lalu, Mas Azka sudah memperingatkan aku untuk tak terlalu larut dalam kesedihan memikirkan Lova. “Lova sudah bersama ibunya,” ucap Mas Azka saat itu. Aku mengangguk tapi, entah kenapa rindu ini tak juga lenyap. Senyum dan tawa Lova seakan menghantui benakku. “Mas, jangan diberesin, nanti kapan-kapan biar aku kirim ke rumah Mbak Dian,” kataku menahan Mas Azka yang sedang memberesi barang-barang Lova. Mas Azka menoleh padaku, “kau tau rumahnya?” Aku mengangguk, “ta

  • Janda Lugu tapi Palsu   Diminta di Jalan

    Janda Lugu Tetanggaku 34Bab 34Diminta di JalanSeminggu sudah berlalu semenjak Mbak Dian kabur meninggalkan rumahku karena misinya yang gagal. Anehnya, selama itu pula dia tidak meneleponku atau Mama untuk memberitahu keberadaannya. Minimal menanyakan Lova lah, kan bocah itu anaknya. Atau mungkin ia ibu durhaka yang melupakan anaknya?Aku tidak peduli. Hidupku kembali normal, adem dan bahagia bersama Mas Azka. Mbok Wati juga bergembira sebab mendapatkan pekerjaannya kembali. Ada yang berbeda, sekarang di rumahku bertambah ramai dan seru karena adanya Lova. Ya! Bocah itu sekarang tinggal bersamaku. Kalau pagi sampai sore, Lova di rumah bersama Mbok Wati karena kutinggal bekerja bersama suamiku. Malamnya aku dan Mas Azka yang mengasuh Lova. Anak itu cerdas dan lucu. Dia bahkan sekarang sudah pandai berceloteh lancar. Suasana rumah menjadi semakin hidup, ceria dan bersemangat dengan adanya Lova.Aku membelikan baby chair untuk Lova supaya dia dapat makan sendiri. Mas Azka membelikan

  • Janda Lugu tapi Palsu   Anaknya ditinggal

    Janda Lugu Tetanggaku 33Bab 33Anaknya ditinggal Aku jadi bingung antara membukakan pintu kamar untuk membebaskan Mama atau mengejar Mbak Dian. Ah, sial! Mbak Dian sudah kabur dengan mobilnya. Aku hanya bisa melihat ke jendela saat mendengar raungan mobilnya. Tanpa buang waktu, akupun mencari kunci cadangan untuk membuka pintu kamar. “Kurang ajar, Dian!” Begitu yang diteriakkan Mama setelah pintu berhasil aku buka. “Ke mana dia?” Mama setengah berlari menuju pintu keluar. “Mbak Dian melarikan diri, Ma. Tadi Laras melihat dia lari lewat pintu belakang dan kabur dengan mobilnya.” Ujarku dengan wajah kesal. “Mama didorong sampai terjungkal di kasur, habis itu dia berlari keluar dan menutup serta mengunci pintunya!” Omel Mama marah-marah. Astaga! Aku jadi teringat Mas Azka yang aku rendam di kamar mandi. Berlari aku memasuki kamar dan langsung membuka pintu kamar mandi. Tampak lelakiku sedang berdiri di depan cermin. Mas Azka sudah selesai mandi rupanya. Ah, lega rasanya, kupikir

  • Janda Lugu tapi Palsu   Kabur

    Janda Lugu Tetanggaku 32Bab 32Masih PoV DianKaburTok tokTerdengar pintu kamarku diketuk. Aku terkesiap, itu pasti Laras. Berjalan ke pintu, akupun membukanya. Memang benar, Laras yang sekarang berdiri di depan pintu kamarku. “Mbak, ajak Lova makan. Aku sudah masak nasi dan beli lauknya,” kata Laras. Aku mengangguk. Semenjak nggak ada mbok Wati, Laras dan Azka selalu membeli lauk untuk makan malam. Mereka tidak mau memakan masakanku, mungkin takut aku guna-guna atau racuni. Dasar O’on, kalau aku mau meracun mereka, sudah aku lakukan dari dulu. Sampai di meja makan, aku mem lihat Laras sedang menikmati makanannya. Melihat nasi yang masih mengepul di piring Laras, aku tersenyum dalam hati. Kena kau, Laras. Hahah. “Ambilkan Lova makan, Mbak,” kata Laras. Aku mengangguk. Sebenarnya Laras ini tidak peduli padaku, dia menawari aku makan karena Lova. Laras tak ingin membiarkan Lova tidur kelaparan. Aku tertegun sejenak saat akan mengambil nasi. Masak aku harus memakan nasi ini? Senj

  • Janda Lugu tapi Palsu   Rencana Pamungkas

    Janda Lugu Tetanggaku 31Bab 31Rencana Pamungkas DianNggak sampai setengah jam, mobil Mas Azka sudah sampai rumah. Aku turun duluan dan langsung masuk melalui pintu samping. Rumah sepi, meskipun baru sekitar jam delapan malam. Aku segera mencari Mbak Dian. Langkahku terhenti saat melihat perempuan itu bergulung di sofa panjang tuang tengah sembari cekikikan centil dengan ponselnya. Berasa tuan rumah saja, dasar nggak punya malu. Bertambah kesal rasa hatiku. “Mbak Dian!”Seketika Mbak Dian membelalakkan mata melihat kehadiranku. Saking asyiknya bercengkerama dengan ponsel, dia tak menyadari kepulanganku dan Mas Azka. “Laras? Ngagetin saja.” Mbak Dian segera mematikan ponsel ya dan berpindah posisi duduk. Suara langkah kaki Mas Azka terdengar mendekat. “Apa maksud Mbak Dian memecat Mbok Wati?” Tanyaku langsung ke inti. Kepala Mvak Dian bergerak ke atas sedikit dan melihatku yang berdiri tak jauh darinya. “Oh, sudah kuduga, pasti perempuan tua itu sudah mengadu macam-macam denganm

  • Janda Lugu tapi Palsu   Akal Bulus

    Janda Lugu Tetanggaku 30Bab 30Akal Bulus“Mbok, baju saya kemaren malam dipakai sama Mbak Dian, kok bisa?”tanyaku pada Mbok Wati siang itu di dekat kamar mandi belakang saat pembantuku habis mengangkat jemuran. Mbok Wati melirik pintu kamar yang dihuni oleh Mbak Dian. Pintu kamar itu tertutup, tadi aku sudah melongok ke dalamnya. Mbak Dian dan Lova sedang bobok siang. “Nggak usah takut, Mbak Dian sedang tidur sama Lova.” aku menepis kekhawatiran mbok Watik. Perempuan itu takut bila Mbak Dian nanti mendengar jawabannya. “Anu, Non, saya sudah bilang agar jangan ngambilin baju-baju Non Laras tetapi, Bu Dian tak menghiraukan,” jawab Mbok Watik kesal. Baju-baju katanya? Berarti nggak hanya satu dong? Bola mataku berputar. “Emang dia sering ngambilin baju saya?” Menatap Mbok Wati. Pembantuku mengangguk, “sering, Non, terutama kalau siang hari pas Non Laras nggak ada di rumah.”Jadi begitu? Jangan-jangan Mbak Dian juga yang mengambil peralatan make up ku? Secara ada beberapa yang men

DMCA.com Protection Status