Haura masih berusaha melepaskan diri pelukan seseorang yang tidak dia ketahui siapa, tetapi tenaganya kalah kuat dengan orang itu. Sampai janda cantik itu dihempaskan ke ranjang dengan kasar.
Haura dengan sigap menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, karena handuk yang dia pakai sudah terlepas dan tidak tahu di mana. "Kamu siapa? Kenapa masuk ke rumahku?!" teriak Haura, berharap ada seseorang yang akan mendengar teriakannya.Orang itu tidak menyahut, tetapi tidak lama lampu di dalam kamarnya menyala dan memperlihatkan sosok yang masuk ke dalam kamarnya. Orang itu adalah Niko! Membuat Haura menjadi sangat marah dengan apa yang lelaki itu lakukan."Mau apa kamu kemari?!" Haura menatap sinis kepada Niko, dia menutupi tubuhnya dengan selimut untuk berjalan ke arah lemari pakaian.Haura berencana akan keluar dari kamar, lalu mengunci kamarnya itu dan memanggil orang untuk menangkap Niko."Apa lagi? Tentu saja mengingat kan malam intim kita s"Enggak sengaja, Pa!" elak Dean dengan wajah tidak bersalah.Rangga mendecih mendengar alasan apa yang dikatakan oleh anaknya, tetapi dia sangat memaklumi karena Dean kesal wanita yang dimilikinya hampir diperkosa oleh lelaki bajingan tersebut. Jadi kali ini Rangga akan memaafkan Dean, tetapi tidak untuk lain kali."Loh ada apa Pak Rangga, Dean? Kok cowok itu diletakin di tanah sih?" Kedu satpam di tempat mereka tinggali kebetulan lewat, saat melewati halaman rumah Haura mereka mendengar keributan. Ternyata di sana ada Dean dan Rangga, padahal itu bukanlah halaman rumah mereka."Ini loh, Pak. Cowok ini mau lakuin sesuatu sama cewek baru yang tinggal di sini, dia hampir perkosa dia. Jadi kita mau amanin dulu sebelum dia sadar dan kabur," jelas Rangga menatap kedua satpam tersebut."Wah, bahaya dong. Kalau gitu aku mau hubungin pak polisi dulu, terus cewek yang jadi korban gimana keadaannya?""Dia di rumah kami, Pak. Masih ditenangin Mama di rumah, kasian sampai gemetaran kayak gitu,"
Haura sesekali mengipasi bagian selangkangannya, dia merasa sangat panas dan pedas. Jadi wanita itu sudah tidak tahan lagi untuk menyiramkan air ke sana, berharap kalau rasanya berkurang."Tan, di mana kamar mandi? Aku mau nyiram ini, siapa tahu rasanya berkurang." Haura menunjuk organ intimnya yang terasa panas."Itu di sana, masuk aja." Elisa mengarahkan ke arah pintu yang berada di dalam kamar.Haura yang sudah berada di ambang pintu kamar tamu, dia hanya perlu beberapa langkah lagi untuk menuju kamar mandi. Dengan cepat janda cantik itu terus melangkah masuk ke dalam, dia melepaskan semua pakaian bawahnya supaya dia bisa menyiram dengan leluasa."Duh kok masih panas, ya?" Haura gelagapan karena merasa masih panas, padahal dia sudah menyiramnya beberapa kali.Elisa yang merasa penasaran dengan kresek yang dipakai membungkus pakaian Haura segera memeriksanya. "Astaga! Ini bekas cabe, mana masih ada cabenya tiga biji!" Elisa geleng-geleng kepala melihat tiga biji cabe yang jatuh.Eli
Niko memandang remeh Dean, dia sangat yakin kalau lelaki muda tersebut tidak akan bisa memasukannya ke dalam jeruji besi. Lantaran Dean masih sangat muda, apalagi kekasih Haura itu tidak memiliki uang seperti dirinya. Mungkin ayah Dean memang kaya, namun apakah Rangga akan mau membantu sang anak.'Mana mungkin dia bakalan jeblosin aku!' batin Niko masih terus meremehkan.Dean tidak berkata apa-apa, dia memilih diam dan mengajak Haura untuk pergi dari sana. Karena dia sangat yakin, kalau lelaki itu pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal untuknya."Kayaknya emang benar dia gak akan masuk penjara. Karena dia kan punya banyak uang, pasti bisa nyewa pengacara buat bebasin," gumam Haura pelan.Sekarang kedua sepasang kekasih itu sedang berada di dalam mobil untuk menuju pulang, tetapi Haura malah memikirkan hal yang tidak-tidak lantaran dia merasa takut kalau mantan suaminya akan membalas dendam saat keluar dari sana."Tenang, semua biar aku yang urus. Kamu cukup diam aja," ucap Dean
Hari ini Haura terlambat bangun, dia tidak sadar kalau sedang menginap di rumah Dean. Awalnya dia berpikir tidur di rumahnya, tetapi nyatanya dia salah. Alhasil janda cantik itu bergegas berlari ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah, lalu baru melangkahkan kaki menuju dapur.Haura merasa segan kalau menginap di rumah orang lain Haura bangun terlambat, dia merasa harus membantu walau pun itu adalah bantuan kecil. Namun saat di dapur, semua orang malah sudah duduk di kursi untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji, hanya Elisa yang berdiri seperti ingin menemuinya ke kamar."Maaf, Tante. Aku bangun kesiangan," ucap Haura merasa bersalah, dia meremas pakaiannya karena memberikan kesan tidak baik kepada keluarga Dean."Enggak masalah. Ayo sini duduk makan bareng sama kamu." Elisa melambaikan tangannya supaya Haura mendekat.Haura ragu untuk mendekati, tetapi senyuman manis dari Elisa membuatnya tanpa sadar melangkahkan kaki untuk mendekati ibunya Dean. Elisa menyambut hangat dirinya,
Kedua sepasang kekasih itu saling pandang, mereka menatap satu saka lain dengan tatapan bingung dan termasuk tidak percaya dengan apa yang didengar."Kenapa kalian kayak gitu? Apa enggak mau ke jenjang lebih serius?" Elisa melipat tangannya di dada, dia menatap intens kedua kekasih itu."Bukannya begitu, Ma. Ini terlalu cepat deh," sahut Dean ragu. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaan Haura sekarang, apakah janda cantik itu mau menikah dengannya.Elisa beralih menatap Haura, janda cantik itu terlihat terdiam saja tanpa ada niat untuk menimpali percakapan mereka. "Kamu gimana, Haura? Apa kamu gak mau serius sama Dean?"Haura ragu ingin menjawab, dia kembali menatap Dean yang sedang sama sepertinya. "Aku terserah Dean aja, Tante. Kalau dia mau, ya aku mau," gumam Haura lirih."Nah Dean dengar sendiri kan?" Rangga menatap anak semata wayangnya."Kalau kalian udah ngomong kayak gitu, aku nurut aja gimana baiknya,""Loh kok kamu malah gitu, jadi cowok harus tegas dong! Iya bilang iya,
"Kalau kamu ke sini mau buat rusuh, lebih baik pulqng aja, Yirra!" bentak Dean yang tidak terima tunangannya dihina."Ada apa ini ribut-ribut?" Rangga datang bersama dengan sang istri, mereka mendekat karena mendengar ada keributan."Tante, Om! Ini masa sih orang udah tua kayak cewek ini jadi tunangan Dean? Ya seharusnya aku dong, lebih muda dan jelas cantik." Yirra membusungkan dadanya dengan sombong.Elisa menatap sinis kepada Yirra, dia merasa kalau wanita muda yang ada di depannya sekarang sangat tidak tahu sopan santun. Padahal sedang bertamu di rumah orang, tetapi tidak menunjukan rasa hormat sama sekali kepada pemilik rumah."Terus apa?" Elisa bersedekap dada, dia menarik-turunkan alisnya menatap wanita muda itu."Loh kok Tante gak ngerti sih maksud aku? Ya jelas batalin aja pertunangan ini, lebih baik Dean sama aku aja," jawab Yirra tidak tahu malu.Haura tertawa kecil mendengar itu, dia menatap Yirra dengan tatapan mengejek. Membuat wanita muda itu menjadi kesal dengan diriny
Haura terus menatap dengan tatapan penasaran, jantungnya terus berdebar karena menantikan cerita apa yang akan diceritakan oleh Rangga kepadanya. Apakah sesuatu yang buruk? Itu adalah pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Rangga menarik napasnya terlebih dahulu, lalu mulai menceritakan tentang semua kenakalan yang Dean lakukan. Entah beberapa kali dia membawa para wanita muda ke dalam hotel bahkan ada yang sampai hamil, membuat orang tuanya tidak terima dengan apa yang Dean lakukan. Alhasil membuat lelaki muda tersebut dilaporkan ke polisi oleh kedua orang tua wanita itu.Haura tertegun, pantas saja Elisa dulu menyebutkan kalau Dean adalah anak yang sangat dimanjakan oleh sang ayah. Rupanya inilah yang dimaksudkan oleh Elisa, dia sekarang sudah mulai mengerti."Jadi kalau kamu enggak mau sama anak kamu, kami enggak masalah." Perkataan Rangga membuat Elisa menjadi menggelengkan kepalanya pelan. "dia harus tahu sebelum terlambat loh, Ma!"Dean hanya bisa memilih pasrah, dia tidak bisa mel
Yirra mendekati Dean, lalu memapah lelaki itu dengan susah payah ke kamar tidur tamu yang berada di lantai bawah. Tentu saja beberapa kali Dean meronta, tetapi karena dia sedang terpengaruh efek obat yang membuat tubuhnya terasa lemas dan kepala yang terasa pusing, membuat Dean menjadi kehilangan tenaga.Rasanya dia sangat sulit untuk melawan Yirra yang adalah seorang wanita, padahal dia adalah lelaki. Tentu saja wanita akan kalah dengan lelaki, tetapi ini dia tidak memiliki tenaga apa pun. Belum lagi rasanya seperti terkena tegangan listrik rendah setiap kali Yirra menyentuh bagian tubuhnya."Kamu tenang aja, aku cuma bakal berikan kamu sesuatu yang indah. Jadi kamu bakalan puas, enggak bakalan kesakitan." Seringai tipis terukir di bibir Yirra yang manis.Sekarang mereka sudah sampai di kamar, Yirra mendorong Dean dengan kasar sampai lelaki itu jatuh ke ranjang. Wanita tersebut laku menatap Dean dengan tatapan menggoda."Tenang saja. Kamu harus sama ngalamin nasib kayak aku ini, jadi