Haura terus menatap dengan tatapan penasaran, jantungnya terus berdebar karena menantikan cerita apa yang akan diceritakan oleh Rangga kepadanya. Apakah sesuatu yang buruk? Itu adalah pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Rangga menarik napasnya terlebih dahulu, lalu mulai menceritakan tentang semua kenakalan yang Dean lakukan. Entah beberapa kali dia membawa para wanita muda ke dalam hotel bahkan ada yang sampai hamil, membuat orang tuanya tidak terima dengan apa yang Dean lakukan. Alhasil membuat lelaki muda tersebut dilaporkan ke polisi oleh kedua orang tua wanita itu.Haura tertegun, pantas saja Elisa dulu menyebutkan kalau Dean adalah anak yang sangat dimanjakan oleh sang ayah. Rupanya inilah yang dimaksudkan oleh Elisa, dia sekarang sudah mulai mengerti."Jadi kalau kamu enggak mau sama anak kamu, kami enggak masalah." Perkataan Rangga membuat Elisa menjadi menggelengkan kepalanya pelan. "dia harus tahu sebelum terlambat loh, Ma!"Dean hanya bisa memilih pasrah, dia tidak bisa mel
Yirra mendekati Dean, lalu memapah lelaki itu dengan susah payah ke kamar tidur tamu yang berada di lantai bawah. Tentu saja beberapa kali Dean meronta, tetapi karena dia sedang terpengaruh efek obat yang membuat tubuhnya terasa lemas dan kepala yang terasa pusing, membuat Dean menjadi kehilangan tenaga.Rasanya dia sangat sulit untuk melawan Yirra yang adalah seorang wanita, padahal dia adalah lelaki. Tentu saja wanita akan kalah dengan lelaki, tetapi ini dia tidak memiliki tenaga apa pun. Belum lagi rasanya seperti terkena tegangan listrik rendah setiap kali Yirra menyentuh bagian tubuhnya."Kamu tenang aja, aku cuma bakal berikan kamu sesuatu yang indah. Jadi kamu bakalan puas, enggak bakalan kesakitan." Seringai tipis terukir di bibir Yirra yang manis.Sekarang mereka sudah sampai di kamar, Yirra mendorong Dean dengan kasar sampai lelaki itu jatuh ke ranjang. Wanita tersebut laku menatap Dean dengan tatapan menggoda."Tenang saja. Kamu harus sama ngalamin nasib kayak aku ini, jadi
Perkataan dokter itu terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Dean, membuatnya menjadi terus-menerus melamun. Hingga melupakan kalau ada Haura di samping dia sekarang."Kamu sakit, Dean?" Haura meletakkan tangannya di atas dahi Dean, tetapi lelaki itu malah menepisnya membuat janda cantik tersebut mengerutkan dahinya."Eeh, maaf! Aku capek karena nyiapin skripsi, jadi mungkin enggak bisa datang dilu ke toko sampai lulus. Enggak masalah kan?" Dean menatap Haura lekat.Haura melihat wajah lelaki itu yang terlihat sangat kelelahan, dia menganggukkan kepalanya pelan. "Iya enggak masalah! Kamu kan bentar lagi lulus, jadi wajar kalau sibuk. Aku pun enggak mau bebani kamu dengan bantuin aku terus."Dean tersenyum kecut, dia merasa sangat bersalah kepada janda cantik yang berada di samping. Padahal lelaki tersebut sedang berbohong, karena dia sekarang menutupi tentang apa yang sebenarnya dirinya sendiri pikirkan. Memang sulit, tetapi semakin sulit kalau menceritakan semuanya."Kalau begitu aku
Wajah Dean memucat mendengar perkataan Haura yang terdengar bergetar, dia menutup mulut sang wanita dengan satu jari telunjuknya. "Bentar, kayaknya aku butuh beberapa waktu beberapa menit untuk nyiapin diri sebelum kamu mengatakan sesungguhnya,"Haura menatap sang kekasih heran, tetapi dengan cepat dia menyingkirkan hari telunjuk Dean dari mulut. "Kalau aku enggak ngatakan sekarang, kapan lagi? Jadi aku harap kamu mau dengerin dulu apa yang mau aku katakan sampai habis!"Dean mengangguk pasrah, dia akan menerima apa pun yang sang kekasih katakan. Entah mau berpisah atau tidak, Dean akan berusaha lapang dada."Aku berterima kasih karena kamu udah jujur. Tapi apa kamu bisa bicarakan suku ke aku kalau mau ketemu sama cewek lain? Karena kita sudah diikat oleh cincin tunangan ini, jadi kamu enggak bisa lakuin apa pun sembarang kayak kemarin itu!" gerutu Haura menatap tajam sang kekasih."Iya, aku paham apa yang aku lakukan salah. Cuma aku kira dia emang benar enggak akan ganggu hubungan ki
Rangga langsung ingin berdiri untuk memberikan pelajaran kepada sang anak, tetapi Elisa dengan cepat menahan. Gigi Rangga terus bergemerutuk, menahan perasaan amarah yang membara di dalam dada.Sedangkan Dean menutup wajahnya dengan kedua belah tangan, takut kalau sang ayah akan benar-benar memukul."Kamu kenapa bisa kayak gitu? Kamu lakuin sama siapa? Kayaknya enggak mungkin sama Haura, apa kebiasaan lamamu itu masih kamu pakai?!" Rangga memberondong pertanyaan kepada Dean, dia sekarang merasa frustasi atas apa yang anaknya lakukan.Mungkin kalau tidak sefatal ini Rangga tidak akan merasa marah, tetapi ini sampai terkena penyakit kelamin membuat dirinya sangat malu menghadapi Haura. Janda cantik itu pasti merasa sangat marah dan kecewa mengetahui yang tunangannya lakukan.Elisa hanya diam membisu, tidak tahu harus menanggapi apa tetapi hatinya terasa sangat hancur mengetahui hal ini. Ingin berteriak dan memaki Dean, sayang hal tersebut percuma dilakukan kalau semua sudah terjadi."In
Hendra mengepalkan tangannya dengan penuh amarah dan langsung memberikan tamparan keras kepada Dean. "Kamu pikir semudah itu minta maaf dari aku?!"Indra yang tidak menduga dengan apa yang akan dilakukan oleh Hendra, langsung berdiri dan berusaha melerai lelaki itu supaya tidak semakin membuat temannya babak belur. Hanya saja dia kalah dengan tenaga orang yang sedang marah, Indra terpental sampai terbentur tembok akibat tepisan Hendra yang menghalanginya untuk membantu Dean."Om, hentikan! Nanti Om bisa masuk penjara karena melakukan kekerasan kayak gini!" Indra berusaha mengingatkan kalau apa yang dilakukan Hendra salah."Aku hanya melakukan apa yang harusnya aku lakukan, sedangkan dia malah merusak masa depan anakku tapi tidak masuk ke dalam penjara!" Hendra mencengkram kerah pakaian Dean, dia menatap tajam ke arah Indra yang menurutnya mengganggu.Indra terdiam, merasa kalau semua yang dikatakan oleh Hendra ada benarnya. Namun rasanya tidak tega membiarkan sang teman mendapatkan pu
102."Dia meninggal udah lama, karena sakit. Jadi yang aku tahu, dia sengaja buat supaya kamu mutusin agar tidak terlalu sakit hati pas Lili enggak ada lagi." Indra memandang lurus ke depan, memang udah lama dia ketahui."Kenapa kamu baru bilang sekarang?!" Dean menarik kerah Indra, sampai membuat mobil menjadi oleng tidak terkendali."Aku udah janji sama Lili supaya enggak ngasih tahu tentang itu ke kamu. Tapi ini udah terlalu lama, mana kamu selalu nyalahin Lili terus atas apa yang kamu lakuin." Indra menepikan mobilnya ke arah samping, tidak ingin kalau menabrak orang lain.Dean terdiam, tidak menyangka kalau selama ini salah paham atas apa yang Lili lakukan itu. Ternyata untuk membuat dirinya lupa, supaya tidak terlalu sakit saat kehilangan tetapi bukankah hal ini keterlaluan sekali?Indra yang hanya seorang teman mengetahuinya, tetapi Dean sendiri tidak mengetahui sama sekali. Bahkan Indra pun tidak menceritakan semua tentang Lili, terkesan menutupi selama ini.Dean turun dari mo
Haura berteriak dengan keras, tidak menyangka apa yang dia lakukan akan membuat mereka berdua hampir celaka. Untung saja Dean berhasil mengendalikan mobil dengan sigap, lantaran sudah terbiasa balapan liar."Untung aja enggak kenapa-napa," ucap Dean dengan menghela napas lega."Astaga! Maaf, ya, aku enggak nyangka bakalan jadi kayak gini. Habisi kamu bikin aku kesal!" gerutu Haura yang masih berusaha mengelak kalau itu adalah salahnya."Iya-iya, aku yang salah," Dean tidak mau membuat pertemuan mereka setelah lama tidak bertemu menjadi bertengkar, jadi dia memilih untuk mengalah."Tapi untung kamu sigap, entah apa yang terjadi kalau enggak," ucap Haura bergidik ngeri."Ya iya, aku kan pernah balapan liar. Jadi enggak heran kalau aku hebat." Dean membusungkan dada, memamerkan kehebatan yang dimiliki.Hanya saja bukannya dipuji, tetapi Haura malah melotot tajam kepada dirinya membuat Dean menjadi bingung. "Kenapa kamu malah menatap aku kayak gitu?""Balapan itu gak boleh tahu! Bisa baha