Kedua sepasang kekasih itu saling pandang, mereka menatap satu saka lain dengan tatapan bingung dan termasuk tidak percaya dengan apa yang didengar."Kenapa kalian kayak gitu? Apa enggak mau ke jenjang lebih serius?" Elisa melipat tangannya di dada, dia menatap intens kedua kekasih itu."Bukannya begitu, Ma. Ini terlalu cepat deh," sahut Dean ragu. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaan Haura sekarang, apakah janda cantik itu mau menikah dengannya.Elisa beralih menatap Haura, janda cantik itu terlihat terdiam saja tanpa ada niat untuk menimpali percakapan mereka. "Kamu gimana, Haura? Apa kamu gak mau serius sama Dean?"Haura ragu ingin menjawab, dia kembali menatap Dean yang sedang sama sepertinya. "Aku terserah Dean aja, Tante. Kalau dia mau, ya aku mau," gumam Haura lirih."Nah Dean dengar sendiri kan?" Rangga menatap anak semata wayangnya."Kalau kalian udah ngomong kayak gitu, aku nurut aja gimana baiknya,""Loh kok kamu malah gitu, jadi cowok harus tegas dong! Iya bilang iya,
"Kalau kamu ke sini mau buat rusuh, lebih baik pulqng aja, Yirra!" bentak Dean yang tidak terima tunangannya dihina."Ada apa ini ribut-ribut?" Rangga datang bersama dengan sang istri, mereka mendekat karena mendengar ada keributan."Tante, Om! Ini masa sih orang udah tua kayak cewek ini jadi tunangan Dean? Ya seharusnya aku dong, lebih muda dan jelas cantik." Yirra membusungkan dadanya dengan sombong.Elisa menatap sinis kepada Yirra, dia merasa kalau wanita muda yang ada di depannya sekarang sangat tidak tahu sopan santun. Padahal sedang bertamu di rumah orang, tetapi tidak menunjukan rasa hormat sama sekali kepada pemilik rumah."Terus apa?" Elisa bersedekap dada, dia menarik-turunkan alisnya menatap wanita muda itu."Loh kok Tante gak ngerti sih maksud aku? Ya jelas batalin aja pertunangan ini, lebih baik Dean sama aku aja," jawab Yirra tidak tahu malu.Haura tertawa kecil mendengar itu, dia menatap Yirra dengan tatapan mengejek. Membuat wanita muda itu menjadi kesal dengan diriny
Haura terus menatap dengan tatapan penasaran, jantungnya terus berdebar karena menantikan cerita apa yang akan diceritakan oleh Rangga kepadanya. Apakah sesuatu yang buruk? Itu adalah pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Rangga menarik napasnya terlebih dahulu, lalu mulai menceritakan tentang semua kenakalan yang Dean lakukan. Entah beberapa kali dia membawa para wanita muda ke dalam hotel bahkan ada yang sampai hamil, membuat orang tuanya tidak terima dengan apa yang Dean lakukan. Alhasil membuat lelaki muda tersebut dilaporkan ke polisi oleh kedua orang tua wanita itu.Haura tertegun, pantas saja Elisa dulu menyebutkan kalau Dean adalah anak yang sangat dimanjakan oleh sang ayah. Rupanya inilah yang dimaksudkan oleh Elisa, dia sekarang sudah mulai mengerti."Jadi kalau kamu enggak mau sama anak kamu, kami enggak masalah." Perkataan Rangga membuat Elisa menjadi menggelengkan kepalanya pelan. "dia harus tahu sebelum terlambat loh, Ma!"Dean hanya bisa memilih pasrah, dia tidak bisa mel
Yirra mendekati Dean, lalu memapah lelaki itu dengan susah payah ke kamar tidur tamu yang berada di lantai bawah. Tentu saja beberapa kali Dean meronta, tetapi karena dia sedang terpengaruh efek obat yang membuat tubuhnya terasa lemas dan kepala yang terasa pusing, membuat Dean menjadi kehilangan tenaga.Rasanya dia sangat sulit untuk melawan Yirra yang adalah seorang wanita, padahal dia adalah lelaki. Tentu saja wanita akan kalah dengan lelaki, tetapi ini dia tidak memiliki tenaga apa pun. Belum lagi rasanya seperti terkena tegangan listrik rendah setiap kali Yirra menyentuh bagian tubuhnya."Kamu tenang aja, aku cuma bakal berikan kamu sesuatu yang indah. Jadi kamu bakalan puas, enggak bakalan kesakitan." Seringai tipis terukir di bibir Yirra yang manis.Sekarang mereka sudah sampai di kamar, Yirra mendorong Dean dengan kasar sampai lelaki itu jatuh ke ranjang. Wanita tersebut laku menatap Dean dengan tatapan menggoda."Tenang saja. Kamu harus sama ngalamin nasib kayak aku ini, jadi
Perkataan dokter itu terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Dean, membuatnya menjadi terus-menerus melamun. Hingga melupakan kalau ada Haura di samping dia sekarang."Kamu sakit, Dean?" Haura meletakkan tangannya di atas dahi Dean, tetapi lelaki itu malah menepisnya membuat janda cantik tersebut mengerutkan dahinya."Eeh, maaf! Aku capek karena nyiapin skripsi, jadi mungkin enggak bisa datang dilu ke toko sampai lulus. Enggak masalah kan?" Dean menatap Haura lekat.Haura melihat wajah lelaki itu yang terlihat sangat kelelahan, dia menganggukkan kepalanya pelan. "Iya enggak masalah! Kamu kan bentar lagi lulus, jadi wajar kalau sibuk. Aku pun enggak mau bebani kamu dengan bantuin aku terus."Dean tersenyum kecut, dia merasa sangat bersalah kepada janda cantik yang berada di samping. Padahal lelaki tersebut sedang berbohong, karena dia sekarang menutupi tentang apa yang sebenarnya dirinya sendiri pikirkan. Memang sulit, tetapi semakin sulit kalau menceritakan semuanya."Kalau begitu aku
Wajah Dean memucat mendengar perkataan Haura yang terdengar bergetar, dia menutup mulut sang wanita dengan satu jari telunjuknya. "Bentar, kayaknya aku butuh beberapa waktu beberapa menit untuk nyiapin diri sebelum kamu mengatakan sesungguhnya,"Haura menatap sang kekasih heran, tetapi dengan cepat dia menyingkirkan hari telunjuk Dean dari mulut. "Kalau aku enggak ngatakan sekarang, kapan lagi? Jadi aku harap kamu mau dengerin dulu apa yang mau aku katakan sampai habis!"Dean mengangguk pasrah, dia akan menerima apa pun yang sang kekasih katakan. Entah mau berpisah atau tidak, Dean akan berusaha lapang dada."Aku berterima kasih karena kamu udah jujur. Tapi apa kamu bisa bicarakan suku ke aku kalau mau ketemu sama cewek lain? Karena kita sudah diikat oleh cincin tunangan ini, jadi kamu enggak bisa lakuin apa pun sembarang kayak kemarin itu!" gerutu Haura menatap tajam sang kekasih."Iya, aku paham apa yang aku lakukan salah. Cuma aku kira dia emang benar enggak akan ganggu hubungan ki
Rangga langsung ingin berdiri untuk memberikan pelajaran kepada sang anak, tetapi Elisa dengan cepat menahan. Gigi Rangga terus bergemerutuk, menahan perasaan amarah yang membara di dalam dada.Sedangkan Dean menutup wajahnya dengan kedua belah tangan, takut kalau sang ayah akan benar-benar memukul."Kamu kenapa bisa kayak gitu? Kamu lakuin sama siapa? Kayaknya enggak mungkin sama Haura, apa kebiasaan lamamu itu masih kamu pakai?!" Rangga memberondong pertanyaan kepada Dean, dia sekarang merasa frustasi atas apa yang anaknya lakukan.Mungkin kalau tidak sefatal ini Rangga tidak akan merasa marah, tetapi ini sampai terkena penyakit kelamin membuat dirinya sangat malu menghadapi Haura. Janda cantik itu pasti merasa sangat marah dan kecewa mengetahui yang tunangannya lakukan.Elisa hanya diam membisu, tidak tahu harus menanggapi apa tetapi hatinya terasa sangat hancur mengetahui hal ini. Ingin berteriak dan memaki Dean, sayang hal tersebut percuma dilakukan kalau semua sudah terjadi."In
Hendra mengepalkan tangannya dengan penuh amarah dan langsung memberikan tamparan keras kepada Dean. "Kamu pikir semudah itu minta maaf dari aku?!"Indra yang tidak menduga dengan apa yang akan dilakukan oleh Hendra, langsung berdiri dan berusaha melerai lelaki itu supaya tidak semakin membuat temannya babak belur. Hanya saja dia kalah dengan tenaga orang yang sedang marah, Indra terpental sampai terbentur tembok akibat tepisan Hendra yang menghalanginya untuk membantu Dean."Om, hentikan! Nanti Om bisa masuk penjara karena melakukan kekerasan kayak gini!" Indra berusaha mengingatkan kalau apa yang dilakukan Hendra salah."Aku hanya melakukan apa yang harusnya aku lakukan, sedangkan dia malah merusak masa depan anakku tapi tidak masuk ke dalam penjara!" Hendra mencengkram kerah pakaian Dean, dia menatap tajam ke arah Indra yang menurutnya mengganggu.Indra terdiam, merasa kalau semua yang dikatakan oleh Hendra ada benarnya. Namun rasanya tidak tega membiarkan sang teman mendapatkan pu