Niko mengeratkan pelukannya karena Haura terus-menerus meronta, dia tidak mau kalau janda cantik itu berada di dalam pelukan Dean, anak bau kencur yang jauh lebih muda dari dua sendiri. Apalagi lelaki muda tersebut tampan, Niko merasa dia akan kalah kalau bersaing dengan Dean."CK, CK! Beraninya sama cewek." Dean berdecak sambil menggelengkan kepalanya cepat."Emang kenapa kalau aku berani sama cewek? Lagi pula Haura masih istriku secara hukum, jadi kamu enggak bisa ikut campur sama urusan kami berdua!" ejek Niko tersenyum kecil.Niko sangat puas sekali karena merasa kalau dirinya akan menang mendapatkan Haura kembali, dia sangat menyesali keputusan bodohnya yang memilih membuang Haura demi seonggok sampah berbau busuk itu. Andaikan dia tahu, mungkin Lilis sudah dirinya usir sejak lama dan sekarang sedang berbahagia dengan Haura sebagai sepasang suami-istri seperti dulu."Kita itu udah selesai, Niko. Kamu udah jatuhin talak ke aku, jadi secara agama aku bukan istrimu lagi!" jelas Haur
"Kalau Minggu ini berarti dua hari lagi, ya?" Haura bertanya dengan menggigit bibir bawahnya, dia ragu ingin datang atau tidak."Iya, Minggu ini. Kalau kamu mau datang, aku akan jagain kamu enggak akan aku biarin kedua orang tuaku buat kamu sakit hati, janji!" janji Dean berusaha membujuk sang kekasih.Haura tertawa kecil mendengar lelaki itu berjanji kepadanya, membuat Dean menjadi bertanya-tanya kenapa kekasihnya tertawa."Kenapa kamu malah tertawa kayak gitu? Apa ada yang lucu?" Dean mengerinyitkan alisnya, menatap lekat sang kekasih."Kamu lucu, karena aku ingat pas kamu janji gak bakalan macam-macam malah ingkar. Jadi mana mungkin aku dapat percaya sama kamu," sindir Haura yang membuat Dean menjadi murung."Jadi kamu gak bakalan mau datang ke sana? Kata Mama sama Papa mereka mau minta maaf atas kejadian kemarin, jadi aku berharap kamu datang," ucap Dean mengatakan apa yang dia pikirkan.Dean sangat berharap kalau Haura datang ke rumahnya, tetapi dirinya tidak mau membuat Haura me
Haura masih berusaha melepaskan diri pelukan seseorang yang tidak dia ketahui siapa, tetapi tenaganya kalah kuat dengan orang itu. Sampai janda cantik itu dihempaskan ke ranjang dengan kasar.Haura dengan sigap menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, karena handuk yang dia pakai sudah terlepas dan tidak tahu di mana. "Kamu siapa? Kenapa masuk ke rumahku?!" teriak Haura, berharap ada seseorang yang akan mendengar teriakannya.Orang itu tidak menyahut, tetapi tidak lama lampu di dalam kamarnya menyala dan memperlihatkan sosok yang masuk ke dalam kamarnya. Orang itu adalah Niko! Membuat Haura menjadi sangat marah dengan apa yang lelaki itu lakukan."Mau apa kamu kemari?!" Haura menatap sinis kepada Niko, dia menutupi tubuhnya dengan selimut untuk berjalan ke arah lemari pakaian.Haura berencana akan keluar dari kamar, lalu mengunci kamarnya itu dan memanggil orang untuk menangkap Niko."Apa lagi? Tentu saja mengingat kan malam intim kita s
"Enggak sengaja, Pa!" elak Dean dengan wajah tidak bersalah.Rangga mendecih mendengar alasan apa yang dikatakan oleh anaknya, tetapi dia sangat memaklumi karena Dean kesal wanita yang dimilikinya hampir diperkosa oleh lelaki bajingan tersebut. Jadi kali ini Rangga akan memaafkan Dean, tetapi tidak untuk lain kali."Loh ada apa Pak Rangga, Dean? Kok cowok itu diletakin di tanah sih?" Kedu satpam di tempat mereka tinggali kebetulan lewat, saat melewati halaman rumah Haura mereka mendengar keributan. Ternyata di sana ada Dean dan Rangga, padahal itu bukanlah halaman rumah mereka."Ini loh, Pak. Cowok ini mau lakuin sesuatu sama cewek baru yang tinggal di sini, dia hampir perkosa dia. Jadi kita mau amanin dulu sebelum dia sadar dan kabur," jelas Rangga menatap kedua satpam tersebut."Wah, bahaya dong. Kalau gitu aku mau hubungin pak polisi dulu, terus cewek yang jadi korban gimana keadaannya?""Dia di rumah kami, Pak. Masih ditenangin Mama di rumah, kasian sampai gemetaran kayak gitu,"
Haura sesekali mengipasi bagian selangkangannya, dia merasa sangat panas dan pedas. Jadi wanita itu sudah tidak tahan lagi untuk menyiramkan air ke sana, berharap kalau rasanya berkurang."Tan, di mana kamar mandi? Aku mau nyiram ini, siapa tahu rasanya berkurang." Haura menunjuk organ intimnya yang terasa panas."Itu di sana, masuk aja." Elisa mengarahkan ke arah pintu yang berada di dalam kamar.Haura yang sudah berada di ambang pintu kamar tamu, dia hanya perlu beberapa langkah lagi untuk menuju kamar mandi. Dengan cepat janda cantik itu terus melangkah masuk ke dalam, dia melepaskan semua pakaian bawahnya supaya dia bisa menyiram dengan leluasa."Duh kok masih panas, ya?" Haura gelagapan karena merasa masih panas, padahal dia sudah menyiramnya beberapa kali.Elisa yang merasa penasaran dengan kresek yang dipakai membungkus pakaian Haura segera memeriksanya. "Astaga! Ini bekas cabe, mana masih ada cabenya tiga biji!" Elisa geleng-geleng kepala melihat tiga biji cabe yang jatuh.Eli
Niko memandang remeh Dean, dia sangat yakin kalau lelaki muda tersebut tidak akan bisa memasukannya ke dalam jeruji besi. Lantaran Dean masih sangat muda, apalagi kekasih Haura itu tidak memiliki uang seperti dirinya. Mungkin ayah Dean memang kaya, namun apakah Rangga akan mau membantu sang anak.'Mana mungkin dia bakalan jeblosin aku!' batin Niko masih terus meremehkan.Dean tidak berkata apa-apa, dia memilih diam dan mengajak Haura untuk pergi dari sana. Karena dia sangat yakin, kalau lelaki itu pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal untuknya."Kayaknya emang benar dia gak akan masuk penjara. Karena dia kan punya banyak uang, pasti bisa nyewa pengacara buat bebasin," gumam Haura pelan.Sekarang kedua sepasang kekasih itu sedang berada di dalam mobil untuk menuju pulang, tetapi Haura malah memikirkan hal yang tidak-tidak lantaran dia merasa takut kalau mantan suaminya akan membalas dendam saat keluar dari sana."Tenang, semua biar aku yang urus. Kamu cukup diam aja," ucap Dean
Hari ini Haura terlambat bangun, dia tidak sadar kalau sedang menginap di rumah Dean. Awalnya dia berpikir tidur di rumahnya, tetapi nyatanya dia salah. Alhasil janda cantik itu bergegas berlari ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah, lalu baru melangkahkan kaki menuju dapur.Haura merasa segan kalau menginap di rumah orang lain Haura bangun terlambat, dia merasa harus membantu walau pun itu adalah bantuan kecil. Namun saat di dapur, semua orang malah sudah duduk di kursi untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji, hanya Elisa yang berdiri seperti ingin menemuinya ke kamar."Maaf, Tante. Aku bangun kesiangan," ucap Haura merasa bersalah, dia meremas pakaiannya karena memberikan kesan tidak baik kepada keluarga Dean."Enggak masalah. Ayo sini duduk makan bareng sama kamu." Elisa melambaikan tangannya supaya Haura mendekat.Haura ragu untuk mendekati, tetapi senyuman manis dari Elisa membuatnya tanpa sadar melangkahkan kaki untuk mendekati ibunya Dean. Elisa menyambut hangat dirinya,
Kedua sepasang kekasih itu saling pandang, mereka menatap satu saka lain dengan tatapan bingung dan termasuk tidak percaya dengan apa yang didengar."Kenapa kalian kayak gitu? Apa enggak mau ke jenjang lebih serius?" Elisa melipat tangannya di dada, dia menatap intens kedua kekasih itu."Bukannya begitu, Ma. Ini terlalu cepat deh," sahut Dean ragu. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaan Haura sekarang, apakah janda cantik itu mau menikah dengannya.Elisa beralih menatap Haura, janda cantik itu terlihat terdiam saja tanpa ada niat untuk menimpali percakapan mereka. "Kamu gimana, Haura? Apa kamu gak mau serius sama Dean?"Haura ragu ingin menjawab, dia kembali menatap Dean yang sedang sama sepertinya. "Aku terserah Dean aja, Tante. Kalau dia mau, ya aku mau," gumam Haura lirih."Nah Dean dengar sendiri kan?" Rangga menatap anak semata wayangnya."Kalau kalian udah ngomong kayak gitu, aku nurut aja gimana baiknya,""Loh kok kamu malah gitu, jadi cowok harus tegas dong! Iya bilang iya,