Share

Bab 44. Gengsi

Barra memijat pangkal hidungnya dengan dua jari. Bokongnya bersandar pada pinggiran meja. Ia tampak lelah. Selain itu, ia juga tak habis pikir alasan Wuri nekat menyabotase presentasinya. Bukankah selama ini Wuri selalu berada di belakangnya? Wanita itu selalu mendukungnya, bukan? Apakah dia sudah berkhianat? Barra tak bisa membayangkan hal itu terjadi.

Bagaimana tidak? Menurutnya seorang pemimpin yang tidak lagi memiliki kesetiaan anak buah tidak patut disebut pemimpin.

“Mengapa kamu melakukan hal ini?” tanyanya menatap Wuri dengan pandangan terluka. Ia menaruh kedua tangannya di bahu wanita itu, berharap mendapatkan kebenaran. “

Seketika, wanita itu mendongak. Matanya berkaca-kaca. Ia menggeleng kuat-kuat. “Enggak. Aku nggak bermaksud—“

“Lalu apa? Coba jelaskan?”

Wuri menelan ludah dengan susah payah. “Aku .... Aku nggak mau dipecat.”

Barra mengernyit. “Siapa yang ingin memecatmu? Kau itu bekerja di bawah wewenangku. Kalau ada yang memecatmu itu hanya aku. Sama seperti Sandra.”

“Itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status