Malam hari, Amel dan Tika sedang mengobrol melalui sambungan telepon. Amel menceritakan jika dirinya bertemu dengan Pak Sandi dan juga menceritakan kejadian tadi. Tika yang mendengar, tertawa mendengar cerita Amel. Amel juga menceritakan pertemuannya dengan Eni yang begitu baik.
Tika juga menceritakan bagaimana hari pertamanya bekerja, dia juga merasa nyaman. Tika mengajak Amel untuk bertemu jika mereka libur. “Eh, Mel, kayaknya benar apa yang Eni bilang. Hati-hati, kalau ketemu Pak Sandi lagi kamu jatuh cinta.” Terdengar suara Ketika tertawa di ujung telepon, lalu telepon mati begitu saja. Amel sengaja mematikan telepon karena mendengar ucapan Tika tadi. Amel menaruh teleponnya dan memutuskan untuk tidur. Keesokan pagi, di perjalanan Amel merasa motor yang dikendarai seperti bergoyang. Amel mengecek dan ternyata ban motornya kurang angin. “Duh, bengkel jauh lagi, olahraga nih pagi-pagi,” gerutu Amel sendiri sambil mendorong motornya. Tapi tiba-tiba, dari arah belakang seakan ada orang yang memanggil Amel, saat Amel lihat ternyata itu Yana, teman kerja Amel. “Bannya bocor, Mel? Aku bantuin dorong, kamu naik motormu biar aku dorong.” Yana menawarkan bantuan kepada Amel. “Makasih, ya, Yan,” jawab Amel dan segera naik ke motor. Ternyata bengkel baru buka dan kebetulan karyawan belum datang. “Maaf, Mbak, karyawan saya belum datang, kalau Mbak buru-buru bisa cari tempat lain,” ucap pemilik bengkel itu kepada Amel. Amel terdiam seperti berpikir, tidak mungkin Amel cari yang lain, bisa nanti kesiangan. Di tengah lamunannya Amel dikagetkan dengan suara Yana. “Tinggal aja motornya, bareng sama aku. Nanti pulangnya aku anterin ke sini,” ajak Yana kepada Amel. “Kalau motornya ditinggal sampai sore enggak apa-apa kan, Pak. Aman ya, Pak?” tanya Yana kepada pemilik bengkel. “Aman, Mas, saya yang jamin. Enggak apa-apa, Mbak, tinggal saja,” ucap pemilik bengkel. “Ayo, enggak usah banyak mikir, nanti telat kita kena hukuman,” ucap Yana sambil menarik tangan Amel. Amel sebenarnya merasa canggung, karena baru kenal Yana, tapi Amel juga enggak mau telat. Sampai di parkiran sudah terlihat agak sepi, mungkin karena hari sudah siang. Karena Amel merasa tak enak jika ada yang melihat, Amel bilang jika dia ingin ke kamar mandi lebih dulu, dengan alasan ingin merapikan penampilannya. “Makasih, ya, Yan. Kamu duluan saja, aku ke kamar mandi dulu,” ucap Amel lalu buru-buru pergi. Belum sempat Yana menjawab Amel sudah berlalu begitu saja. Yana akhirnya melangkah ke ruang karyawan. Amel yang baru selesai dari kamar mandi, sambil menuju ruang karyawan, Amel memikirkan gimana supaya nanti pulang tidak bareng Yana. “Mel, jalan sambil bengong, ada apa?” tanya Eni yang kebetulan papasan di depan pintu masuk ruang karyawan. “Enggak apa-apa, tapi ….” Belum sempat Amel menjawab Pak Zio sudah datang dan menyuruh mereka briefing. *** Hari ini pekerjaan sangat sibuk sampai Amel tidak bisa cerita dengan Eni. Tadinya Amel mau cerita ke Eni. Mungkin Eni ada solusi, tapi karena kerjaan yang menumpuk tidak bisa. “Duh, gimana ini, aku enggak mau bareng Yana,” gumam Amel sendiri. Amel berjalan ke parkiran dengan memikirkan cara menghindari Yana. Amel ingat sepertinya Eni belum pulang, lebih baik Amel menunggu Eni. Amel duduk di sebuah kursi tidak jauh dari parkiran. Ternyata, yang datang lebih dulu Yana. “Ayo, Mel, aku antar ambil motor,” ajak Yana. “Ehem, maaf, duluan aja, aku nunggu Eni,” jawab Amel sambil berharap jika Yana percaya. “Sama aku aja, kan kita satu arah,” ucap Yana agak memaksa. Amel bingung harus jawab apa, tapi tiba-tiba senyum Amel menggembang. Eni datang dan seakan mengerti apa maksud Amel. “Ayo, Mel, katanya mau ke toko buku,” ajak Eni yang tahu maksud Amel. “Iya, En, Ayo. Maaf, ya, Yan, aku duluan. Terima kasih sudah mau bantuin,” ucap Amel langsung menarik tangan Eni tanpa menunggu jawaban dari Yana. Yana menatap mereka pergi dengan wajah sedikit kecewa. “Gagal mau berdua sama Amel,” gumam Yana. Amel bertanya ke Eni kenapa Eni tahu jika Amel butuh bantuan. Eni menjelaskan jika tadi Eni sempat mendengar percakapan Amel dan Yana. “Emang motormu kemana, Mel?” tanya Eni. “Motorku bocor, sekarang di bengkel, tadi pagi Yana yang tolong aku. Sekarang dia ngajak bareng lagi,” jelas Amel. “Ayo, cepet jalan dulu, En. Yana lihatin tuh, nanti dia curiga,” ajak Amel yang cepat-cepat naik motor Eni. Di perjalanan Eni tanya mau kemana. Akhirnya, Amel meminta tolong diantar ambil motornya dulu. Karena sebenarnya arah rumah Amel dan Eni beda, jadi sebagai ucapan terima kasih Amel mengajak Eni makan bakso. “En, pesen aja terserah kamu, aku yang traktir,” ucap Amel setelah tiba di tukang bakso. “Wah, makasih, Mel. Aku pesen porsi banyak. Haha,” seru Eni. Amel dan Eni menikmati makanan yang mereka pesan sambil ngobrol santai. Amel merasa Eni nyaman diajak cerita. “En, kamu mau jadi teman aku curhat. Rasanya kalau cerita sama kamu, aku nyaman,” ungkap Amel di sela-sela obrolan mereka. “Hehe, kamu bisa saja, Mel. Ya boleh, aku juga senang bisa dengerin kamu cerita.” Amel memeluk Eni, Amel merasa bersyukur bisa bertemu Eni di tempat kerja yang baru. *** Hari demi hari telah berlalu, sudah beberapa bulan Amel kerja. Hubungan persahabatan Amel dan Eni semakin dekat, Amel juga dengan yang lain sudah saling mengenal. Sore itu saat sudah jam pulang, di ruang karyawan, Ipul mendekati Amel dan mengobrol dengan Amel. Obrolan itu terlihat biasa, tapi setelah itu Ipul mengajak Amel jalan-jalan. “Mel, besok hari libur, mau enggak temenin aku jalan-jalan?” tanya Ipul saat itu. “Mau ke mana?” jawab Amel sambil menatap Ipul. “Iya, jalan-jalan saja, mungkin kaya ke taman kota. Emang kamu ada acara?” “Enggak, sih, cuma biasanya aku kalau libur tidur saja, hehe.” Amel menjawab sambil tersenyum. “Daripada tidur, ayolah mau, ya?” bujuk Ipul sedikit memaksa. “Nanti aku beliin es cream, dech, atau kamu mau aku traktir apa, boleh pilih sesukamu, Mel”, lanjut Ipul berharap Amel mau diajak jalan-jalan. “Gimana besok saja ya, nanti aku kabarin, aku duluan ya,” ucap Amel lalu berlalu pergi. “Besok aku jemput jam sembilan, shareloc rumah kamu,” ucap Ipul sebelum Amel pergi. Amel pun berjalan pergi meninggalkan Ipul. Amel juga belum menjawab jika Amel setuju dengan ajakan Ipul. “Sebenarnya aku suka kamu, Mel, selain kamu cantik, hati kamu juga baik,” gumam Ipul sendiri setelah Amel pergi. Ipul merencanakan mengajak Amel jalan-jalan dan sudah merencanakan sesuatu untuk Amel. “Semoga besok berhasil dan berjalan lancar,” ucap Ipul berharap dan tersenyum lalu dia pun pergi.Pagi itu, Amel sudah mandi dan sedang merias diri di depan kaca. Amel sedang memikirkan ajakan Ipul. Entah, Amel harus menghubungi Ipul dan bilang setuju atau tidak. Yang membuat Amel bingung, karena Amel melihat kedekatan Ipul dengan Santi. Tapi banyak yang mengatakan Santi bukan pacar Ipul.Saat Amel bengong tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. “Mel, ada teman yang cariin kamu?” Suara dari balik pintu. “Siapa, Ma?” tanya Amel saat pintu sudah terbuka. Ternyata suara tadi suara Mama Dina, Mamanya Amel. “Pacar kamu kali, Mel. Mama baru lihat sekarang. Ya, udah temuin dulu biar kamu tahu,” jawab Mama Dina lalu meninggalkan Amel."Masa Ipul, tapi tahu rumahku dari mana? Yang tahu rumah ku, kalau enggak Yana ya Gilang. Mereka juga cuma tahu gang aja karena searah sama rumah mereka,” gumam Amel sendirian di dalam kamar. Amel masih memikirkan siapa yang datang. Amel mengecek handphone-nya, tapi tidak ada pesan atau panggilan telepon. Akhirnya, amel keluar kamar dan bertem
Sesudah mengantarkan Amel ke rumah, Ipul langsung pamit pulang. Tapi Ipul tidak langsung pulang, Ipul pergi ke tempat teman-temannya biasa nongkrong. “Lesu banget mukalu, Bro,” sapa Supri kepada Ipul yang baru datang.“Enggak apa-apa, sudah pada lama di sini?” tanya Ipul balik. “Belum, paling baru setengah jam, dari mana?” tanya Yana yang juga ada di sana. “Biasa, habis antar adik les,” jawab Ipul asal. “Adik yang mana, nih?” goda Gilang dan semua temannya tertawa. Ya, di sana ada Supri, Yana, dan juga Gilang yang sedang berkumpul. Mereka berempat memang dekat, sering nongkrong bareng, bahkan kadang sering main futsal juga. Namun, diantara keempat orang itu, Ipul paling dekat dengan Supri. Apa pun keluh kesah Ipul selalu minta solusi Supri. Di tempat lain, Amel yang sudah berada di kamar sedang ngobrol dengan Eni melalui telepon. Amel menceritakan sepanjang hari ini kepada Eni. Banyak juga obrolan lain yang mereka bicarakan. Sebelum menutup telepon Eni menduga jika tadi itu Ipul
Amel berlari ke arah Eni, tanpa di minta Amel langsung menceritakan kejadian tadi bersama Santi kepada Eni. Saat ini, perasaan Amel tidak karuan, Amel memeluk Eni dan tidak lagi bisa bercerita. "Sabar, Mel, Santi emang orangnya gitu, tapi di sini kamu juga enggak rebut Ipul, kan mereka bukan pacar. Sudah tenang aja ya," ucap Eni memberi Amel semangat. "Ayo kita kerja lagi, jodoh nggak usah dipikirin, nanti datang sendiri," ajak Eni dengan senyum manisnya.Amel melangkah mengikuti Eni dari belakang, Amel berharap semua akan baik-baik saja. "Aku nggak cari musuh, tapi kalau aku juga ada rasa sama Ipul, aku juga tidak bisa diam," gumam Amel sendiri. Di kantin Santi masih duduk dan kini malah memesan es teh, saat sedang menikmati esnya Santi kaget ketika ada yang menepuk bahunya. "Eh lu, gue kira siapa, ngapain tepuk-tepuk?" omel Santi ke orang yang menepuk. "Boleh gue duduk dulu nggak?" tanya dia. "Boleh, duduk situ," perintah Santi, "ada perlu sama gue?" lanjut Santi. "Langsung aja
Sebelum berangkat, Amel membaca pesan Ipul sekali lagi, Amel bingung harus datang atau tidak, Amel meletakkan kembali hp di meja rias. "Mau ngapain Ipul ngajak ketemu ya," ucap Amel sendiri di depan cermin sambil membenarkan jilbabnya. Lalu Amel berangkat meraih hp, memasukkannya dalam tas tanpa membalas pesan Ipul. *** Hari itu kerjaan sangat banyak, membuat Ipul sulit untuk bertemu Amel dan menanyakan jawaban pesannya. Amel sangat beruntung karen tidak bertemu Ipul, Eni yang melihat Amel gelisah mendekati Amel. "Mel, kenapa, kelihatan gelisah?" tanya Eni. "En, semalam Ipul kirim pesan, baca sendiri," jawab Amel memberikan hp kepada Eni. Eni yang mengerti maksud pesan itu memberikan saran kepada Amel untuk datang. "Mungkin ada hal penting yang ingin Ipul sampaikan, datang aja, kalau kamu takut mau aku temani?" tawar Eni yang meminta Amel datang. Eni mempunyai firasat jika saat itu Ipul akan menyampaikan hal penting karena jika tidak penting tidak mungkin mengirim pesan se
Amel menutup pintu kamar melangkah pergi, hatinya sudah yakin kalau dia akan datang ke cafe itu, tapi langkahnya terhenti kekita melihat seorang duduk di teras rumahnya. Amel yang masih kaget bengong melihat ke arah seorang itu. "Aku hanya memastikan kamu benar-benar datang, Mel, karena ini adalah salah satu harapan Ipul," jelas seorang itu. "Ya, aku datang, Pri," jawab Amelu Orang itu, Supri. Supri sengaja datang untuk memastikan semua berjalan lancar. Setelah masuk rumah tadi perasaan Supri tidak enak, atas inisiatifnya sendiri Supri datang ke rumah Amel. Beruntung saat Supri pergi Santi sudah duluan pergi. "Ya sudah, aku berangkat dulu, Pri, apa sekalian aja kamu anter aku?" tanya Amel, karena Amel sebenarnya dengan kondisi ini ragu untuk naik motor sendiri. "Yuk aku antar, biar aman," jawab Supri senang hati. *** Di sudut kamar, Santi mundar mandir merasa gelisah, memikirkan apa yang di maksud Supri. Siapa yang datang dan kemana, felling Santi mengatakan jika ini berhubunga
Yana yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ucapan Gilang membuat Yana kwatir. Entah mengapa, saat ini pikiran Yana menuju ke Amel. Yana meraih hp lalu mencoba menghubungi Amel, tapi nomer Amel tidak aktif. "Amel kemana, apa benar Amel lagi berdua sama Ipul, tapi kalau iya kenapa tadi Supri bilang gitu, Supri bohong atau memang tidak tahu," gerutu Yana sendirian. *** Amel mendengarkan semua penjelasan Ipul dengan serius, dia menangkap semua kata yang terucap dari mulut Ipul. "Apa sudah jelas, Mel, atau mau ada yang kamu tanya lagi?" tanya Ipul mengakhiri penjelasan itu dan berharap Amel sudah mengerti. "Sudah cukup," jawab Amel singkat. Ipul merasa bingung dengan reaksi Amel, tapi Ipul kembali menanyakan kepada Amel, apakah Amel bersedia menjadi teman hidupnya. Amel masih saja terdiam mendengar pertanyaan ke dua dari Ipul. "Ya sudah nggak usah di jawab sekarang, Mel, kita nikmatin cemilan lagi yuk," ajak Ipul mencairkan suasana.
Eni yang sedang menikmati bakso, kaget dengan kehadiran Supri yang tiba-tiba duduk di depannya. "Ada apa, Pri?" tanya Eni dengan expresi kaget. "Mau makan baksolah, lihat kamu sendirian ya udah aku samperin, ganggu?" tanya Supri. "Oh nggak, ya udah duduk aja," jawab Eni. Supri pun memesan bakso dan menikmatinya dengan tenang, sesekali Supri dan Eni mengobrol santai. Ternyata itu memang bakso enak dan murah dekat dengan tempat kerja jadi mereka juga sering makan di sana. Supri dan Eni juga mengobrol tentang hubungan Ipul dan Amel, mereka juga sama-sama mengkhawatirkan hubungan Amel dan Ipul tapi mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik. *** Sementara Ipul merasa kenapa Amel lama sekali di kamar mandi. Ipul melangkah menuju toilet perempuan untuk mencari Amel. Karena kwatir dengan keadaan Amel, Ipul tidak melihat-lihat jalan, tiba-tiba dari arah depan ada seorang wanita yang sedang menelepon menabrak Ipul. "Maaf, saya buru-buru, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu. "Saya
Saat ini Amel sedang berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga mekar yang banyak. "Indah sekali, taman apa ini," gumam Amel sambil terus berjalan, dia melihat sekelilingnya. Amel tersenyum bahahia, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti, dia mematung melihat dua orang di depan sana sedang bermesraan. Ingin rasanya Amel menghampiri orang itu tapi kakinya terasa lemas, hingga akhirnya Amel hanya diam mematung menyaksikan pasangan itu berpelukan, hatinya terasa panas, dan sesak. "Tok.. Tok.. Tok.. Mel, buka pintunya, udah sore makan dulu yuk, dari tadi kamu nggak keluar kamar," Suara ketukan pintu dan panggilan itu membuat Amel terbangun. "Iya, Mah, sebentar, aku ketiduran," jawab Amel. "Mama tunggu ya," ucap Mama. Amel terbangun dengan keringatan mengingat kejadian tadi. "Ternyata cuma mimpi tapi mimpi tapi terasa nyata, tadi itu Ipul sama Santi atau cuma bayangan aja," ucap Amel sendirian. Di mimpi tadi yang Amel lihat adalah pacarnya sendiri Ipul, Amel
Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. Mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana.Walaupun saat itu malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang."Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersenyum manis. "Manisnya senyummu, Mel, itu yang buat aku suka," gumam Supri yang melihat Amel tersenyum walau hanya samar karena di bis cukup gelap.Amel memutuskan untuk memejamkan matanya, entah karena Amel terlalu memikirkan atau hanya ilustrasi saja tapi bayangan Santi dan Ipul seakan selalu mengikuti. Sampai akhirnya Eni membangunkan Amel, Eni berka
En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gil
Ipul dari tadi hanya melihat handphonenya yang berbunyi. Tak ada sedikit niatpun untuk mengangkatnya karena Ipul tahu itu Santi."Mau apa lagi Santi ini, sudah di tolak masih saja berani-beraninya menghubungi," gerutu Ipul sendirian dengan nada kesal. Ipul merasa bingung sebenarnya apa yang Santi mau dari dirinya, bahkan sebelum Amel datang Santi selalu saja mengejar Ipul. Sudah puluhan kali Ipul menolak Santi tapi dia tidak juga mundur. ***Beberapa bulan sudah hubungan Ipul dan Amel berjalan. Mereka menjalani hubungan itu dengan biasa dan sampai saat ini belum ada yang tahu tentang hubungan mereka. Rencana yang sudah Santi buat dengan seseorang tidak menghasilkan apapun, Ipul tetap saja tidak dimiliki Santi. Tapi Santi tak pernah menyerah, bahkan pernah Santi berhasil mengajak Ipul makan bersama saat jam istirahat.***Sore itu, saat jam pulang kerja terlihat Ipul bersama Amel sedang di parkiran motor. Mereka terlihat seperti sedang ada masalah, Amel meninggalkan Ipul begitu saja.
Saat ini Amel sedang berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga mekar yang banyak. "Indah sekali, taman apa ini," gumam Amel sambil terus berjalan, dia melihat sekelilingnya. Amel tersenyum bahahia, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti, dia mematung melihat dua orang di depan sana sedang bermesraan. Ingin rasanya Amel menghampiri orang itu tapi kakinya terasa lemas, hingga akhirnya Amel hanya diam mematung menyaksikan pasangan itu berpelukan, hatinya terasa panas, dan sesak. "Tok.. Tok.. Tok.. Mel, buka pintunya, udah sore makan dulu yuk, dari tadi kamu nggak keluar kamar," Suara ketukan pintu dan panggilan itu membuat Amel terbangun. "Iya, Mah, sebentar, aku ketiduran," jawab Amel. "Mama tunggu ya," ucap Mama. Amel terbangun dengan keringatan mengingat kejadian tadi. "Ternyata cuma mimpi tapi mimpi tapi terasa nyata, tadi itu Ipul sama Santi atau cuma bayangan aja," ucap Amel sendirian. Di mimpi tadi yang Amel lihat adalah pacarnya sendiri Ipul, Amel
Eni yang sedang menikmati bakso, kaget dengan kehadiran Supri yang tiba-tiba duduk di depannya. "Ada apa, Pri?" tanya Eni dengan expresi kaget. "Mau makan baksolah, lihat kamu sendirian ya udah aku samperin, ganggu?" tanya Supri. "Oh nggak, ya udah duduk aja," jawab Eni. Supri pun memesan bakso dan menikmatinya dengan tenang, sesekali Supri dan Eni mengobrol santai. Ternyata itu memang bakso enak dan murah dekat dengan tempat kerja jadi mereka juga sering makan di sana. Supri dan Eni juga mengobrol tentang hubungan Ipul dan Amel, mereka juga sama-sama mengkhawatirkan hubungan Amel dan Ipul tapi mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik. *** Sementara Ipul merasa kenapa Amel lama sekali di kamar mandi. Ipul melangkah menuju toilet perempuan untuk mencari Amel. Karena kwatir dengan keadaan Amel, Ipul tidak melihat-lihat jalan, tiba-tiba dari arah depan ada seorang wanita yang sedang menelepon menabrak Ipul. "Maaf, saya buru-buru, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu. "Saya
Yana yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ucapan Gilang membuat Yana kwatir. Entah mengapa, saat ini pikiran Yana menuju ke Amel. Yana meraih hp lalu mencoba menghubungi Amel, tapi nomer Amel tidak aktif. "Amel kemana, apa benar Amel lagi berdua sama Ipul, tapi kalau iya kenapa tadi Supri bilang gitu, Supri bohong atau memang tidak tahu," gerutu Yana sendirian. *** Amel mendengarkan semua penjelasan Ipul dengan serius, dia menangkap semua kata yang terucap dari mulut Ipul. "Apa sudah jelas, Mel, atau mau ada yang kamu tanya lagi?" tanya Ipul mengakhiri penjelasan itu dan berharap Amel sudah mengerti. "Sudah cukup," jawab Amel singkat. Ipul merasa bingung dengan reaksi Amel, tapi Ipul kembali menanyakan kepada Amel, apakah Amel bersedia menjadi teman hidupnya. Amel masih saja terdiam mendengar pertanyaan ke dua dari Ipul. "Ya sudah nggak usah di jawab sekarang, Mel, kita nikmatin cemilan lagi yuk," ajak Ipul mencairkan suasana.
Amel menutup pintu kamar melangkah pergi, hatinya sudah yakin kalau dia akan datang ke cafe itu, tapi langkahnya terhenti kekita melihat seorang duduk di teras rumahnya. Amel yang masih kaget bengong melihat ke arah seorang itu. "Aku hanya memastikan kamu benar-benar datang, Mel, karena ini adalah salah satu harapan Ipul," jelas seorang itu. "Ya, aku datang, Pri," jawab Amelu Orang itu, Supri. Supri sengaja datang untuk memastikan semua berjalan lancar. Setelah masuk rumah tadi perasaan Supri tidak enak, atas inisiatifnya sendiri Supri datang ke rumah Amel. Beruntung saat Supri pergi Santi sudah duluan pergi. "Ya sudah, aku berangkat dulu, Pri, apa sekalian aja kamu anter aku?" tanya Amel, karena Amel sebenarnya dengan kondisi ini ragu untuk naik motor sendiri. "Yuk aku antar, biar aman," jawab Supri senang hati. *** Di sudut kamar, Santi mundar mandir merasa gelisah, memikirkan apa yang di maksud Supri. Siapa yang datang dan kemana, felling Santi mengatakan jika ini berhubunga
Sebelum berangkat, Amel membaca pesan Ipul sekali lagi, Amel bingung harus datang atau tidak, Amel meletakkan kembali hp di meja rias. "Mau ngapain Ipul ngajak ketemu ya," ucap Amel sendiri di depan cermin sambil membenarkan jilbabnya. Lalu Amel berangkat meraih hp, memasukkannya dalam tas tanpa membalas pesan Ipul. *** Hari itu kerjaan sangat banyak, membuat Ipul sulit untuk bertemu Amel dan menanyakan jawaban pesannya. Amel sangat beruntung karen tidak bertemu Ipul, Eni yang melihat Amel gelisah mendekati Amel. "Mel, kenapa, kelihatan gelisah?" tanya Eni. "En, semalam Ipul kirim pesan, baca sendiri," jawab Amel memberikan hp kepada Eni. Eni yang mengerti maksud pesan itu memberikan saran kepada Amel untuk datang. "Mungkin ada hal penting yang ingin Ipul sampaikan, datang aja, kalau kamu takut mau aku temani?" tawar Eni yang meminta Amel datang. Eni mempunyai firasat jika saat itu Ipul akan menyampaikan hal penting karena jika tidak penting tidak mungkin mengirim pesan se
Amel berlari ke arah Eni, tanpa di minta Amel langsung menceritakan kejadian tadi bersama Santi kepada Eni. Saat ini, perasaan Amel tidak karuan, Amel memeluk Eni dan tidak lagi bisa bercerita. "Sabar, Mel, Santi emang orangnya gitu, tapi di sini kamu juga enggak rebut Ipul, kan mereka bukan pacar. Sudah tenang aja ya," ucap Eni memberi Amel semangat. "Ayo kita kerja lagi, jodoh nggak usah dipikirin, nanti datang sendiri," ajak Eni dengan senyum manisnya.Amel melangkah mengikuti Eni dari belakang, Amel berharap semua akan baik-baik saja. "Aku nggak cari musuh, tapi kalau aku juga ada rasa sama Ipul, aku juga tidak bisa diam," gumam Amel sendiri. Di kantin Santi masih duduk dan kini malah memesan es teh, saat sedang menikmati esnya Santi kaget ketika ada yang menepuk bahunya. "Eh lu, gue kira siapa, ngapain tepuk-tepuk?" omel Santi ke orang yang menepuk. "Boleh gue duduk dulu nggak?" tanya dia. "Boleh, duduk situ," perintah Santi, "ada perlu sama gue?" lanjut Santi. "Langsung aja