Share

Bab 5 Informasi

Penulis: Shakeel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 14:03:36

Sesudah mengantarkan Amel ke rumah, Ipul langsung pamit pulang. Tapi Ipul tidak langsung pulang, Ipul pergi ke tempat teman-temannya biasa nongkrong.

“Lesu banget mukalu, Bro,” sapa Supri kepada Ipul yang baru datang.

“Enggak apa-apa, sudah pada lama di sini?” tanya Ipul balik.

“Belum, paling baru setengah jam, dari mana?” tanya Yana yang juga ada di sana.

“Biasa, habis antar adik les,” jawab Ipul asal.

“Adik yang mana, nih?” goda Gilang dan semua temannya tertawa.

Ya, di sana ada Supri, Yana, dan juga Gilang yang sedang berkumpul. Mereka berempat memang dekat, sering nongkrong bareng, bahkan kadang sering main futsal juga. Namun, diantara keempat orang itu, Ipul paling dekat dengan Supri. Apa pun keluh kesah Ipul selalu minta solusi Supri.

Di tempat lain, Amel yang sudah berada di kamar sedang ngobrol dengan Eni melalui telepon. Amel menceritakan sepanjang hari ini kepada Eni. Banyak juga obrolan lain yang mereka bicarakan. Sebelum menutup telepon Eni menduga jika tadi itu Ipul mau ngomong jika Ipul suka Amel.

“Bisa jadi tadi itu Ipul mau nembak kamu, Mel,” ucap Eni sebelum telepon mati.

“Baru juga mau jawab, sudah dimatikan saja nih telepon,” gumam Amel sendiri.

Amel memikirkan apa yang Eni katakan. “kalau Ipul beneran ngomong suka aku, aku jawab apa, ya?” gumam Amel sendirian.

Sebenarnya, Amel nyaman sama Ipul. Ipul enak diajak ngobrol, tapi Santi juga suka Ipul. Lama Amel memikirkan semua itu akhirnya dia tertidur.

***

Di sebuah kamar lain, Ipul yang saat ini berada di rumah Supri sedang bercerita dengan Supri. Ipul menceritakan jika hari ini dia mengajak Amel jalan dan rencananya Ipul mau mengungkapkan perasaannya, tapi apalah daya waktunya kurang tepat dan akhirnya Amel malah disuruh pulang mamanya.

Supri melihat raut wajah Ipul yang begitu kecewa, tapi Supri hanya bisa memberikan saran. “Sabar, mungkin waktunya tidak pas, atau lu bisa siapin semuanya di taman atau cafe,” usul Supri.

“Lu benar, Pri. Bantu gua siapin ya, Pri?” pinta Ipul penuh harap.

Supri mengangguk dan tersenyum, tapi di dalam hatinya ada rasa cemburu yang hanya dia sendiri rasakan.

***

Sedangkan di tempat yang berbeda, di sebuah ruangan. Seseorang sedang memandang foto Amel yang dia ambil diam-diam. Orang itu tersenyum sendiri. “Aku akan mendapatkanmu, Mel. Melihatmu pertama kali membuat hati ini terasa bergetar. Kamu harus jadi milikku, Mel,” gumam dia sendiri.

“Aku harus deketin Amel lagi, bila perlu berangkat dan pulang kerja, aku yang akan mengantarmu,” lanjut orang tersebut. Dia lalu mencium dan memeluk foto itu, lalu menyimpannya di laci, di bawah tumpukan buku yang tidak terlihat.

***

Pagi itu, Amel bersiap berangkat kerja. Perasaan Amel hari ini tak menentu, dia bingung harus bersikap apa jika bertemu Ipul. Apalagi jika ada yang mengetahui kemarin dia jalan dengan Ipul.

“Bismillah, semoga enggak ada yang tahu soal kemarin,” gumam Amel setibanya di parkiran kantor.

Tapi baru saja Amel mau berjalan, tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang memanggil Amel. “Mel, tunggu.”

“Duh, siapa sih yang manggil,” ucap Amel dalam hati. Amel lalu menengok kebelakang dan ternyata itu Supri. “Oh, kamu, Pri. Ada apa?” tanya Amel ketika Supri sudah dekat ke arahnya.

“Enggak apa-apa, kamu baru sampai? Ehem, kemarin kamu jalan sama Ipul?” Supri langsung bertanya itu.

“Iya aku baru sampai. Enggak, maksudnya …,” jawab Amel gugup.

“Aku tahu, Ipul cerita sama aku, enggak usah gugup gitu. Kenapa sih?”

“Aku cuma enggak enak kalau Santi denger, sebenarnya hubungan mereka apa, sih?” tanya Amel berharap Supri mau memberitahu.

“Kita duduk di sana dulu, yuk,” ajak Supri menunjuk bangku di ujung lorong. Amel mengikuti Supri berjalan dan duduk di bangku itu. “Kamu mau tahu tentang Santi?” tanya Supri saat mereka sudah duduk.

Amel mengangguk, Amel memang sangat penasaran dengan Santi dan sekarang kesempatan Amel untuk tahu.

“Sebenarnya dulu, Santi itu pacarnya Gilang. Tapi sekarang mereka sudah putus. Nah, Santi suka sama Ipul. Santi selalu perhatian sama Ipul, bahkan Santi juga pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya sama Ipul, tapi Ipul nolak. Ipul enggak ada perasaan apa-apa sama Santi. Selain itu, Ipul juga ngerasa enggak enak sama Gilang. Gilang sebenarnya masih sayang Santi, tapi entah masalah apa mereka putus.”

“Terus kalau Ipul nolak, tapi kenapa Ipul kaya kasih harapan sama Santi. Aku pernah lihat Ipul sama Santi makan bareng di kantin,” potong Amel saat Supri menjelaskan.

“Cemburu ya, hehe,” goda Supri dengan senyum jahil.

“Enggak, aku hanya ingin tahu saja,” sahut Amel dengan expresi malu.

“Senyummu rasanya adem banget, Mel. Sama aku aja mau enggak,” gumam Supri di dalam hati.

“Hei, kok malah bengong, sih,” tegur Amel melambaikan tangannya di depan wajah Supri.

“Maaf maaf, hehe! Kalau Ipul pernah bilang karena Ipul kadang kasihan, tapi enggak selalu, kok, Ipul mau diajak Santi, Ipul juga pernah nolak ajakan Santi,” jelas Supri yang melihat ke arah Amel mengangguk. “Menurutmu kaya gitu sama saja kasih harapan, ya?” tanya Supri.

“Iya, ehem, kalau Ipul punya pasangan kan bisa saja jadi salah satu masalah. Kamu juga pasti pahamlah, Pri,” ungkap Amel.

Supri mengangguk dan tersenyum, Supri juga paham akan hal itu. Mungkin nanti Supri akan bicara sama Ipul. Supri sudah janji pada dirinya, kalau Amel memang suka sama Ipul, Supri juga harus mendukung.

“Melihatmu bahagia tanpa memiliki aku tidak masalah, apalagi bahagiamu dengan sahabatku sendiri,” batin Supri kala tahu sahabatnya juga mencintai wanita yang sama.

“Pri, bengong lagi. Ayo sudah masuk, yuk!” ajak Amel yang sudah berdiri dan diikuti Supri.

Saat jam istirahat, Amel mengobrol dengan Eni berdua. Tiba-tiba ada seorang datang dan ingin ngobrol dengan Amel.

“Maaf ganggu, boleh kita bicara berdua, Mel?” tanya orang tersebut memandang Amel.

Amel yang kaget karena kedatangan orang itu menatap kepada Eni. Eni tersenyum mengangguk. “Kalian bicara disini saja, aku sudah selesai. Mel, duluan ya,” pamit Eni menepuk pundak Amel dengan senyuman dan tangan menunjukkan oke.

“Ada apa, San?” tanya Amel tanpa basa-basi.

Ya, orang itu Santi. Dia dari tadi mencari waktu untuk bisa mengobrol dengan Amel. “Mel, aku ngomong baik-baik sama kamu. Kamu tahu kan, Mel, aku suka Ipul, aku mohon jangan deketin dia ya. Kamu boleh, Mel, deket siapa saja tapi jangan Ipul. Aku masih bicara baik-baik sama kamu, Mel. Jangan sampai aku lebih jahat,” jelas Santi penuh dengan penekanan.

“Kalau Ipul suka aku, terus aku juga suka dia, apa salahnya? Lagian bukannya sudah jelas kalau kamu ditolak sama Ipul dan satu lagi, kamu dan Ipul statusnya hanya teman bukan pacar, jadi kenapa harus ngelarang aku?” Jawab Amel lalu meninggalkan Santi sendiri.

"Lihat saja, akan ku buat kamu enggak bahagia, Mel,” gumam Santi yang terlihat kesal dan mengepalkan tangan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 1 Pertemuan

    “Maaf lama ya, Mel?” sapa Tika.“Iya, lumayan, sudah hampir setengah jam aku tunggu kamu,” jawab Amel sedikit emosi. “Maaf, Mel, tadi jalanan macet. Ayo kita berangkat saja, yuk!” ajak Tika menggandeng tangan Amel menuju loket stasiun. Tika, sahabat dekat Amel sejak kecil. Hari ini mereka sudah janjian untuk melamar pekerjaan bareng di Jakarta, tapi karena jalanan macet Tika datang terlambat dan membuat Amel sedikit marah. “Semoga kita bisa keterima dan kerja bareng, ya,” ucap Tika mencairkan suasana karena terlihat Amel diam saja.Amel hanya tersenyum menanggapi ucapan Tika.Ya, Amel dan Tika memang dekat, mereka bersekolah TK dan SD bareng tapi terpisah saat melanjutkan SMP hingga sekarang. Meski begitu, mereka selalu komunikasi dan kini mereka ingin melamar pekerjaan ini karena ingin bareng lagi. “Diinformasikan, hati-hati jalur dua dari arah barat, jalur dua dari arah barat, akan masuk kereta api dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta, harap berhati-hati dan tidak melintas di jal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 2 Dia lagi

    “Kamu kenapa, kelihatannya tegang banget. Siapa namamu?” tanya Pak Sandi ke arah Amel.“Sa-Saya ... saya Amel, Pak,” jawab Amel dengan nada gugup. “Kalian nggak usah tegang, saya nggak gigit,” ucap Pak Sandi sambil tersenyum dan mempersilakan mereka duduk.Amel melirik Tika, Amel berpikir bagaimana bisa orang yang tadi membuat Amel hampir marah ternyata gokil juga. Terus tadi kenapa dia tidak minta maaf, Amel masih saja penasaran, tapi takut untuk bertanya langsung.“Bisa enggak diterima aku kalau aku bahas kejadian tadi, harus benar-benar lupain,” guman Amel dalam hati.“Perkenalkan nama saya Sandi Pratama, panggil aja Sandi, saya yang akan memeriksa kelengkapan berkas lamaran kalian. Sekaligus, saya juga yang akan interview kalian. Sebelumnya di sini saya akan menjelaskan, bahwa setelah ini kalian juga harus mengikuti tes tertulis dan tes praktik lain. Apa kalian siap?” jelas Pak Sandi panjang lebar. “Kami siap,” jawab Amel dan Tika berbarengan.Akhirnya, setelah seharian, selesai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 3 Ada apa

    Malam hari, Amel dan Tika sedang mengobrol melalui sambungan telepon. Amel menceritakan jika dirinya bertemu dengan Pak Sandi dan juga menceritakan kejadian tadi. Tika yang mendengar, tertawa mendengar cerita Amel. Amel juga menceritakan pertemuannya dengan Eni yang begitu baik.Tika juga menceritakan bagaimana hari pertamanya bekerja, dia juga merasa nyaman. Tika mengajak Amel untuk bertemu jika mereka libur.“Eh, Mel, kayaknya benar apa yang Eni bilang. Hati-hati, kalau ketemu Pak Sandi lagi kamu jatuh cinta.” Terdengar suara Ketika tertawa di ujung telepon, lalu telepon mati begitu saja. Amel sengaja mematikan telepon karena mendengar ucapan Tika tadi. Amel menaruh teleponnya dan memutuskan untuk tidur. Keesokan pagi, di perjalanan Amel merasa motor yang dikendarai seperti bergoyang. Amel mengecek dan ternyata ban motornya kurang angin. “Duh, bengkel jauh lagi, olahraga nih pagi-pagi,” gerutu Amel sendiri sambil mendorong motornya. Tapi tiba-tiba, dari arah belakang seakan ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 4 Jalan

    Pagi itu, Amel sudah mandi dan sedang merias diri di depan kaca. Amel sedang memikirkan ajakan Ipul. Entah, Amel harus menghubungi Ipul dan bilang setuju atau tidak. Yang membuat Amel bingung, karena Amel melihat kedekatan Ipul dengan Santi. Tapi banyak yang mengatakan Santi bukan pacar Ipul.Saat Amel bengong tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. “Mel, ada teman yang cariin kamu?” Suara dari balik pintu. “Siapa, Ma?” tanya Amel saat pintu sudah terbuka. Ternyata suara tadi suara Mama Dina, Mamanya Amel. “Pacar kamu kali, Mel. Mama baru lihat sekarang. Ya, udah temuin dulu biar kamu tahu,” jawab Mama Dina lalu meninggalkan Amel."Masa Ipul, tapi tahu rumahku dari mana? Yang tahu rumah ku, kalau enggak Yana ya Gilang. Mereka juga cuma tahu gang aja karena searah sama rumah mereka,” gumam Amel sendirian di dalam kamar. Amel masih memikirkan siapa yang datang. Amel mengecek handphone-nya, tapi tidak ada pesan atau panggilan telepon. Akhirnya, amel keluar kamar dan bertem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 5 Informasi

    Sesudah mengantarkan Amel ke rumah, Ipul langsung pamit pulang. Tapi Ipul tidak langsung pulang, Ipul pergi ke tempat teman-temannya biasa nongkrong. “Lesu banget mukalu, Bro,” sapa Supri kepada Ipul yang baru datang.“Enggak apa-apa, sudah pada lama di sini?” tanya Ipul balik. “Belum, paling baru setengah jam, dari mana?” tanya Yana yang juga ada di sana. “Biasa, habis antar adik les,” jawab Ipul asal. “Adik yang mana, nih?” goda Gilang dan semua temannya tertawa. Ya, di sana ada Supri, Yana, dan juga Gilang yang sedang berkumpul. Mereka berempat memang dekat, sering nongkrong bareng, bahkan kadang sering main futsal juga. Namun, diantara keempat orang itu, Ipul paling dekat dengan Supri. Apa pun keluh kesah Ipul selalu minta solusi Supri. Di tempat lain, Amel yang sudah berada di kamar sedang ngobrol dengan Eni melalui telepon. Amel menceritakan sepanjang hari ini kepada Eni. Banyak juga obrolan lain yang mereka bicarakan. Sebelum menutup telepon Eni menduga jika tadi itu Ipul

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 4 Jalan

    Pagi itu, Amel sudah mandi dan sedang merias diri di depan kaca. Amel sedang memikirkan ajakan Ipul. Entah, Amel harus menghubungi Ipul dan bilang setuju atau tidak. Yang membuat Amel bingung, karena Amel melihat kedekatan Ipul dengan Santi. Tapi banyak yang mengatakan Santi bukan pacar Ipul.Saat Amel bengong tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. “Mel, ada teman yang cariin kamu?” Suara dari balik pintu. “Siapa, Ma?” tanya Amel saat pintu sudah terbuka. Ternyata suara tadi suara Mama Dina, Mamanya Amel. “Pacar kamu kali, Mel. Mama baru lihat sekarang. Ya, udah temuin dulu biar kamu tahu,” jawab Mama Dina lalu meninggalkan Amel."Masa Ipul, tapi tahu rumahku dari mana? Yang tahu rumah ku, kalau enggak Yana ya Gilang. Mereka juga cuma tahu gang aja karena searah sama rumah mereka,” gumam Amel sendirian di dalam kamar. Amel masih memikirkan siapa yang datang. Amel mengecek handphone-nya, tapi tidak ada pesan atau panggilan telepon. Akhirnya, amel keluar kamar dan bertem

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 3 Ada apa

    Malam hari, Amel dan Tika sedang mengobrol melalui sambungan telepon. Amel menceritakan jika dirinya bertemu dengan Pak Sandi dan juga menceritakan kejadian tadi. Tika yang mendengar, tertawa mendengar cerita Amel. Amel juga menceritakan pertemuannya dengan Eni yang begitu baik.Tika juga menceritakan bagaimana hari pertamanya bekerja, dia juga merasa nyaman. Tika mengajak Amel untuk bertemu jika mereka libur.“Eh, Mel, kayaknya benar apa yang Eni bilang. Hati-hati, kalau ketemu Pak Sandi lagi kamu jatuh cinta.” Terdengar suara Ketika tertawa di ujung telepon, lalu telepon mati begitu saja. Amel sengaja mematikan telepon karena mendengar ucapan Tika tadi. Amel menaruh teleponnya dan memutuskan untuk tidur. Keesokan pagi, di perjalanan Amel merasa motor yang dikendarai seperti bergoyang. Amel mengecek dan ternyata ban motornya kurang angin. “Duh, bengkel jauh lagi, olahraga nih pagi-pagi,” gerutu Amel sendiri sambil mendorong motornya. Tapi tiba-tiba, dari arah belakang seakan ada

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 2 Dia lagi

    “Kamu kenapa, kelihatannya tegang banget. Siapa namamu?” tanya Pak Sandi ke arah Amel.“Sa-Saya ... saya Amel, Pak,” jawab Amel dengan nada gugup. “Kalian nggak usah tegang, saya nggak gigit,” ucap Pak Sandi sambil tersenyum dan mempersilakan mereka duduk.Amel melirik Tika, Amel berpikir bagaimana bisa orang yang tadi membuat Amel hampir marah ternyata gokil juga. Terus tadi kenapa dia tidak minta maaf, Amel masih saja penasaran, tapi takut untuk bertanya langsung.“Bisa enggak diterima aku kalau aku bahas kejadian tadi, harus benar-benar lupain,” guman Amel dalam hati.“Perkenalkan nama saya Sandi Pratama, panggil aja Sandi, saya yang akan memeriksa kelengkapan berkas lamaran kalian. Sekaligus, saya juga yang akan interview kalian. Sebelumnya di sini saya akan menjelaskan, bahwa setelah ini kalian juga harus mengikuti tes tertulis dan tes praktik lain. Apa kalian siap?” jelas Pak Sandi panjang lebar. “Kami siap,” jawab Amel dan Tika berbarengan.Akhirnya, setelah seharian, selesai

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 1 Pertemuan

    “Maaf lama ya, Mel?” sapa Tika.“Iya, lumayan, sudah hampir setengah jam aku tunggu kamu,” jawab Amel sedikit emosi. “Maaf, Mel, tadi jalanan macet. Ayo kita berangkat saja, yuk!” ajak Tika menggandeng tangan Amel menuju loket stasiun. Tika, sahabat dekat Amel sejak kecil. Hari ini mereka sudah janjian untuk melamar pekerjaan bareng di Jakarta, tapi karena jalanan macet Tika datang terlambat dan membuat Amel sedikit marah. “Semoga kita bisa keterima dan kerja bareng, ya,” ucap Tika mencairkan suasana karena terlihat Amel diam saja.Amel hanya tersenyum menanggapi ucapan Tika.Ya, Amel dan Tika memang dekat, mereka bersekolah TK dan SD bareng tapi terpisah saat melanjutkan SMP hingga sekarang. Meski begitu, mereka selalu komunikasi dan kini mereka ingin melamar pekerjaan ini karena ingin bareng lagi. “Diinformasikan, hati-hati jalur dua dari arah barat, jalur dua dari arah barat, akan masuk kereta api dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta, harap berhati-hati dan tidak melintas di jal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status