Sebelum berangkat, Amel membaca pesan Ipul sekali lagi, Amel bingung harus datang atau tidak, Amel meletakkan kembali hp di meja rias.
"Mau ngapain Ipul ngajak ketemu ya," ucap Amel sendiri di depan cermin sambil membenarkan jilbabnya. Lalu Amel berangkat meraih hp, memasukkannya dalam tas tanpa membalas pesan Ipul. *** Hari itu kerjaan sangat banyak, membuat Ipul sulit untuk bertemu Amel dan menanyakan jawaban pesannya. Amel sangat beruntung karen tidak bertemu Ipul, Eni yang melihat Amel gelisah mendekati Amel. "Mel, kenapa, kelihatan gelisah?" tanya Eni. "En, semalam Ipul kirim pesan, baca sendiri," jawab Amel memberikan hp kepada Eni. Eni yang mengerti maksud pesan itu memberikan saran kepada Amel untuk datang. "Mungkin ada hal penting yang ingin Ipul sampaikan, datang aja, kalau kamu takut mau aku temani?" tawar Eni yang meminta Amel datang. Eni mempunyai firasat jika saat itu Ipul akan menyampaikan hal penting karena jika tidak penting tidak mungkin mengirim pesan seperti itu. *** "Belum ada jawaban juga dari Amel?" tanya Supri mengagetkan Ipul yang sedang istirahat di kantin. "Belum, Pri, hari ini juga belum sempet ketemu, kerjaan banyak," jawab Ipul dengan lesu. "Semoga Amel mau datang, nanti coba gue cari-cari kesempatan buat tanya Amel," Supri memberi semangat Ipul. "Ada acara apa, datang kemana?" tanya Yana yang tiba-tiba ada di belakang Ipul. "Oh, Ipul mau ke rumah gue, jadi gue suruh datang," jawab Supri ngasal. Supri tahu gimana keponya Yana, walaupun Supri juga mencintai Amel tapi Supri nggak mau rencana Ipul gagal. Supri juga ingin melihat sahabatnya bahagia. *** Jam pulang kerja telah berakhir, Supri meminta Ipul menunggu di cafe itu untuk memastikan semua sudah siap, sedangkan Supri sendiri akan menemui Amel dan memastikan Amel akan datang ke cafe itu. Sangat kebetulan Amel berdiri di dekat motornya, Supri belum terlambat, Supri segera memanggil Amel. "Mel, ada waktu bentar?" tanya Supri memastikan tidak ingin menggangu Amel. "Ada apa, apa soal Ipul?" tanya Amel balik. "Iya, kamu datang ya, Ipul sudah siapin semua, aku tahu kamu masih ragu tapi sekali lagi aku bilang sama kamu, Ipul dan Santi nggak ada hubungan. Kamu datang dulu, apapun nanti jawabanmu, jawab dari hati kamu. Ya udah aku pulang dulu, aku cuma mau bilang itu," jelas Supri lalu berlalu pergi. Supri yakin Amel akan datang ke cafe itu dan rencana Ipul akan berhasil. Di sisi lain, Amel memperhatikan Supri yang meninggalkannya dengan diam. Amel masih merasa ragu dengan semua. "Masih ada beberapa jam lagi, lebih baik aku pulang dan mandi dulu biar bisa mikir," gumam Amel sambil melihat jam di tangannya. *** Supri yang melangkah pergi lalu menghubungi Ipul, memberitahu Amel pasti datang dan memberi semangat kepada Ipul. "Siapa yang Supri maksud ya," gumam seseorang yang mendengarkan. Lalu seseorang itu berniat untuk mengikuti Supri tapi nihil ternyata Supri pulang ke rumah dan tidak mencurigakan sama sekali. Seorang itupun akhirnya melangkah pergi tanpa mendapatkan informasi lainnya. Supri yang tidak tahu jika dari tadi ada yang mengikuti dia terlihat biasa. *** Ipul bersemangat mendengar kabar dari Supri jika Amel akan datang, Ipul mengecek kembali semua persiapan lalu Ipul pulang karena mau bersiap-siap. Saat Ipul sudah siap dan ingin kembali lagi ke cafe, Ipul dikejutkan dengan kedatangan Santi yang sudah ada di teras rumahnya. "Sudah rapih, kamu tahu aku mau ke sini?" tanya Santi merasa yakin dengan pertanyaannya. "Ehem, a-aku, oh aku mau ada acara, ada apa ke sini?" tanya Ipul yang mulai bisa merubah expresi. "Mau ajak kamu jalan, kebetulan kamu udah siap, yuk," ajak Santi menarik tangan Ipul. "Maaf, San, aku ada perlu penting yang tidak bisa ku tinggalkan," tolak Ipul secara halus. Santi merasa kecewa dengan tolakan Ipul, mereka berdebat kecil sampai akhirnya Santi pergi dengan raut wajah sedih. "Huh, aku harus tunggu Santi agak jauh, bisa saja dia mengikutiku," gumam Ipul sambil melihat ke arah Santi. Saat sedang bengong, Ipul dikagetkan dengan dering telepon hpnya. Nama Supri tertera di sana, kebetulan sekali. Ipul menceritakan Santi yang datang ke rumah dan meminta Supri mengawasi Santi, Supri bersedia. Ipul merasa lega dan berterima kasih kepada Supri, lalu Ipul pergi langsung menuju cafe itu. Ipul sengaja datang satu jam lebih awal dari jam yang sudah disampaikan kepada Amel. *** Amel mondar mandir merasa bingung mau datang atau tidak, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Eni. Lagi-lagi Eni memberi saran untuk mengikuti kata hati Amel, Eni juga berkata sama dengan Supri, jika Santi dan Ipul tidak ada hubungan maka dari itu Amel tidak perlu merasa kwatir dengan Santi. Amel menutup telepon itu dan berterima kasih atas saran Eni, tapi saat ini Amel masih belum beranjak dari duduknya, Amel masih memikirkan semuanya.Amel menutup pintu kamar melangkah pergi, hatinya sudah yakin kalau dia akan datang ke cafe itu, tapi langkahnya terhenti kekita melihat seorang duduk di teras rumahnya. Amel yang masih kaget bengong melihat ke arah seorang itu. "Aku hanya memastikan kamu benar-benar datang, Mel, karena ini adalah salah satu harapan Ipul," jelas seorang itu. "Ya, aku datang, Pri," jawab Amelu Orang itu, Supri. Supri sengaja datang untuk memastikan semua berjalan lancar. Setelah masuk rumah tadi perasaan Supri tidak enak, atas inisiatifnya sendiri Supri datang ke rumah Amel. Beruntung saat Supri pergi Santi sudah duluan pergi. "Ya sudah, aku berangkat dulu, Pri, apa sekalian aja kamu anter aku?" tanya Amel, karena Amel sebenarnya dengan kondisi ini ragu untuk naik motor sendiri. "Yuk aku antar, biar aman," jawab Supri senang hati. *** Di sudut kamar, Santi mundar mandir merasa gelisah, memikirkan apa yang di maksud Supri. Siapa yang datang dan kemana, felling Santi mengatakan jika ini berhubunga
Yana yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ucapan Gilang membuat Yana kwatir. Entah mengapa, saat ini pikiran Yana menuju ke Amel. Yana meraih hp lalu mencoba menghubungi Amel, tapi nomer Amel tidak aktif. "Amel kemana, apa benar Amel lagi berdua sama Ipul, tapi kalau iya kenapa tadi Supri bilang gitu, Supri bohong atau memang tidak tahu," gerutu Yana sendirian. *** Amel mendengarkan semua penjelasan Ipul dengan serius, dia menangkap semua kata yang terucap dari mulut Ipul. "Apa sudah jelas, Mel, atau mau ada yang kamu tanya lagi?" tanya Ipul mengakhiri penjelasan itu dan berharap Amel sudah mengerti. "Sudah cukup," jawab Amel singkat. Ipul merasa bingung dengan reaksi Amel, tapi Ipul kembali menanyakan kepada Amel, apakah Amel bersedia menjadi teman hidupnya. Amel masih saja terdiam mendengar pertanyaan ke dua dari Ipul. "Ya sudah nggak usah di jawab sekarang, Mel, kita nikmatin cemilan lagi yuk," ajak Ipul mencairkan suasana.
Eni yang sedang menikmati bakso, kaget dengan kehadiran Supri yang tiba-tiba duduk di depannya. "Ada apa, Pri?" tanya Eni dengan expresi kaget. "Mau makan baksolah, lihat kamu sendirian ya udah aku samperin, ganggu?" tanya Supri. "Oh nggak, ya udah duduk aja," jawab Eni. Supri pun memesan bakso dan menikmatinya dengan tenang, sesekali Supri dan Eni mengobrol santai. Ternyata itu memang bakso enak dan murah dekat dengan tempat kerja jadi mereka juga sering makan di sana. Supri dan Eni juga mengobrol tentang hubungan Ipul dan Amel, mereka juga sama-sama mengkhawatirkan hubungan Amel dan Ipul tapi mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik. *** Sementara Ipul merasa kenapa Amel lama sekali di kamar mandi. Ipul melangkah menuju toilet perempuan untuk mencari Amel. Karena kwatir dengan keadaan Amel, Ipul tidak melihat-lihat jalan, tiba-tiba dari arah depan ada seorang wanita yang sedang menelepon menabrak Ipul. "Maaf, saya buru-buru, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu. "Saya
Saat ini Amel sedang berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga mekar yang banyak. "Indah sekali, taman apa ini," gumam Amel sambil terus berjalan, dia melihat sekelilingnya. Amel tersenyum bahahia, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti, dia mematung melihat dua orang di depan sana sedang bermesraan. Ingin rasanya Amel menghampiri orang itu tapi kakinya terasa lemas, hingga akhirnya Amel hanya diam mematung menyaksikan pasangan itu berpelukan, hatinya terasa panas, dan sesak. "Tok.. Tok.. Tok.. Mel, buka pintunya, udah sore makan dulu yuk, dari tadi kamu nggak keluar kamar," Suara ketukan pintu dan panggilan itu membuat Amel terbangun. "Iya, Mah, sebentar, aku ketiduran," jawab Amel. "Mama tunggu ya," ucap Mama. Amel terbangun dengan keringatan mengingat kejadian tadi. "Ternyata cuma mimpi tapi mimpi tapi terasa nyata, tadi itu Ipul sama Santi atau cuma bayangan aja," ucap Amel sendirian. Di mimpi tadi yang Amel lihat adalah pacarnya sendiri Ipul, Amel
Ipul dari tadi hanya melihat handphonenya yang berbunyi. Tak ada sedikit niatpun untuk mengangkatnya karena Ipul tahu itu Santi."Mau apa lagi Santi ini, sudah di tolak masih saja berani-beraninya menghubungi," gerutu Ipul sendirian dengan nada kesal. Ipul merasa bingung sebenarnya apa yang Santi mau dari dirinya, bahkan sebelum Amel datang Santi selalu saja mengejar Ipul. Sudah puluhan kali Ipul menolak Santi tapi dia tidak juga mundur. ***Beberapa bulan sudah hubungan Ipul dan Amel berjalan. Mereka menjalani hubungan itu dengan biasa dan sampai saat ini belum ada yang tahu tentang hubungan mereka. Rencana yang sudah Santi buat dengan seseorang tidak menghasilkan apapun, Ipul tetap saja tidak dimiliki Santi. Tapi Santi tak pernah menyerah, bahkan pernah Santi berhasil mengajak Ipul makan bersama saat jam istirahat.***Sore itu, saat jam pulang kerja terlihat Ipul bersama Amel sedang di parkiran motor. Mereka terlihat seperti sedang ada masalah, Amel meninggalkan Ipul begitu saja.
En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gil
Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. Mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana.Walaupun saat itu malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang."Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersenyum manis. "Manisnya senyummu, Mel, itu yang buat aku suka," gumam Supri yang melihat Amel tersenyum walau hanya samar karena di bis cukup gelap.Amel memutuskan untuk memejamkan matanya, entah karena Amel terlalu memikirkan atau hanya ilustrasi saja tapi bayangan Santi dan Ipul seakan selalu mengikuti. Sampai akhirnya Eni membangunkan Amel, Eni berka
“Maaf lama ya, Mel?” sapa Tika.“Iya, lumayan, sudah hampir setengah jam aku tunggu kamu,” jawab Amel sedikit emosi. “Maaf, Mel, tadi jalanan macet. Ayo kita berangkat saja, yuk!” ajak Tika menggandeng tangan Amel menuju loket stasiun. Tika, sahabat dekat Amel sejak kecil. Hari ini mereka sudah janjian untuk melamar pekerjaan bareng di Jakarta, tapi karena jalanan macet Tika datang terlambat dan membuat Amel sedikit marah. “Semoga kita bisa keterima dan kerja bareng, ya,” ucap Tika mencairkan suasana karena terlihat Amel diam saja.Amel hanya tersenyum menanggapi ucapan Tika.Ya, Amel dan Tika memang dekat, mereka bersekolah TK dan SD bareng tapi terpisah saat melanjutkan SMP hingga sekarang. Meski begitu, mereka selalu komunikasi dan kini mereka ingin melamar pekerjaan ini karena ingin bareng lagi. “Diinformasikan, hati-hati jalur dua dari arah barat, jalur dua dari arah barat, akan masuk kereta api dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta, harap berhati-hati dan tidak melintas di jal
Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. Mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana.Walaupun saat itu malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang."Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersenyum manis. "Manisnya senyummu, Mel, itu yang buat aku suka," gumam Supri yang melihat Amel tersenyum walau hanya samar karena di bis cukup gelap.Amel memutuskan untuk memejamkan matanya, entah karena Amel terlalu memikirkan atau hanya ilustrasi saja tapi bayangan Santi dan Ipul seakan selalu mengikuti. Sampai akhirnya Eni membangunkan Amel, Eni berka
En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gil
Ipul dari tadi hanya melihat handphonenya yang berbunyi. Tak ada sedikit niatpun untuk mengangkatnya karena Ipul tahu itu Santi."Mau apa lagi Santi ini, sudah di tolak masih saja berani-beraninya menghubungi," gerutu Ipul sendirian dengan nada kesal. Ipul merasa bingung sebenarnya apa yang Santi mau dari dirinya, bahkan sebelum Amel datang Santi selalu saja mengejar Ipul. Sudah puluhan kali Ipul menolak Santi tapi dia tidak juga mundur. ***Beberapa bulan sudah hubungan Ipul dan Amel berjalan. Mereka menjalani hubungan itu dengan biasa dan sampai saat ini belum ada yang tahu tentang hubungan mereka. Rencana yang sudah Santi buat dengan seseorang tidak menghasilkan apapun, Ipul tetap saja tidak dimiliki Santi. Tapi Santi tak pernah menyerah, bahkan pernah Santi berhasil mengajak Ipul makan bersama saat jam istirahat.***Sore itu, saat jam pulang kerja terlihat Ipul bersama Amel sedang di parkiran motor. Mereka terlihat seperti sedang ada masalah, Amel meninggalkan Ipul begitu saja.
Saat ini Amel sedang berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga mekar yang banyak. "Indah sekali, taman apa ini," gumam Amel sambil terus berjalan, dia melihat sekelilingnya. Amel tersenyum bahahia, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti, dia mematung melihat dua orang di depan sana sedang bermesraan. Ingin rasanya Amel menghampiri orang itu tapi kakinya terasa lemas, hingga akhirnya Amel hanya diam mematung menyaksikan pasangan itu berpelukan, hatinya terasa panas, dan sesak. "Tok.. Tok.. Tok.. Mel, buka pintunya, udah sore makan dulu yuk, dari tadi kamu nggak keluar kamar," Suara ketukan pintu dan panggilan itu membuat Amel terbangun. "Iya, Mah, sebentar, aku ketiduran," jawab Amel. "Mama tunggu ya," ucap Mama. Amel terbangun dengan keringatan mengingat kejadian tadi. "Ternyata cuma mimpi tapi mimpi tapi terasa nyata, tadi itu Ipul sama Santi atau cuma bayangan aja," ucap Amel sendirian. Di mimpi tadi yang Amel lihat adalah pacarnya sendiri Ipul, Amel
Eni yang sedang menikmati bakso, kaget dengan kehadiran Supri yang tiba-tiba duduk di depannya. "Ada apa, Pri?" tanya Eni dengan expresi kaget. "Mau makan baksolah, lihat kamu sendirian ya udah aku samperin, ganggu?" tanya Supri. "Oh nggak, ya udah duduk aja," jawab Eni. Supri pun memesan bakso dan menikmatinya dengan tenang, sesekali Supri dan Eni mengobrol santai. Ternyata itu memang bakso enak dan murah dekat dengan tempat kerja jadi mereka juga sering makan di sana. Supri dan Eni juga mengobrol tentang hubungan Ipul dan Amel, mereka juga sama-sama mengkhawatirkan hubungan Amel dan Ipul tapi mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik. *** Sementara Ipul merasa kenapa Amel lama sekali di kamar mandi. Ipul melangkah menuju toilet perempuan untuk mencari Amel. Karena kwatir dengan keadaan Amel, Ipul tidak melihat-lihat jalan, tiba-tiba dari arah depan ada seorang wanita yang sedang menelepon menabrak Ipul. "Maaf, saya buru-buru, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu. "Saya
Yana yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ucapan Gilang membuat Yana kwatir. Entah mengapa, saat ini pikiran Yana menuju ke Amel. Yana meraih hp lalu mencoba menghubungi Amel, tapi nomer Amel tidak aktif. "Amel kemana, apa benar Amel lagi berdua sama Ipul, tapi kalau iya kenapa tadi Supri bilang gitu, Supri bohong atau memang tidak tahu," gerutu Yana sendirian. *** Amel mendengarkan semua penjelasan Ipul dengan serius, dia menangkap semua kata yang terucap dari mulut Ipul. "Apa sudah jelas, Mel, atau mau ada yang kamu tanya lagi?" tanya Ipul mengakhiri penjelasan itu dan berharap Amel sudah mengerti. "Sudah cukup," jawab Amel singkat. Ipul merasa bingung dengan reaksi Amel, tapi Ipul kembali menanyakan kepada Amel, apakah Amel bersedia menjadi teman hidupnya. Amel masih saja terdiam mendengar pertanyaan ke dua dari Ipul. "Ya sudah nggak usah di jawab sekarang, Mel, kita nikmatin cemilan lagi yuk," ajak Ipul mencairkan suasana.
Amel menutup pintu kamar melangkah pergi, hatinya sudah yakin kalau dia akan datang ke cafe itu, tapi langkahnya terhenti kekita melihat seorang duduk di teras rumahnya. Amel yang masih kaget bengong melihat ke arah seorang itu. "Aku hanya memastikan kamu benar-benar datang, Mel, karena ini adalah salah satu harapan Ipul," jelas seorang itu. "Ya, aku datang, Pri," jawab Amelu Orang itu, Supri. Supri sengaja datang untuk memastikan semua berjalan lancar. Setelah masuk rumah tadi perasaan Supri tidak enak, atas inisiatifnya sendiri Supri datang ke rumah Amel. Beruntung saat Supri pergi Santi sudah duluan pergi. "Ya sudah, aku berangkat dulu, Pri, apa sekalian aja kamu anter aku?" tanya Amel, karena Amel sebenarnya dengan kondisi ini ragu untuk naik motor sendiri. "Yuk aku antar, biar aman," jawab Supri senang hati. *** Di sudut kamar, Santi mundar mandir merasa gelisah, memikirkan apa yang di maksud Supri. Siapa yang datang dan kemana, felling Santi mengatakan jika ini berhubunga
Sebelum berangkat, Amel membaca pesan Ipul sekali lagi, Amel bingung harus datang atau tidak, Amel meletakkan kembali hp di meja rias. "Mau ngapain Ipul ngajak ketemu ya," ucap Amel sendiri di depan cermin sambil membenarkan jilbabnya. Lalu Amel berangkat meraih hp, memasukkannya dalam tas tanpa membalas pesan Ipul. *** Hari itu kerjaan sangat banyak, membuat Ipul sulit untuk bertemu Amel dan menanyakan jawaban pesannya. Amel sangat beruntung karen tidak bertemu Ipul, Eni yang melihat Amel gelisah mendekati Amel. "Mel, kenapa, kelihatan gelisah?" tanya Eni. "En, semalam Ipul kirim pesan, baca sendiri," jawab Amel memberikan hp kepada Eni. Eni yang mengerti maksud pesan itu memberikan saran kepada Amel untuk datang. "Mungkin ada hal penting yang ingin Ipul sampaikan, datang aja, kalau kamu takut mau aku temani?" tawar Eni yang meminta Amel datang. Eni mempunyai firasat jika saat itu Ipul akan menyampaikan hal penting karena jika tidak penting tidak mungkin mengirim pesan se
Amel berlari ke arah Eni, tanpa di minta Amel langsung menceritakan kejadian tadi bersama Santi kepada Eni. Saat ini, perasaan Amel tidak karuan, Amel memeluk Eni dan tidak lagi bisa bercerita. "Sabar, Mel, Santi emang orangnya gitu, tapi di sini kamu juga enggak rebut Ipul, kan mereka bukan pacar. Sudah tenang aja ya," ucap Eni memberi Amel semangat. "Ayo kita kerja lagi, jodoh nggak usah dipikirin, nanti datang sendiri," ajak Eni dengan senyum manisnya.Amel melangkah mengikuti Eni dari belakang, Amel berharap semua akan baik-baik saja. "Aku nggak cari musuh, tapi kalau aku juga ada rasa sama Ipul, aku juga tidak bisa diam," gumam Amel sendiri. Di kantin Santi masih duduk dan kini malah memesan es teh, saat sedang menikmati esnya Santi kaget ketika ada yang menepuk bahunya. "Eh lu, gue kira siapa, ngapain tepuk-tepuk?" omel Santi ke orang yang menepuk. "Boleh gue duduk dulu nggak?" tanya dia. "Boleh, duduk situ," perintah Santi, "ada perlu sama gue?" lanjut Santi. "Langsung aja