Setelah menerima dengan tulus pertunangan Viko dengan kakak tirinya nyatanya tidak membuat puas kedua wanita itu. Mama tiri Sally selain egois, juga mata duitan. Bagi Briana segala hal yang mendatangkan keuntungan untuk dirinya dan sang putri semata wayang akan diraihnya, meskipun harus dengan jalan yang salah.
Briana dan Raka menikah juga karena perjodohan kedua orang tua mereka.
Dulu Raka mencintai Carol dalam diam. Dan ternyata takdir harus membuatnya menyerahkan keinginannya untuk mendekati Carol dan menikah dengan Briana. Meski demikian, Raka masih terus mencari tahu tentang kehidupan Carol. Saat itu Carol belum menikah.
Seakan tengah dipermainkan takdir, justru Carol bekerja menjadi salah satu manajer si perusahaan Raka dan akhirnya mereka bertemu.
Keadaan terpuruk Carol saat ditinggal oleh kekasihnya dalam keadaan hamil membuat Raka mengambil kesempatan untuk bersedia menikahinya. Sayangnya Carol tidak tahu kalau ternyata Raka sudah menikah dan memiliki anak.
Ketahuan oleh ayah Raka, akhirnya ayah Raka mengancam akan memindahkan semua hartanya pada Briana jika Raka berniat menceraikan Briana. Akhirnya Raka mengaku pada Carol tentang istri dan anaknya. Pasrah dengan kenyataan, Carol ikut dengan Raka ke rumah kediaman orang tua Raka, tinggal bersama-sama dengan istri pertama dan anaknya di sana.
Sampai ayah Raka meninggal, Briana mulai memperlihatkan kebenciannya pada Carol dan terus melampiaskan dendamnya pada Carol dan Sally di belakang Raka.
Naasnya saat Raka terserang struk tiga tahun lalu, justru Briana semakin menjadi. Carol dan Sally tidak di beri uang bulanan yang menjadi hak mereka sejak menikahi Raka. Untungnya Sally sudah lulus kuliah dan diterima bekerja di tempatnya dulu magang sehingga ia dapat membantu kebutuhan sehari-hari sang mama dan dirinya..
Sikap Briana semakin keterlaluan belakangan ini setelah tahu Sally diangkat menjadi supervisor di perusahaannya. Mama tiri Sally menghentikan dana pengobatan Raka agar suaminya itu cepat meninggal.
Jantung Sally menderu searah dengan nafas naik turun di bahunya. Dirinya sudah tidak bisa lagi tahan dengan sikap mama tirinya itu.
“Kenapa tidak dijodohkan sama Kak Dania saja. Kenapa harus aku, Tante! Aku ngak mau menikah dan belum siap untuk nikah.”
“Bukan urusanku kamu mau atau tidak. Atau jangan-jangan kamu iri karena Viko lebih memilih Dania daripada kamu!” Briana mendecih.
“Tentu saja dia memilih anakku, karena kamu itu hasil anak haram! Bahkan papa kandungmu saja kamu tidak pernah tahu! Kalau bukan suamiku yang bodoh ini tergila-gila sama mama kamu, hidupmu mungkin akan jadi gembel. Dasar tidak tahu terima kasih! Sudah diterima malahan ngelunjak!”
“anga uang aja, Bi!” Wajah merah padam Raka yang melotot sambil memaki jangan kurang ajar pada Briana, sayangnya dengan kondisi lidahnya yang ikut kaku ia tidak dapat mengucap dengan benar.
Melihat murka di wajah suaminya, Briana malah tertawa meledek tanpa merasa iba sedikitpun. Ia mendekati suaminya dan menekan dagu Raka dengan satu tangan.
“Bicara saja kamu sudah tidak becus, jangan sok berkuasa di rumah ini. Aku yang memimpin perusahaan sekarang dan kalau kamu masih ingin tinggal di rumah ini jangan menentangku atau aku kirim kamu ke panti jompo!” Lalu menepis kasar wajah Raka.
Carol yang tidak tega melihat suaminya diperlakukan demikian, memeluk tubuh Raka. Hal itu malah membuat Briana makin emosi.
“Jangan sok kasihan sama Raka. Aku tahu kamu hanya pura-pura baik supaya hartanya jatuh ketanganmu kan! Jangan harap kamu bisa menikmati uang Raka sepeserpun, aku tidak akan membiarkannya!”
Lalu Briana menoleh ke Sally sambil menjulurkan telunjuknya. “Dan kamu! Ikuti perintahku. Menikah dengan anak konglomerat itu. Awas kalau sampai kamu berani kabur! Nyawa Papa sambungmu ini taruhannya!”
Setelah selesai dengan umpatan dan ancamannya, Briana naik ke dalam kamar tidurnya meninggalkan Sally, mama dan papa nya.
Carol menghampiri putrinya, sungguh mengenaskan nasibnya dan sekarang karena kebodohan di masa mudanya kini Sally yang harus ikut menanggung penderitaan.
“Maafin Mama yah, Sal. Mama ngak berdaya.”
“Ngakpapa, Mah. Yang penting Mama sama Papa ngak di apa-apain sama Tante Bri. Aku kuat kok. Kita lihat saja nanti seperti apa calon suamiku.” Ucap Sally pasrah dengan nasibnya.
“Kalau kamu mau, kita keluar dari rumah ini saja, Sal. Mama ngak masalah kalau harus hidup sederhana kok dan Papa juga sepertinya akan lebih tenang keluar dari rumah ini.”
“Tapi bagaimana caranya, Ma. Tahu aja kan rumah ini dijaga sama orang-orangnya Tante Bri sekarang. Kalau Papa keluar tanpa ijin Tante Bri, bisa-bisa kita ketangkap dan akhirnya malah nyakitin Mama dan Papa lagi.”
“Tapi, Sal..”
“Udah, Ma. Sally ngakpapa kok. Siapa tahu aja calon suami aku orang baik.”
Carol menatap putrinya seolah ingin mengucap sesuatu. Masa lalu Sally yang sudah lama tidak ia bicarakan lagi.
“Apa kamu tidak berharap Sean akan ketemu kamu lagi, Sal? Apa kamu tahu kabar tentang dia?”
Sally menggeleng, raut wajahnya menyendu setiap kali mendengar nama mantan cinta pertamanya itu.
“Aku ngak tahu, Mam. Jangan diharapin lagi, toh aku juga ngak pernah tahu dia dimana sekarang. Mungkin juga sudah nikah.”
Carol tidak lagi melanjutkan ucapannya, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya sambil mendorong kursi roda suaminya.
Sally menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dalam kamar tidurnya, hentakan nafas yang keluar seolah menyatakan perasaannya saat ini. Memikirkan dirinya harus menikah diusia sekarang saat karirnya sedang lumayan bagus. Bahkan ia sedang mencoba melamar bekerja di sebuah perusahaan yang baru beroperasi di pusat ibu kota sebagai asisten manajer.
Sally POV
Aku terbangun di pagi ini, tanganku mencari ponsel melihat jam. Entah bagaimana jari-jariku berselancar membuka aplikasi galleri foto dan tidak sengaja melihat foto ku dengan Sean yang di ambil saat kami masih pacaran. Dan hari ini adalah tanggal di mana Sean pergi ke Amerika, meninggalkanku dengan amarah yang aku sendiri tidak tahu apa kesalahanku sampai sekarang.
Tanpa terasa sudah 10 tahun berlalu sejak perpisahan itu namun bodohnya aku masih setia menunggunya pulang. Ucapan Mama ku memang tidak salah semalam. Aku memang masih mengharapkannya meskipun aku tahu mungkin harapan itu sangatlah kecil.
Harusnya Sean sudah lulus kuliah dan kembali ke Jakarta 6 tahun lalu, namun aku tidak pernah lagi berbicara dengan dirinya. Yang aku tahu, saati ini Sean sudah mempunyai perusahaannya sendiri sekaligus memegang perusahaan ayahnya sejak ia lulus kuliah.
Ceri dan Mark seperti mata-mata bagiku untuk mengetahui apa Sean lakukan sejak kami berpisah.
Mengapa aku tidak mempunyai kekasih sampai sekarang? Karena aku juga mendapat berita bahwa Sean tidak pernah dekat dengan wanita lain sampai sekarang, namun tetap saja banyak wanita yang mengejarnya dan Sean tidak pernah memberi harapan kepada wanita yang menghampirinya dengan sukarela. Sama seperti masa SMA dulu. Ceri sering mengirim foto terbaru Sean ke ponsel ku tanpa pernah aku minta, masih ku lihat wajah datar dan dingin seperti saat kami bertemu pertama kali. Namun justru wajah itu yang membuatku jatuh cinta.
Aku dan Ceri sudah lulus kuliah 3 tahun lalu dan saat ini kami bekerja di perusahaan yang berbeda. Kami selalu menyempatkan diri bertemu di hari Sabtu ataupun minggu.
Nasib Mark dan Ceri justru berbanding terbalik dengan kisahku dan Sean. Mereka masih berpacaran, Mark sudah seperti bucin nya Ceri, walau mereka dipisahkan antar benua, Mark selalu menyempatkan pulang ke Jakarta menemui Ceri saat liburan. Terkadang mereka mengajakku pergi kencan bersama mereka, tapi sering ku tolak karena merasa tidak enak menganggu mereka melepas rasa rindu.
Mark sudah melamar Ceri akhir tahun lalu, mereka akan berencana menikah 6 bulan kemudian di Jakarta. Aku turut bahagia melihat hubungan mereka sampai ke tahap pernikahan. Ucapanku ke Tante Briana soal menikah itu bohong. Tentu saja aku ingin menikah, tapi dengan Sean kalau boleh aku egois. Bukan dengan pria yang katanya berwajah jelek dan mempunyai temperamen yang jelek juga.
Mana ada perempuan yang ingin hidupnya rela untuk disakiti. Hanya orang tidak waras saja yang mau.
Dan kini aku berada di posisi orang tidak waras itu, bersedia dinikahi dengan pria macam itu demi keselamatan mama dan papa ku.
Aku mendapat kabar kalo Mark dan Sean akan ke Jakarta bulan depan dan menjadikan Jakarta sebagai kantor pusat bisnis mereka. Tapi Mark merahasiakan nama perusahaan di mana Mark akan bekerja. Bahkan Ceri pun tidak diberitahu.
Setelah mandi, aku bergegas turun ke bawah membantu mama menyiapkan sarapan lalu berangkat ke kantor dengan angkot. Di rumah ini meskipun semua harus menurut perintah Tante Bri, namun sebenarnya pegawai di rumah ini baik kepadaku dan mama jika sedang tidak ada Tante Bri.
Kadang Pak Mus, satpam rumah suka mengantarku ke depan gerbang komplek biar aku tidak harus jalan kaki menunggu angkot. Mbak di rumah juga sering menyisakan masakan untuk diberikan kepada Mama dan aku. Sedangkan Papa sudah tidak bisa makan secara normal lagi, Mama yang meracik semua makanan Papa dan memberikannya melalui selang sonde.
Ketika melakukan rutinitas mengecek email di kantor, sebuah email masuk membuatku senyum sendiri. Aku membaca sebuah email promosi dari perusahaan yang pernah aku kirim aplikasi lowongan kerjaku di sana. Setidaknya email itu membuat suasana hatiku senang hari ini.
Email itu adalah undangan untuk menandatangani kontrak karena aku diterima di perusahaan mereka dan jabatan yang aku terima semakin membuatku tercengang. Tidak tanggung-tanggung aku diterima menjadi public relation di kantor itu. Wajahku tersenyum, akhirnya sebuah prestasi kembali aku capai dalam karier ku lagi. Setidaknya dibalik penderitaan, aku masih memiliki sesuatu yang tidak bisa direbut siapapun. Pencapaianku sendiri.
Dan aku di minta segera mencari asisten pribadi yang bisa kupercaya dengan kompetensi kerja yang baik. Tentu saja dibenakku ada satu nama. "Ceri"
Aku mengirim email ke bagian HRD kantor tersebut dan memberikan nama referensi sekaligus kontak email Ceri. Aku tidak dapat membayangkan seperti apa reaksi Ceri nanti.
Diterimanya Sally di perusahaan baru adalah batu loncatan terbaik dalam hidupnya. Setidaknya hal ini akan menjadi dasar kelak bagi dirinya untuk hidup mandiri jika suatu hari harus keluar dari kediaman sang papa.Sepuluh tahun lalu, Sally dan Carol sempat keluar dari rumah itu dan memilih tinggal di rumah kontrakan yang dibayar oleh Carol sendiri karena tidak tahan dengan makian Briana setiap hari. Namun dua tahunan ini, mereka terpaksa pindah kembali atas suruhan Briana karena Raka terserang struk berat.Jiwa kemanusiaan Carol tidak tega jika mengacuhkan keadaan suaminya itu. Raka tahu bahwa menikahi Carol untuk menutupi identitas Sally dari gunjingan anak haram adalah keputusan berat bagi Carol, terlebih lagi saat Carol tahu suami barunya itu telah berbohong mengenai statusnya yang sudah menikah lebih dulu.Menjadikan Carol di posisi bersalah, membuatnya pasrah menerima cercaan dari keluarga Raka dan Briana.Surat pengunduran diri langsung dibuat oleh Sally setelah mendapat balasan
Jantung Sally berdebar tidak karuan. Hidupnya sudah penuh dengan ketidak adilan tapi kenapa memilih suami pun ia tidak berhak.Sally berusaha berdiri meskipun lututnya terasa lemas. Pemuda itu menghampirinya dan mengulurkan tangan.“Namaku Ben.” Ucap pemuda itu menatap Sally.“Sa-Sally.”Dalam keluarga Sally hanya Briana dan Dania yang tersenyum bahagia melihat pemandangan yang tengah terjadi diantara mereka saat ini. Sedangkan Carol dan Raka sendiri nampak menyembunyikan kesedihan mereka.Jangan ditanya bagaimana perasaan Sally saat ini melihat wajah pemuda yang akan dijodohkan dengannya. Pantas saja Dania tidak bersedia dijodohkan dengan anak dari konglomerat ini, ternyata pemuda ini memiliki kekurangan dari fisiknya.Di wajahnya terdapat dua guratan bekas luka bakar bahkan hampir menutupi pipi juga bibirnya. Mungkin bagi Dania sosok pria dihadapan Sally saat ini layaknya seorang manusia berwujud monster menyeramkan. Namun saat mata Sally menatap mata Ben, entah mengapa jantungnya m
Sally terkejut seolah Sean yang sedang bicara dengannya melalui telefon. Ia menatap layar ponselnya memastikan nama penelpon yang ternyata adalah Ben. Pasti Ben bertanya demikian karena mendengar suara parau Sally. “Oh, Ben. Maaf, aku pikir temanku yang lain.” “Kamu kenapa? Apa habis menangis? Apa kamu menyesal jadi tunanganku?” Tanya Ben. “Hah! Oh, bukan gitu. Hanya teringat masa lalu yang kurang menyenangkan saja makanya.” “Masih ada waktu kalau kamu berubah pikiran, Sally. Aku bakalan ngerti kok, cukup sadar diri sama wajah buruk rupa ku ini memang tidak mudah diterima semua orang.” “Bukan. Bukan begitu, Ben. Maaf kalau aku buat kamu tersinggung.” “Kenapa harus minta maaf? Kamu ngak salah kok. Malah aku senang ternyata ada cewek tulus yang masih mau nerima aku meskipun dijodohkan. Ehm, sebenarnya aku nelfon hanya ingin mulai kenal kamu saja. Bolehkan mulai sekarang kita telfonan begini, ngobrolin apa saja biar saling kenal.” “Iy-iyah, boleh kok. Ngak masalah.” Setelah bicara
Sally Minela seorang gadis sederhana, ia masuk di SMA yang sama dengan Sean, bedanya ia adalah siswi baru di sekolah itu.Sally tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Sejak lahir ia sudah tinggal dengan papa tirinya yang bernama Raka. Ternyata Papa Raka sudah beristri ketika menikah dengan mama nya yang bernama Carol. Waktu pindah ke rumah besar Raka, Sally baru berusia 3 tahun saja. Kehidupan Carol dan Sally bagai di neraka karena Briana bersikap semena-mena pada mereka.Tidak tahan dengan sikap dan perlakuan dari istri pertama Raka yang bernama Briana juga kakak tiri Sally yang bernama Dania. Carol memutuskan keluar dari rumah itu membawa Sally meskipun Raka tidak mau menceraikan Carol. Saat itu Sally baru naik SMP.Raka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Carol dan hal ini membuat Briana marah besar dan mengancam akan menyakiti Carol jika Raka masih berkeras memilih istri mudanya itu. Akhirnya Raka mengalah dan menjauhi Carol juga Sally.Sally sendiri yang sudah mengerti kal
Selalu bertemu dengan Sally setiap hari disekolah membuat dinding pertahanan Sean perlahan melemah meskipun Sally tidak berusaha untuk menarik perhatiannya. Sejak tabrakan kemarin wajah Sally selalu melekat dalam pikirannya mulai merusak dinding yang dibangunnya selama ini dari para kaum hawa. Sally termasuk anak yang cerdas, ia cepat sekali menerima pelajaran dari sekolah barunya. Otomatis Ceri sangat suka dengan menjadi sahabatnya yang punya otak encer dibanding dirinya yang lebih lemot dalam menangkap pelajaran. Ceri tidak bodoh bahkan ia termasuk dalam sepuluh besar peringkat kelas, hanya saja ia perlu waktu lebih banyak dari orang lain untuk menangkap pelajaran yang diajarkan oleh guru.. Sally dan Ceri sering pulang berdua, kebetulan rumah mereka satu komplek. Tidak heran mereka cepat menjadi sahabat, mereka selalu bertemu dan bermain baik di rumah ataupun saat di sekolah. Suatu hari Ceri sakit dan ijin dari sekolah, terpaksa Sally pulang sendiri sambil memasang wajah cemberut
Sally merutuk dalam diamnya karena kebodohan perkataan yang terdengar seperti sedang merayu Sean. Terlebih lagi rona kemerahan yang tidak bisa disembunyikan dari wajah Sally membuat Sean merasa gemas dengan sikap gadis yang dirasa berbeda dari teman-teman lainny. Belum selesai berkutat dengan rasa malu, jawaban Sean malah semakin membuatnya salah tingkah tapi ia pun merasa penasaran apa maksud dari ucapan Sean barusan. "Kenapa harus di depan aku dan Mark saja? Memangnya ada daftar nama orang yang boleh melihat tawa? Kita kan tertawa karena merasa senang dan itu ngak bisa dipaksain." Seru Sally mengeluarkan pendapatnya. "Tidak apa-apa. Oh iya, kalo kamu punya kesulitan pelajaran, kamu bisa tanya ke aku. gini-gini otakku encer juga hahaha." Sadar dirinya juga keceplosan, Sean mengalihkan ucapannya daripada menjawab cecaran pertanyaan Sally yang membuatnya salah tingkah sendiri sambil menggaruk kepalanya. "Dih, pede sama sombong kadang beda tipis loh. Tapi boleh juga nanti kalo aku bin
Sally teringat dengan peristiwa dimana Sean memang pernah meminjam ponselnya dan memasukan nomor kontak Sean ke sana, tapi yang tidak Sally ketahui adalah ternyata Sean memasukkan nomornya ke dalam daftar kontak ponsel Sally. Bodohnya lagi Sally tidak mengecek ponselnya setelah Sean meminjamnya saat itu. "Yah kamu juga ngeselin, ngapain pake nama my boy friend segala simpen nomor kamu di hp aku. Ngagetin aku aja tahu ngak." Ketus Sally merasa malu sendiri memikirkan apa maksud Sean memakai nama itu. "Kan memang aku boy friend kamu, coba diaartiin ke bahasa Indonesia nya deh." Jawab Sean dengan entengnya tanpa merasa bersalah, lebih tepatnya pura-pura polos. Merasa terjebak dengan respon Sean, rasa malu gadis itu semakin menjadi. Emosinya juga naik karena Sally sedang kesal dengan kelakuan kakak tirinya tadi. “Loh, kok malah diam. Coba diartiin, perlu aku kirim kamus?” Goda Sean bahkan terdengar suara kekehan pria itu dan membuat mood Sally semakin kesal saja. "Teman laki-laki. Ud
Tanpa terasa semester pertama tahun ini berakhir, setelah pengambilan rapot semua murid libur dan masuk kembali 2 minggu kemudian. Sean dan Sally juga semakin dekat dan mulai saling nyaman bahkan sesekali Sean berani meminta panggilan video dengan alasan rindu pada Sally sambil bercanda. Sedangkan Sally hanya bisa menerima perlakuan Sean sambil berusaha menahan diri untuk tidak terjebak dalam perasaan lebih dalam lagi pada Sean.Mama Sean berencana membawa Sean ke Amerika untuk liburan dan menikmati salju disana sekaligus melihat universitas di salah satu kota tempat kampus kenamaan yang memang menjadi cita-cita Sean. Samuel, papa kandung Sean mendukung keinginan putra satu-satunya itu meneruskan kuliahnya di universitas pilihan Sean.Sebagai anak dengan berbagai kemudahan fasilitas, Sean selalu menuruti nasihat kedua orang tuanya. Namun tetap saja masih ada kekosongan di hati Sean meskipun dirinya hidup dalam gelimang harta sang ayah.Sean sendiri sudah mengiku
Setelah mengetahui kebenaran tentang kesalahan yang dibuat papa Sall. Beberapa saat kemudian Sally meminta Sean untuk mengajaknya ke Surabaya dan mengajak ibunya untuk mengunjungi makam ayahnya.Sean sebenarnya sudah menyiapkan kejutan bagi Sally, namun setelah mendengar keinginan Sally ia harus merubah beberapa rencana.Sean sengaja tidak membuat rencana kerja untuk satu bulan ke depan, sehingga Mark hanya akan mengurus beberapa proyek yang belum selesai saja. Jadwal meeting untuk semua plan baru ia serahkan kepada Mark dan Ceri.Di kantor ruangan CEO kemarin Sean meminta tolong pada sahabatnya."Mark, kali ini gua minta tolong loe handel dan meeting buat planning proyek berikutnya." Ujar Sean sambil terkekeh meringis karena tahu bakalan diledek oleh Mark.Mark tersenyum mendecih meledek. "Awalnya janji ke gua cuma dua minggu, kenapa bisa beranak jadi satu bulan yah.""Sally mau ke makam papanya di Surabaya sama Mama Carol jadi terpaksa gua nambah cuti, lagian gua kan CEO nya, suka s
John dilaporkan oleh Carol dan Sally beberapa tahun lalu untuk laporan percobaan tindakan asusila untuk memberi hukuman jera pada John.Bahkan setelah bebaspun dia harus menjauh dan tidak boleh dekat sama sekali dengan Sally. John marah dengan hukuman yang ia terima. Akhirnya ia menghubungi Mira dan meluapkan kekesalannya."Hallo Mir, loe lagi sama Erik?""Iya, John. Kenapa yah?""Kagak, gua lagi suntuk aja sejak gua dilarang deketin Sally lagi.""John, kenapa ngak move on saja sih. Lupain Sally, masih banyak cewek yang mau sama loe. Loe itu ganteng, body oke, coba deh buka hati loe jangan mainin cewek cuma buat pelampiasan, ngak bagus juga buat kesehatan loe loh. Di dunia ini loe masih bisa ketemu cewek seperti Sally kan.""Kalau loe cuma mau nasehatin gua mending gua tutup aja deh. Gua nongkrong dulu ke klub."Mira menghela nafas dan menasehati temannya lagi meskipun tahu mungkin sia-sia. "Terserah John, jangan minum sampe teler nanti bikin masalah baru lagi.""Ah bawel loe. Yah uda
Malu, adalah perasaan yang kini tengah mendera Carol dan juga Sally setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya di balik misteri meninggalnya Ruben. Sebagian dalam diri Carol menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari keputusasaan suaminya demi membuktikan diri memperbaiki perekonomian keluarganya lepas dari bantuan kedua orang tua Ruben.Sedangkan putri mereka di masa sekarang malah sudah menikah dengan bos dari Ruben yang memecatnya dan sempat membuat Carol juga Sally salah paham. Tentu saja Carol merasa malu dan sebagai ibu Sally ia memikirkan perasaan putrinya yang kini sudah menjadi menantu di keluarga Linardi. Saat kedua tangan Carol menangkuo ingin meminta maaf, Reina cepat-cepat menghalangi niatan Carol dan merangkul temannya. "Semua sudah berlalu, jangan kamu hukum diri sendiri atas kesalahan yang tidak kamu buat. Kami tidak membenci kalian bahkan semua sudah berlalu. Kita lihat masa depan saja mulai dari sekarang dan menantikan cucu kita pastinya yah."“Maaf kalau aku sempa
Di dalam ruang kerjanya, Samuel merenung tentang kejadian masa lalu mengenai kejadian di Surabaya yang membuatnya terpaksa harus berurusan dengan hukum untuk pertama kalinya. Saat itu dia baru menjabat sebagai CEO menggantikan papa nya. Setelah mendengar cerita dari Carol lalu mendengar nama suaminya yang sama dengan direksi yang dia pecat waktu dulu membuat Samuel mencari tahu kebenaran hubungan antara Ruben karyawannya dengan Carol. Dan ternyata mereka memang pasangan suami istri dan hal itu membuat Samuel resah karena cerita versi Carol sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya."Aku harus mengungkapkan semua ini dengan Sally dan mamanya. Supaya jangan sampai mereka mendengar dari orang lain."Samue berencana mengundang Sean, Sally dan mamanya Sabtu ini makan bersama di rumahnya. Sehari sebelumnya Samuel menyampaikan hal tersebut ke istrinya dan menceritakan kejadian masa lalu itu ke istrinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.Reina terkejut bukan main tidak mengira takdir m
Akhirnya aku dapat melewati rasa trauma setahap demi setahap. Semua karena dukungan orang-orang di sekitarku, mulai dari mama, Mark, Ceri, kedua mertuaku dan yang terutama suamiku sendiri Sean. Dialah yang berperan paling besar memulihkan trauma ku. Mau bersabar menunggu mentalku siap untuk bisa menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.Semua pengorbanan yang dilakukan nyatanya tidak sia-sia ditambah dengan keinginanku untuk sembuh dari trauma. Bahkan sekarang aku sudah bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri dan Sean juga yang memberikan dorongan demi dorongan kecil untuk menyemangatiku agar tidak berkecil hati. Merayakan setiap keberhasilan sekecil apapun itu untuk segala hal yang sudah kulakukan . Aku bersyukur dengan cinta pertamaku yang berakhir di pelaminan. Penantian panjang dan hambatan dapat kita hadapi asalkan bersama-sama memanglah benar hanya saja kalau boleh aku tambahkan juga dengan sikap mau berkorban dan memperjuangkan satu dan yang lainnya.Sean selalu m
Mengandung 21+Sean melihat ruangannya sudah didekor dengan lilin-lilin kecil disepanjang jalan menuju kamar mereka. Ia tersenyum sambil meletakkan kantung belanja berisi kado pemberian keluarga dan kerabatnya di acara tadi."Hai Sayang, wah banyak banget kadonya." Sally menyambut suaminya keluar dari kamar mereka bergegas setelah merapikan kejutan di dalam kamar nanti.Sally menghampiri Sean dan memeluknya serta mencium pipi Sean tersenyum malu-malu terlihat dari rona di kedua pipinya."Jadi ini bukan rencana memberi kejutan Mark kan? Tapi buat aku, hayo ngaku.." Sean tersadar kalau apa yang dilakukan Ceri dan istrinya hanya sandiwara bagi Sally untuk menyiapkan semua ini.Sally tersenyum dan berjalan menuju kamar mereka memberikan senyum yang membuat desiran dalam diri Sean. Setelah meletakkan kado di sofa, ia pun bergegas mengejar Sally, menariknya dan mengecup bibir istrinya."Kamu membuatku tergila-gila padamu, Sayang." nafas Sean semakin menderu menahan diri melawan segala gejol
Sally dan Ceri keluar kantor dengan alasan meeting, namun sebenarnya mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu dan memesan kue untuk pesta malam nanti. Setelah itu mereka ke penthouse untuk mendekor ruang tidur mereka. Tentu saja mereka pergi dengan supir kantor sesuai perintah Sean, namun mereka meminta supir tersebut untuk mengatakan kalau dia mengantarkan mereka ke kantor klien untuk meeting bukan ke pusat perbelanjaan. Sally merasa bersemangat mempersiapkan kejutan untuk suaminya. Ia ingin membahagiakan Sean yang semestinya sudah dirinya lakukan sebulan lalu semenjak nama belakangnya berubah menjadi nyonya Rolando..Setelah semua selesai, mereka makan siang dekat kantor lalu kembali bekerja seperti biasanya agar Sean tidak mencurigai mereka. Baru kali ini Sally belanja ala sat-set memilih hadiah untuk Sean karena apa yang dicari langsung terlihat oleh matanya dan dia langsung menyukainya dengan cepat.Jam kantor menunjukkan pukul lima sore, Sally dan Ceri naik ke r
Sejak bertemu dengan John dan memutuskan untuk memaafkan serta melupakan rasa takut akan kejadian buruk sampai membuatku trauma dan mengalami mimpi buruk. Sekarang aku merasa lebih relax dan ringan seperti bebanku terangkat. Wajahku lebih ceria dari sebelumnya, ini semua berkat dukungan orang-orang yang menyayangiku dan juga keputusanku untuk berobat ke psikiater.Sean senang melihat perubahan dalam diriku beberapa hari ini. Setiap malam dia selalu mengecup keningku sebelum tidur lalu dengan lembut mengecup bibirku, entah mengapa ada dorongan dalam diriku yang menginginkan lebih dari ini. Tubuhku dengan reflek maju mendekati tubuh Sean, gemetar yang kurasakan sekarang berbeda dari rasa takut akan kilatan bayangan kejadian buruk itu. Melainkan getaran karena desiran yang menuntut dalam diri ini untuk merasakan lebih lagi.Tiba-tiba ciuman hangat itu berhenti dan Sean memelukku lalu tidur. Entah mengapa ada rasa kecewa malam itu tapi aku tidak berani mengatakannya pada Sean. Meskipun ke
Saran dokter psikolog juga Ceri nyatanya benar setelah Sally membuktikannya sendiri. Luka yang dibuat John tidak menghilang dan terlupakan begitu saja oleh Sally ketika memutuskan untuk bertemu dengan John di dalam sel.Namun ada beban berat dalam pikirannya yang terangkat membuat Sally seolah terlepas dari aura kuasa gelap yang selama ini menderanya. Ditambah lagi dengan permintaan maaf John yang terlihat tulus membuat Sally menaruh rasa iba pada kakak kelasnya itu.Cinta itu memang dapat membawa dampak luar biasa bagi seseorang bagai dua sisi yang saling berlawanan. Seperti kisah cinta segitiga antara Sally, Sean juga John. Sean yang cintanya bersambut justru membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa untuk mengerti kekurangan Sally.Sedangkan John yang cintanya tidak berbalas pada akhirnya menjadikan Sally bak tropi yang harus dimenangkan bagaimanapun caranya bahkan harus menjadi orang jahat sekalipun dia tidak peduli. Namun pada akhirnya John menyerah mengakui kekalahannya.