Share

Bab 5 : Hadiah Gadis Cantik Untuk Dante

Setelah kejadian penyelamatan itu, Dante mengetahui bahwa NEXUS telah berhasil mempertahankan rekaman dari semua CCTV di area kejadian, meskipun rekaman itu sengaja di hilangkan atas perintah seseorang. NEXUS, dengan kemampuan canggihnya, merekam setiap detail dari kejadian, termasuk wajah-wajah para penyerang dan aksi heroik Dante.

Ketika rekaman itu akhirnya diputar oleh otoritas penjara, tidak ada keraguan mengenai identitas para pelaku. Setiap tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo dikenali dengan jelas. Mereka tidak bisa mengelak, dan sanksi hukuman segera menimpa mereka.

Namun, malam itu juga, keadilan yang lebih kelam datang menjemput mereka. Di tengah kegelapan malam, masing-masing tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo ditemukan tewas di dalam sel mereka.

Mereka tidak dibiarkan mati dengan cara yang mudah, beberapa di antaranya dicekik, sementara yang lain menunjukkan tanda-tanda kekerasan yang brutal. Investigasi awal tidak menemukan tanda-tanda perlawanan atau keterlibatan penjaga, yang berarti pembunuhan ini dilakukan oleh orang-orang yang sangat terampil, orang-orang yang setia pada Lorenzo.

Kabar tentang kematian para penyerang menyebar dengan cepat di dalam penjara. Semua orang tahu siapa yang bertanggung jawab, meskipun tidak ada yang berani mengatakannya secara terbuka.

Itu adalah peringatan keras bagi siapa saja yang berniat melawan Lorenzo, bahkan di balik jeruji besi, kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa diabaikan.

Setelah kejadian itu, Lorenzo mulai memandang Dante dengan cara yang berbeda. Apalagi setelah dia secara diam-diam menyelidiki asal usul dan riwayat hidup Dante sebagai seorang jaksa yang berakhir di penjara. Karena sebuah skema.

Bukan hanya sekadar seorang tahanan atau teman satu sel, Lorenzo kini menganggap Dante sebagai adiknya. Keberanian dan kemampuan yang ditunjukkan Dante dalam situasi berbahaya tersebut membuat Lorenzo yakin bahwa Dante adalah seseorang yang bisa dipercaya dan diandalkan.

Pengaruh Dante tidak hanya dirasakan oleh Lorenzo, tetapi juga oleh semua tahanan yang setia kepadanya. Secara bertahap, mereka mulai menunjukkan sikap hormat kepada Dante, mengakui bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa diremehkan.

Dalam waktu singkat, Dante yang sebelumnya dianggap lemah dan tidak berdaya, kini dipandang sebagai bagian dari lingkaran dalam Lorenzo.

Dengan NEXUS di sisinya semua akan lebih mudah. Kekuatannya terus tumbuh, begitu pula pengaruhnya di dalam penjara.

***

Malam itu, suasana di dalam penjara berbeda dari biasanya. Penjaga-penjaga yang biasanya ketat dan dingin, terlihat lebih longgar, seolah ada sesuatu yang membuat mereka lebih santai.

Di sudut penjara, di sebuah ruangan yang lebih bersih dan luas daripada sel-sel biasa, Lorenzo duduk di atas sofa kulit yang terlihat mewah untuk ukuran penjara. Dua gadis cantik dengan gaun yang memukau dan sexy tampak sedikit canggung di tengah lingkungan yang asing.

Di ruangan itu hanya ada mereka berempat.

Seorang gadis berada di pelukan Lorenzo, dan satu orang lagi berdiri di samping mereka.

Lorenzo menatap Dante yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan tatapan penuh penghargaan. "Dante saudaraku, aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang pantas untukmu," ujar Lorenzo dengan suara berat namun hangat. "Kau telah menyelamatkan hidupku, dan untuk itu, aku ingin memberikan sesuatu yang spesial."

Dante memandang gadis yang sedang berdiri dengan sedikit bingung. "Tuan Lorenzo apa maksud anda?" Tanya Dante sambil sedikit terbatuk dan memegang dadanya. Wajahnya terlihat menahan sakit.

Dia harus berakting menjadi seorang penyakitan, karena rusuknya yang retak dan belum diobati. Semua orang menganggap itu suatu keajaiban.

Tapi terkadang Dante lupa jika dia harus terlihat sakit. Selalu Nexus yang mengingatkannya.

Lorenzo menghisap cerutunya dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Dante, kita sudah bersumpah sebagai saudara. Kenapa kau masih memanggilku Tuan?”

“Maaf kak, aku hanya belum terbiasa,” jawab Dante sedikit terbatuk.

Lorenzo tersenyum lebar, matanya berbinar dengan kesenangan. "Baiklah aku mengerti. Aku sudah memesan obat untukmu, aku yakin kau bisa sembuh,” Lorenzo mengetuk abu pada asbak.

“Tapi bagaimanapun juga kau harus menerima hadiahku, Dante. Gadis cantik ini aku memesannya sendiri dari ibukota. Jangan kuatir, dia masih bersegel. Aku tidak mungkin memberikan barang bekas kepada adik sekaligus penyelamatku. Dia di sini untuk menghiburmu, menghilangkan sedikit beban di bahumu. Malam ini, dia milikmu. Nikmatilah.” Lanjut Lorenzo.

Gadis itu mendekat, dia memeluk lengan Dante dengan lembut. Meski sedikit ragu, Dante bermaksud untuk menolak secara halus. Namun, aura ketulusan dari gadis itu, Dante bisa merasakannya. Dia di sini bukan atas kemauan sendiri, tapi karena dia mengerti siapa yang sedang dilayani.

“Tapi kak, aku…” Dante terbatuk. “Kakak tahu bagaimana keadaan fisikku, bukan aku tidak mau…”

“Sst…” Lorenzo meletakkan telunjuk di bibirnya sendiri. “Gadis cantik, malam ini layani adikku dengan baik. Kau yang harus bekerja keras, jangan sampai adikku kelelahan, kau mengerti?”

Gadis itu mengangguk dengan patuh.

Lorenzo melambaikan tangannya, dan penjaga yang baru saja masuk mengantar Dante dan gadis itu ke sebuah pintu di belakang mereka.

"Ruangan ini telah aku siapkan khusus untukmu. Aman, nyaman, dan jauh dari gangguan. Nikmatilah, Saudaraku. Ini hanya bagian kecil dari rasa terima kasihku." Kata Lorenzo

Dante terdiam sejenak, memikirkan tawaran yang ada di depannya. Dia tahu apa yang dilakukan Lorenzo, mencoba membangun ikatan dan kepercayaan yang lebih dalam antara mereka. Dan meskipun hatinya masih penuh dengan amarah dan keinginan untuk balas dendam, Dante mengerti permainan ini. Dia tersenyum tipis, lalu mengangguk.

"Kau benar-benar tahu cara memberi hadiah, kak Lorenzo," jawab Dante dengan suara rendah, akhirnya memutuskan untuk menerima tawarannya. Gadis itu tersenyum, sementara Lorenzo tertawa kecil, merasa puas karena telah memperlakukan Dante dengan cara yang sesuai dengan caranya.

Ruangan itu memiliki satu tempat tidur queen size, dengan fasilitas lengkap, dengan kamar mandi.

Hanya ada mereka berdua. Dante merasa gugup. Selama 26 tahun hidupnya hanya fokus diisi dengan belajar dan mengejar karir. Tidak ada waktu untuk pacaran dan mengejar para gadis.

Singkatnya, dia belum pernah melakukannya.

“Ruangan ini bersih Dante, tidak ada kamera tersembunyi.” Jelas Nexus. “Apa kau ingin privasi? Aku bisa mematikan sistem dan membiarkan kalian berdua.”

“Apa maksudmu?”

Saat Dante berbalik, dia terkejut, “Tunggu sebentar, eh, bagaimana kalau kita ngobrol dulu?” Kata Dante gugup sambil memalingkan wajah, ini pertama kalinya dia melihat seorang gadis hanya memakai handuk.

Gadis itu teringat pesan bos besar, jadi dia mulai bertindak agresif. Tubuh Dante di dorong ke belakang, membuat kasur bergoyang. Lalu dia merangkak di atasnya.

“Dengar Tuan, jika kau menolak, maka mereka tidak akan membayarku. Saat ini aku sedang butuh uang,” kata gadis itu sambil meletakkan jarinya di bibir Dante mencegahnya untuk bicara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status