Setelah kejadian penyelamatan itu, Dante mengetahui bahwa NEXUS telah berhasil mempertahankan rekaman dari semua CCTV di area kejadian, meskipun rekaman itu sengaja di hilangkan atas perintah seseorang. NEXUS, dengan kemampuan canggihnya, merekam setiap detail dari kejadian, termasuk wajah-wajah para penyerang dan aksi heroik Dante.
Ketika rekaman itu akhirnya diputar oleh otoritas penjara, tidak ada keraguan mengenai identitas para pelaku. Setiap tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo dikenali dengan jelas. Mereka tidak bisa mengelak, dan sanksi hukuman segera menimpa mereka. Namun, malam itu juga, keadilan yang lebih kelam datang menjemput mereka. Di tengah kegelapan malam, masing-masing tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo ditemukan tewas di dalam sel mereka. Mereka tidak dibiarkan mati dengan cara yang mudah, beberapa di antaranya dicekik, sementara yang lain menunjukkan tanda-tanda kekerasan yang brutal. Investigasi awal tidak menemukan tanda-tanda perlawanan atau keterlibatan penjaga, yang berarti pembunuhan ini dilakukan oleh orang-orang yang sangat terampil, orang-orang yang setia pada Lorenzo. Kabar tentang kematian para penyerang menyebar dengan cepat di dalam penjara. Semua orang tahu siapa yang bertanggung jawab, meskipun tidak ada yang berani mengatakannya secara terbuka. Itu adalah peringatan keras bagi siapa saja yang berniat melawan Lorenzo, bahkan di balik jeruji besi, kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa diabaikan. Setelah kejadian itu, Lorenzo mulai memandang Dante dengan cara yang berbeda. Apalagi setelah dia secara diam-diam menyelidiki asal usul dan riwayat hidup Dante sebagai seorang jaksa yang berakhir di penjara. Karena sebuah skema. Bukan hanya sekadar seorang tahanan atau teman satu sel, Lorenzo kini menganggap Dante sebagai adiknya. Keberanian dan kemampuan yang ditunjukkan Dante dalam situasi berbahaya tersebut membuat Lorenzo yakin bahwa Dante adalah seseorang yang bisa dipercaya dan diandalkan. Pengaruh Dante tidak hanya dirasakan oleh Lorenzo, tetapi juga oleh semua tahanan yang setia kepadanya. Secara bertahap, mereka mulai menunjukkan sikap hormat kepada Dante, mengakui bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa diremehkan. Dalam waktu singkat, Dante yang sebelumnya dianggap lemah dan tidak berdaya, kini dipandang sebagai bagian dari lingkaran dalam Lorenzo. Dengan NEXUS di sisinya semua akan lebih mudah. Kekuatannya terus tumbuh, begitu pula pengaruhnya di dalam penjara. *** Malam itu, suasana di dalam penjara berbeda dari biasanya. Penjaga-penjaga yang biasanya ketat dan dingin, terlihat lebih longgar, seolah ada sesuatu yang membuat mereka lebih santai. Di sudut penjara, di sebuah ruangan yang lebih bersih dan luas daripada sel-sel biasa, Lorenzo duduk di atas sofa kulit yang terlihat mewah untuk ukuran penjara. Dua gadis cantik dengan gaun yang memukau dan sexy tampak sedikit canggung di tengah lingkungan yang asing. Di ruangan itu hanya ada mereka berempat. Seorang gadis berada di pelukan Lorenzo, dan satu orang lagi berdiri di samping mereka. Lorenzo menatap Dante yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan tatapan penuh penghargaan. "Dante saudaraku, aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang pantas untukmu," ujar Lorenzo dengan suara berat namun hangat. "Kau telah menyelamatkan hidupku, dan untuk itu, aku ingin memberikan sesuatu yang spesial." Dante memandang gadis yang sedang berdiri dengan sedikit bingung. "Tuan Lorenzo apa maksud anda?" Tanya Dante sambil sedikit terbatuk dan memegang dadanya. Wajahnya terlihat menahan sakit. Dia harus berakting menjadi seorang penyakitan, karena rusuknya yang retak dan belum diobati. Semua orang menganggap itu suatu keajaiban. Tapi terkadang Dante lupa jika dia harus terlihat sakit. Selalu Nexus yang mengingatkannya. Lorenzo menghisap cerutunya dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Dante, kita sudah bersumpah sebagai saudara. Kenapa kau masih memanggilku Tuan?” “Maaf kak, aku hanya belum terbiasa,” jawab Dante sedikit terbatuk. Lorenzo tersenyum lebar, matanya berbinar dengan kesenangan. "Baiklah aku mengerti. Aku sudah memesan obat untukmu, aku yakin kau bisa sembuh,” Lorenzo mengetuk abu pada asbak. “Tapi bagaimanapun juga kau harus menerima hadiahku, Dante. Gadis cantik ini aku memesannya sendiri dari ibukota. Jangan kuatir, dia masih bersegel. Aku tidak mungkin memberikan barang bekas kepada adik sekaligus penyelamatku. Dia di sini untuk menghiburmu, menghilangkan sedikit beban di bahumu. Malam ini, dia milikmu. Nikmatilah.” Lanjut Lorenzo. Gadis itu mendekat, dia memeluk lengan Dante dengan lembut. Meski sedikit ragu, Dante bermaksud untuk menolak secara halus. Namun, aura ketulusan dari gadis itu, Dante bisa merasakannya. Dia di sini bukan atas kemauan sendiri, tapi karena dia mengerti siapa yang sedang dilayani. “Tapi kak, aku…” Dante terbatuk. “Kakak tahu bagaimana keadaan fisikku, bukan aku tidak mau…” “Sst…” Lorenzo meletakkan telunjuk di bibirnya sendiri. “Gadis cantik, malam ini layani adikku dengan baik. Kau yang harus bekerja keras, jangan sampai adikku kelelahan, kau mengerti?” Gadis itu mengangguk dengan patuh. Lorenzo melambaikan tangannya, dan penjaga yang baru saja masuk mengantar Dante dan gadis itu ke sebuah pintu di belakang mereka. "Ruangan ini telah aku siapkan khusus untukmu. Aman, nyaman, dan jauh dari gangguan. Nikmatilah, Saudaraku. Ini hanya bagian kecil dari rasa terima kasihku." Kata Lorenzo Dante terdiam sejenak, memikirkan tawaran yang ada di depannya. Dia tahu apa yang dilakukan Lorenzo, mencoba membangun ikatan dan kepercayaan yang lebih dalam antara mereka. Dan meskipun hatinya masih penuh dengan amarah dan keinginan untuk balas dendam, Dante mengerti permainan ini. Dia tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Kau benar-benar tahu cara memberi hadiah, kak Lorenzo," jawab Dante dengan suara rendah, akhirnya memutuskan untuk menerima tawarannya. Gadis itu tersenyum, sementara Lorenzo tertawa kecil, merasa puas karena telah memperlakukan Dante dengan cara yang sesuai dengan caranya. Ruangan itu memiliki satu tempat tidur queen size, dengan fasilitas lengkap, dengan kamar mandi. Hanya ada mereka berdua. Dante merasa gugup. Selama 26 tahun hidupnya hanya fokus diisi dengan belajar dan mengejar karir. Tidak ada waktu untuk pacaran dan mengejar para gadis. Singkatnya, dia belum pernah melakukannya. “Ruangan ini bersih Dante, tidak ada kamera tersembunyi.” Jelas Nexus. “Apa kau ingin privasi? Aku bisa mematikan sistem dan membiarkan kalian berdua.” “Apa maksudmu?” Saat Dante berbalik, dia terkejut, “Tunggu sebentar, eh, bagaimana kalau kita ngobrol dulu?” Kata Dante gugup sambil memalingkan wajah, ini pertama kalinya dia melihat seorang gadis hanya memakai handuk. Gadis itu teringat pesan bos besar, jadi dia mulai bertindak agresif. Tubuh Dante di dorong ke belakang, membuat kasur bergoyang. Lalu dia merangkak di atasnya. “Dengar Tuan, jika kau menolak, maka mereka tidak akan membayarku. Saat ini aku sedang butuh uang,” kata gadis itu sambil meletakkan jarinya di bibir Dante mencegahnya untuk bicara.Lorenzo pemimpin organisasi mafia internasional, selain memiliki kekayaan yang luar biasa, dia juga mempunyai pengaruh yang besar di dalam penjara. Tidak hanya sebatas pada orang-orang kepercayaan dan yang setia padanya saja, tapi para sipir penjara yang sudah sering menikmati uang pelicin darinya. Karena hal itu ia bisa dengan mudah mendapatkan berbagai ‘fasilitas’ untuk menjaga kenyamanan dirinya dan semua orang kepercayaannya. Salah satu fasilitas tersebut adalah bisa mendatangkan wanita penghibur terbaik yang dipilih khusus dari luar penjara. Lorenzo dan orang-orangnya juga mendapatkan fasilitas kamar mewah layaknya hotel di dalam penjara sebagai tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologis mereka. Tentu saja semua fasilitas tersebut tidak didapat dengan cuma-cuma. Lorenzo harus membayar sejumlah besar uang kepada pihak penjara. Dan hari ini, Lorenzo menghadiahkan seorang wanita penghibur untuk menemani Dante. Ruangan sudah diatur sebaik mungkin agar aman dan nyaman. Walaupun
Dante Corsetti adalah pria yang bisa membuat siapapun terhenti sejenak hanya dengan melihatnya. Tubuhnya adalah perpaduan sempurna antara kekuatan dan ketegasan, seperti pahatan marmer yang dibuat dengan keahlian luar biasa. Tingginya sekitar 190 cm dengan otot yang terbentuk sempurna, setiap lekuk tubuhnya menunjukkan dedikasi yang tak tertandingi terhadap disiplin dan latihan fisik. Bahunya lebar, punggungnya kuat dan kokoh, sementara perutnya berotot dengan guratan otot yang tampak jelas, seperti potongan garis halus pada tubuh seorang dewa kuno. Kulitnya kecoklatan, hasil dari aktivitas luar yang mempertegas aura maskulinnya. Wajah Dante adalah karya seni tersendiri, rahangnya tegas dengan garis yang tajam, memberikan kesan pria yang dominan namun penuh kendali. Hidungnya lurus, seolah menambah proporsi sempurna pada wajahnya, sementara bibirnya tipis namun terbentuk dengan baik, memberikan sedikit senyuman misterius yang membuat orang lain ingin lebih mengenalnya. Yang palin
“Melakukannya langsung lebih sulit dari yang terlihat di film-film. Apa tidak ada cara lain?” Tanya Dante sambil terus berusaha menaklukan Sofia dengan ciumannya. “Kau bisa mengorek mulutnya dan mengeluarkan benda itu dengan tanganmu?” “Terima kasih atas sarannya.” “Sama-sama.” Dante tidak pernah punya pengalaman dalam hal-hal intim semacam itu. Keinginannya untuk tetap memegang kendali membuatnya enggan melakukan sesuatu yang tidak ia kuasai. Namun, dalam situasi ini, Dante tidak punya pilihan lain. "Nexus, segera tambahkan program seni berciuman," bisik Dante dalam pikirannya. "Aku butuh kemampuan untuk bisa melakukannya dengan sempurna. Membuat orang yang melakukannya denganku merasa seperti terhipnotis." Hitungan detik, Nexus merespons. "Program tersinkronisasi. Kamu sekarang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik ciuman yang diinginkan." Dante merasa aliran informasi yang tiba-tiba mengisi otaknya, tentang teknik-teknik, nuansa sentuhan, dan cara membuat seseorang s
Dante merasa simpati yang samar. Meskipun Sofia adalah agen, ia tidak bisa menampik bahwa Sofia tampak seperti seseorang yang juga terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang terlihat.Dante menghentikan ciumannya dengan anggun dan membuat Sofia tetap dalam pesona Dante, pikirannya berputar dengan cepat memikirkan langkah berikutnya. Alat penyadap itu kini menjadi kunci, bukan hanya untuk mengungkap Sofia sebagai agen, tetapi juga untuk menguak siapa sebenarnya yang menarik tali di balik layar.=====Sofia tidak ingin ciuman mereka berakhir. Saat mereka berdua terus berinteraksi, Nexus tak henti-hentinya mengirimkan data rinci ke otak Dante. "Analisis lanjutan terhadap perangkat penyadap sedang berlangsung," kata Nexus di dalam pikiran Dante, memberikan peringatan tanpa suara. Karena informasi atau Sofia yang semakin agresif, Dante merasakan detak jantungnya semakin cepat. Wajahnya tetap tenang, tak memperlihatkan apapun kepada Sofia. Tangan Dante menyelinap masuk ke dalam
Namun sekarang bukan waktunya untuk menikmati keindahan! Karena waktu terus berjalan. “20 menit lagi, Dante kau harus fokus!” Nexus mengingatkan. “Aku sudah tahu, dasar cerewet.” Sedetik kemudian Dante dengan sengaja menyentuh daun telinga Sofia dengan bibirnya, lalu meluncur turun dari telinga ke leher lalu berhenti di bawah tulang selangka, dimana terletak alat penyadap pertama. Prosesnya sedikit rumit karena kedua dada Sofia memiliki bentuk bulat sempurna. Dante berusaha menghindari kedua benda berbahaya itu, namun, sentuhan dan gesekan selalu terjadi. Sebagai pria normal, Dante berulang kali gagal fokus. Nexus yang selalu berteriak di dalam kepalanya. Suaranya seperti seorang pacar yang sedang cemburu, sangat berisik. Sentuhan bibir Dante menimbulkan sensasi tidak terduga untuk Sofia hingga membuatnya mendesah. Dan saat Dante menggigit alat penyadap yang tertanam di bawah kulit Sofia, gadis itu mengerang pelan. Setelah berhasil mengeluarkan alat penyadap pertama, bi
“Tuan tenang saja, bos besar menyuruhku untuk melayanimu, jadi… itu yang akan aku lakukan. Tuan cukup berbaring dengan manis dan menikmatinya.” Ucap Sofia dengan suara yang bisa membuat tubuh pria manapun yang mendengarnya menjadi jelly.“Tapi Nona…”Telunjuk Sofia menekan bibir Dante menahannya bicara. “Bos besar sedang menguping di balik pintu, jadi sebaiknya Tuan patuh.”“Nexi, apa itu benar?”“Benar. Lorenzo sudah berada di sana sejak sepuluh menit yang lalu. Sofia mengetahuinya mungkin karena melihat bayangan yang bergerak di bawah pintu.”“Tapi, bagaimana kau tahu jika Lorenzo yang berada disana? Kau hanya ingin membuatku takut.”“Menurutmu… siapa yang cukup punya nyali untuk menguping orang yang sedang bercinta, dan orang itu dipanggil ‘adik’ oleh bos besar? Selain bos besar itu sendiri. Para petugas, hanya tertarik pada uang, agar bisa bermain dengan wanita mereka sendiri.”“Analisa yang hebat.” Pikir Dante.“Bagaimana jika kita pura-pura saja, kau tidak ingin benar-benar mela
Suatu hari, Dante sedang menjalani tugas rutinnya di penjara, membersihkan lorong-lorong suram dan ruang-ruang kecil di sudut-sudut penjara yang jarang dilewati. Meskipun tampak seperti tahanan biasa yang menjalani hukuman, dia selalu waspada. Kecanggihan Nexus memberinya kemampuan untuk memantau setiap situasi dengan detail, dan dia sering memanfaatkan momen kerja bakti seperti ini untuk mendengarkan percakapan dan mempelajari gerak-gerik para tahanan lainnya.Saat sedang menyapu di salah satu lorong dekat ruang pertemuan yang biasanya kosong, Dante melihat beberapa orang yang dikenalnya sebagai orang-orang Lorenzo berkumpul di sudut yang sepi, tampak berbicara dengan serius. Mereka adalah Franco, Rico, dan Sergio, orang-orang kepercayaan Lorenzo yang biasanya menjalankan perintah dengan setia. Tapi hari itu, Dante merasakan ada sesuatu yang berbeda.Biasanya, mereka selalu bergerak bersama Lorenzo atau mengikuti perintah langsung darinya. Namun kali ini, mereka melakukan pertemuan
Dante tersenyum puas, tetapi rencananya belum selesai. Dia memiliki satu kartu lagi yang akan membuat rencana ini semakin sempurna. "Nexi, sekarang gunakan alat penyadap Sofia. Kirimkan informasi yang sama kepada organisasi intelijen yang mempekerjakannya," kata Dante. "Katakan bahwa Lorenzo terlibat dalam transaksi obat terlarang berskala besar. Buat mereka percaya bahwa ini adalah momen untuk menangkap dan menghancurkan organisasi Lorenzo." Nexus langsung mengaktifkan alat penyadap Sofia yang sekarang berada di tangan Dante. Informasi yang sama, transaksi besar Lorenzo, segera dikirimkan ke jaringan intelijen Sofia. Dengan ini, Dante berhasil membuat tiga kekuatan besar, Matteo dan dua organisasi intelijen, bergerak menuju satu tempat yang sama, masing-masing percaya bahwa mereka akan menggagalkan transaksi Lorenzo. “Informasi telah dikirimkan. Intelijen Sofia juga akan mengirimkan tim untuk menggagalkan transaksi ini,” lapor Nexus. Dante menunggu dengan sabar, yakin bahwa
Di dalam rumah sederhana namun terasa hangat itu, kakek Alfonso duduk di samping Lorenzo, tangannya yang tua dan berkeriput masih cekatan membalut luka Lorenzo menggunakan kain yang dicelupkan ke dalam ramuan herbal berwarna kehijauan. “Tuan, anda mengerti pengobatan?” Tanya Dante matanya tidak lepas dari berbagai ramuan yang di pegang Alfonso. Dia tidak bisa membiarkan orang yang baru mereka kenal memberikan sembarang obat pada Lorenzo.“Aku tahu sedikit.”Dante duduk di dekat perapian, memperhatikan dengan cemas setiap gerakan kakek. "Lukanya dalam," kata Alfonso tanpa menoleh. "Aku sudah melakukan usaha terbaik dengan memberikan ramuan obat yang aku buat sendiri. Sekarang semua tergantung padanya." Dante mengernyit. "Maksud Anda?"Alfonso menghela napas panjang, lalu menatap Dante dengan tatapan mata yang serius. "Kalau dia bisa melewati malam ini, dia akan selamat. Tapi kalau demamnya semakin parah…" Alfonso menggeleng pelan, tidak meneruskan kalimatnya, namun Dante mengerti
Air sungai membawa mereka menjauh dari musuh, tapi arus yang kuat membuat Lorenzo kesulitan menjaga kesadarannya. Luka di pinggangnya membuat tubuhnya semakin lemah, namun ia tetap berusaha berenang, menjaga agar Dante tetap di dekatnya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Dante dengan suara keras, mencoba melawan suara arus. "Jangan pikirkan aku," sahut Lorenzo sambil mengatur napas. "Kita harus keluar dari sini sebelum arus membawa kita terlalu jauh."Tiba-tiba saja terdapat pusaran air yang cukup kuat menyeret tubuh Lorenzo, dan tanpa ampun kepalanya membentur batu hingga tidak sadarkan diri.Dante berusaha sekuat tenaga menahan tubuh Lorenzo agar tidak tertelan pusaran air. Sambil berpegangan pada akar pohon yang menjuntai, dengan sisa tenaga, Dante berenang menuju tepian sungai, mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Malam mulai tiba, dan luka di kepala Lorenzo terlihat parah.***Dante memapah Lorenzo, satu tangannya melingkari tubuh Lorenzo yang lemah, sementara tangan lainny
“Kalian menjebak kami!” Teriak Dante kepada pimpinan kelompok pembeli.“Omong kosong! Kami bukan orang serendah itu!” Setelah berkata sebutir peluru dari sniper melubangi tengkoraknya membuatnya tersungkur di depan Dante.Peluru mulai berdesing di udara dari segala arah, menghantam dinding dan barang-barang di dalam gudang. Kelompok lain yang ikut dalam transaksi langsung jadi sasaran utama. Mereka tewas di tempat, satu per satu roboh tanpa sempat melawan. “Sepertinya tempat ini sudah terkepung,” ujar Dante. Dante dan Lorenzo langsung berlindung di balik kotak kayu dan karung besar bersama anak buahnya. "Kita harus keluar dari sini secepatnya jika tidak ingin mati konyol," ujar Lorenzo sambil memasang ekspresi serius. "Aku tahu," jawab Dante, mengambil senjata dan mulai membalas tembakan. Dengan bantuan Nexus yang memberi informasi tentang posisi musuh, Dante dan kelompoknya berhasil menciptakan celah untuk kabur. Mereka keluar dari gudang melalui pintu rahasia yang berada di l
Kesuksesan Alessandra dalam memperkenalkan dan memasarkan obat jenis baru tidak hanya membawa kekayaan bagi Serigala Malam, tetapi juga meningkatkan reputasi mereka.Semua tidak lepas dari peran Dante. Dan Alessandra memuji Dante di depan semua anggota.Hal itu membuat semua anggota semakin menghormati Dante, melihatnya sebagai pemimpin kedua setelah Alessandra. Gosip dengan cepat menyebar. Bahkan organisasi lain mulai memandang Dante dengan rasa kagum dan ketertarikan, berpikir betapa bagusnya jika jenius seperti Dante bergabung dengan mereka. Namun, tidak semua orang memuji Dante. Di La Fortezza, ada satu orang yang merasa terganggu oleh semua pencapaian Dante, Alejandro, kakek Alessandra. Alejandro duduk di balkon pribadinya bersama Jose, mengamati Alessandra dan Dante yang tengah bercanda mesra di taman bawah. Wajahnya yang biasanya angkuh kini terlihat semakin masam. Jose, yang berdiri di belakang Alejandro, memberanikan diri untuk bicara. "Tuan Alejandro, Anda sepertinya ter
Alessandra tampak terkejut, alisnya naik sedikit. "Kenapa kau tanyakan itu sekarang? Membuat mood-ku menjadi buruk," katanya kesal, melepaskan tangannya dari leher Dante dan menyilangkannya di dada. "Ketua, aku bertanya karena dia belum kembali sejak pulang dari Nepal," jawab Dante dengan singkat, pandangannya tajam. “Jadi kau juga akhirnya mengakui jika kalian pergi bersama ke luar negeri? Hebat sekali, aku menyuruhmu melakukan tugas, tapi kau malah asik bersenang-senang dengan seorang wanita,” ucap Alessandra, dan kali ini suaranya lebih keras dari biasanya.Dante melirik ke sekeliling dimana para pengawal berbaju hitam rapi berdiri, dengan satu isyarat darinya, mereka semua serentak berbalik dan memasang earphone di kedua telinga mereka.“Kami disana untuk melaksanakan tugas darimu…”“Kenapa harus dia? Aku bisa menemanimu.” Alessandra menghela nafas, lalu berenang mundur dengan elegan, menjaga jarak. "Kau tenang saja, gadis kecilmu masih bernafas. Kau beruntung, jika aku seperti
Breaking News siang itu, semua stasiun televisi nasional menyiarkan konferensi pers penting dari sebuah rumah sakit forensik terkemuka. Ruang konferensi di penuhi oleh wartawan dari berbagai media. Kamera terus bergerak mengambil gambar setiap sudut, dan suara klik kamera mendominasi suasana. Di podium utama, seorang juru bicara pemerintah berdiri dengan dokumen tebal di tangannya, siap memberikan pernyataan resmi yang baru saja mereka terima."Setelah melalui serangkaian tes DNA yang dilakukan secara teliti," kata juru bicara itu dengan suara penuh percaya diri, "tim kami dapat mengonfirmasi bahwa sisa-sisa tubuh yang ditemukan di mobil yang jatuh ke jurang adalah benar milik Lorenzo Sabatini, pemimpin organisasi kriminal Serigala Malam."Ruang konferensi langsung ramai, para wartawan berebut mengajukan pertanyaan. Nama Lorenzo yang selama ini dianggap sebagai bayangan gelap dalam dunia kejahatan kini kembali menjadi berita utama di seluruh negeri. "Apakah ini akhir dari Serigala Ma
Setelah kembali dari Nepal, Dante dan Sofia tiba di La Fortezza, markas besar organisasi. Begitu turun dari mobil, Sofia langsung disambut oleh beberapa anggota tim elite khusus, yang memintanya untuk menghadap Alessandra di ruang interogasi.Sofia menghela napas, melirik Dante sebelum pergi. "Kita bicara nanti," katanya dengan raut wajah tegang, mencoba tersenyum namun jelas terlihat gugup.Dante menatapnya sejenak, memberi anggukan kecil yang menenangkan. "Jangan khawatir. Kamu akan baik-baik saja, Ketua hanya ingin bertanya tentang kegiatanmu di luar selama ini." katanya pelan. Sebelumnya Nexus memberikan informasi tidak ada alat penyadap lain di tubuh Sofia, jadi Dante tidak merasa khawatir.Sofia melangkah pergi, dan Dante berbalik menuju area terlarang, tempat rahasia di La Fortezza yang disiapkan khusus untuk budidaya tanaman. Tempatnya bersebelahan dengan ladang jamur langka. Tidak sembarang orang yang dibolehkan masuk ke area terlarang. Itu sebabnya area terlarang memiliki si
Dante tersenyum kecil, “Berbohong padamu? Mana aku berani… nona intel yang terhormat.”Sofia duduk di pangkuan Dante, mengangkat alis, menatapnya dengan tatapan curiga. "Lalu… apa yang sebenarnya kau lakukan di sana? Kenapa kau mau mengambil resiko?”Dante tersenyum kecil, lalu mengangkat bahu seolah-olah itu bukan hal besar. "Aku hanya menjalankan tugas dari Alessandra. Aku tak menyangka tempat itu sudah kacau dan Esteban juga terluka, kami tidak bicara banyak sebelum akhirnya dia tewas.”Sofia tampak tak sepenuhnya yakin, tetapi berusaha menerima jawaban Dante. “Kami mendapat informasi tentang jamur yang digunakan sebagai bahan campuran obat terlarang. Namun semua terbakar habis, tidak ada bukti tersisa.”Dante menggeleng, menatap Sofia dengan tenang. "Sayang sekali."Sofia menghela napas. "Dante, kita bekerja sama," katanya sambil memandang Dante, ekspresi wajahnya mulai melunak. "Aku merasa punya hak untuk tahu segalanya. Kau berhutang padaku untuk apa yang telah kulakukan terakhi
Alessandra memandang serius matanya menunjukkan kekhawatiran. "Dante, apa yang sebenarnya terjadi? Kau bertemu Esteban dimana?"Dante menarik napas panjang, memutar ulang kejadian yang baru saja ia alami. "Aku bertemu Esteban," jawabnya pelan, menatap Alessandra. "Dia terluka parah dan meminta aku membawa koper ini untukmu. Tapi tak lama setelah itu, Matteo dan anak buahnya datang mengejar. Mereka ingin koper ini juga."Alessandra tampak terkejut, ekspresinya berubah menjadi muram. "Matteo... jadi dia menginginkan koper itu juga? Tapi kenapa sampai meledakkan tempat Esteban?"Dante menggeleng pelan, tak sepenuhnya yakin. Namun, di dalam pikirannya, Nexus mulai mengumpulkan informasi, menyaring data yang berhasil ia akses secara diam-diam."Dante," bisik Nexus di dalam benaknya, "ledakan dan pembakaran ini direncanakan oleh Vincent. Dia menginginkan jamur itu lebih dari Matteo. Vincent-lah yang berada di balik semua ini."Dante tersentak mendengar informasi itu, tapi ia berusaha tetap