Dante tersenyum puas, tetapi rencananya belum selesai. Dia memiliki satu kartu lagi yang akan membuat rencana ini semakin sempurna. "Nexi, sekarang gunakan alat penyadap Sofia. Kirimkan informasi yang sama kepada organisasi intelijen yang mempekerjakannya," kata Dante. "Katakan bahwa Lorenzo terlibat dalam transaksi obat terlarang berskala besar. Buat mereka percaya bahwa ini adalah momen untuk menangkap dan menghancurkan organisasi Lorenzo." Nexus langsung mengaktifkan alat penyadap Sofia yang sekarang berada di tangan Dante. Informasi yang sama, transaksi besar Lorenzo, segera dikirimkan ke jaringan intelijen Sofia. Dengan ini, Dante berhasil membuat tiga kekuatan besar, Matteo dan dua organisasi intelijen, bergerak menuju satu tempat yang sama, masing-masing percaya bahwa mereka akan menggagalkan transaksi Lorenzo. “Informasi telah dikirimkan. Intelijen Sofia juga akan mengirimkan tim untuk menggagalkan transaksi ini,” lapor Nexus. Dante menunggu dengan sabar, yakin bahwa
"Kita tidak bisa membiarkan Marco berhasil," gumam Dante. "Aku harus mempersiapkan segala sesuatu untuk menangkapnya."Dengan cepat, Dante bergerak menuju area dimana Sergio biasa beraktivitas di dalam penjara. Nexus telah memetakan jalur Marco, dan Dante dengan sangat tepat, tahu kapan dan dimana Marco akan menyerang. Ketika dia tiba di tempat yang sepi di salah satu koridor gelap, Dante melihat Marco tengah mengintai Sergio, yang tampak sendirian dan tidak menyadari bahaya yang mengintai.“Dante, Marco tidak datang sendirian.”Dante mempercepat langkahnya, menunggu momen yang tepat. Ketika Marco akhirnya bergerak untuk menyerang, Dante bertindak cepat, dengan gerakan bela diri yang dipelajari dari Nexus, Dante menahan Marco dan berusaha menghalangi orang yang bersama Marco, namun Dante kalah cepat, orang itu berhasil menikam Sergio."Apa yang kau lakukan, Dante?" Marco berteriak saat Dante mendorongnya ke dinding. "Jangan ikut campur! ini bukan urusanmu!""Ini lebih dari sekadar ur
“Nexi, ada yang menarik hari ini?” tanya Dante dalam benaknya, memastikan bahwa Nexus terus mengawasi segala pergerakan yang terjadi di sekitarnya."Tentu, Dante. Ada pertemuan rahasia yang sedang berlangsung. Lorenzo sedang membicarakan Matteo yang ingin melakukan kudeta untuk menggulingkan Lorenzo dan mengambil alih kendali organisasi,” balas Nexus.Berkat kemampuan Nexus yang dapat menangkap sinyal dan frekuensi dari jarak jauh, Dante bisa mendengar setiap kata yang diucapkan Lorenzo dan anak buahnya. seolah-olah dia sedang berada di ruangan yang sama dengan mereka."Lanjutkan, Nexi. Aku ingin tahu lebih banyak," kata Dante sambil melanjutkan tugasnya dengan santai dan tidak menarik perhatian. Matanya tampak fokus pada lantai yang sedang dibersihkannya, tetapi pikirannya sepenuhnya berada di ruang pertemuan Lorenzo.Nexus mengaktifkan mode pengawasan tingkat lanjut, menangkap suara-suara dari ruang pertemuan, bahkan nada-nada halus yang biasanya tak terdengar oleh telinga manusia
Lorenzo yang tak kenal takut dan penuh ambisi, selalu memiliki rencana besar. Meskipun dia berkuasa di dalam penjara, hidup sebagai tahanan bukanlah sesuatu yang bisa diterimanya selamanya. Dia ingin melarikan diri dari penjara.Lorenzo merencanakan pelarian yang sangat berani bersama beberapa orang kepercayaannya, dan hanya sedikit yang tahu tentang rencana ini. Tentu saja Dante sebuah pengecualian. Dia mengetahui semuanya.Berkat Nexus, Dante selalu bisa mendengarkan percakapan tersembunyi dan mengetahui setiap langkah yang direncanakan oleh orang-orang di sekitarnya. Suatu malam, penjara tampak sepi, Lorenzo memanggil beberapa orang kepercayaannya ke sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di bawah penjara. Dante, sedang berbaring santai di selnya, tiba-tiba mendengar suara Nexus.“Dante, Lorenzo baru saja memulai pertemuan rahasia. Dia merencanakan sesuatu yang besar,” kata Nexus dengan nada datar namun tegas."Aku ingin mendengar detailnya,""Baik, aku sedang memantau setiap ka
Dante memandangi Lorenzo sejenak, lalu mengangguk mantap. "Baik. Aku ikut. Tapi kau tahu bahwa begitu kita keluar, tidak ada jalan kembali. Kita harus bergerak cepat dan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."Lorenzo menepuk bahu Dante. "Itulah mengapa aku butuh kau, Dante. Aku butuh orang yang bisa diandalkan, yang bisa berpikir cepat dan bertindak tanpa keraguan. Bersiaplah, malam ini kita mulai."Dante mengangguk lagi. "Aku siap."***Malam itu, suasana di Penjara Sentinel Kratos sangat mencekam. Laut di luar penjara bergejolak, dan angin kencang menambah dinginnya udara. Lorenzo dan Dante, bersama tim pelarian yang sudah disiapkan oleh Lorenzo, mulai menjalankan rencana yang telah direncanakan dengan cermat. Ini adalah malam yang telah mereka tunggu-tunggu, kesempatan untuk melarikan diri dari salah satu penjara dengan keamanan tertinggi di dunia.Sebuah tantangan yang memicu adrenalin.Dante, dengan Nexus yang terus memantau segala sesuatu di sekelilingnya, merasakan jan
Dante tahu bahwa melarikan diri dari Penjara Sentinel Kratos, bukan hanya tentang mengatasi pengamanan fisik, tetapi juga mengalahkan kecerdasan buatan (AI) yang menjaga penjara itu dengan ketat. Dibantu Nexus, Dante harus menghadapi tiga tantangan utama: AI keamanan canggih, tembok listrik bertegangan tinggi, dan pengawasan penuh di pusat kontrol.Penjara Sentinel Kratos dilengkapi dengan AI keamanan yang sangat maju, memonitor setiap sudut penjara melalui CCTV dan sensor gerak. AI ini dilatih untuk mendeteksi pola perilaku mencurigakan dan segera mengirimkan peringatan ke pusat kontrol bila ada ancaman atau aktivitas abnormal.Dante tahu bahwa gerakan sekecil apa pun di area terpantau bisa menimbulkan kecurigaan. Namun, dengan Nexus yang jauh lebih super canggih bersamanya, semua rintangan terasa mudah."Nexi, apa kau bisa mengelabui saudara AI kamu ini?" Dante berbisik sambil mengamati salah satu kamera CCTV yang memutar di dekatnya."AI keamanan di penjara ini memantau perilaku n
“Dante, dinding hidrolik yang memisahkan blok ini dari tambang dilengkapi dengan sensor otomatis yang akan menurunkan dinding jika ada tanda-tanda pergerakan yang dianggap mencurigakan oleh sistem," kata Nexus.Dante segera memikirkan cara terbaik untuk mengatasinya. Jika dinding hidrolik turun, mereka akan terjebak dan tidak akan bisa melewati jalur utama yang menghubungkan blok ke tambang."Nexi, bisakah kau mengontrol sistem hidrolik dari jarak jauh?" tanya Dante dengan serius."Sistem hidrolik ini terhubung langsung dengan pusat kontrol, tetapi aku bisa mencoba meretas jaringan kontrol lokalnya. Waktu kita terbatas karena begitu ada gangguan dalam sistem, pusat kontrol akan menerima peringatan," jawab Nexus.Dante mengangguk, siap untuk bergerak. "Lakukan sekarang."Nexus mulai bekerja, meretas jaringan hidrolik yang mengontrol dinding-dinding tersebut. Dante merasakan ketegangan saat ia dan Lorenzo berjalan mendekati titik kritis, tempat dinding hidrolik biasanya diturunkan dala
Dengan sensor gerakan yang dinonaktifkan, Dante menggunakan alat dari Nexus untuk memproyeksikan medan magnet kecil yang memungkinkan mereka menempel di dinding dan memanjatnya dengan cepat tanpa terdeteksi. “Kak Enzo, aku akan naik terlebih dahulu, tolong perhatikan dimana aku letakkan tangan dan kakiku. Kau harus menempelkan tangan dan kakimu di tempat yang sama.”“Aku mengerti.” Walau sedikit bingung, tapi seperti sebelumnya Lorenzo tidak punya pilihan selain mengikuti saran Dante. Lagipula mereka tidak punya banyak waktu untuk bertanya dan mengobrol.Permukaan dinding yang licin menjadi tidak masalah dengan bantuan Nexus, dan mereka berhasil mencapai puncak dinding dalam waktu singkat.Setelah mencapai puncak, mereka harus bergerak turun dengan cepat sebelum sensor gerakan mulai diaktifkan kembali."Sensor akan kembali aktif dalam beberapa detik. Segera turun," kata Nexus.Dante dan Lorenzo segera turun dari sisi lain dinding dengan hati-hati, memastikan mereka tidak meninggalkan
Air sungai membawa mereka menjauh dari musuh, tapi arus yang kuat membuat Lorenzo kesulitan menjaga kesadarannya. Luka di pinggangnya membuat tubuhnya semakin lemah, namun ia tetap berusaha berenang, menjaga agar Dante tetap di dekatnya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Dante dengan suara keras, mencoba melawan suara arus. "Jangan pikirkan aku," sahut Lorenzo sambil mengatur napas. "Kita harus keluar dari sini sebelum arus membawa kita terlalu jauh."Tiba-tiba saja terdapat pusaran air yang cukup kuat menyeret tubuh Lorenzo, dan tanpa ampun kepalanya membentur batu hingga tidak sadarkan diri.Dante berusaha sekuat tenaga menahan tubuh Lorenzo agar tidak tertelan pusaran air. Sambil berpegangan pada akar pohon yang menjuntai, dengan sisa tenaga, Dante berenang menuju tepian sungai, mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Malam mulai tiba, dan luka di kepala Lorenzo terlihat parah.***Dante memapah Lorenzo, satu tangannya melingkari tubuh Lorenzo yang lemah, sementara tangan lainny
“Kalian menjebak kami!” Teriak Dante kepada pimpinan kelompok pembeli.“Omong kosong! Kami bukan orang serendah itu!” Setelah berkata sebutir peluru dari sniper melubangi tengkoraknya membuatnya tersungkur di depan Dante.Peluru mulai berdesing di udara dari segala arah, menghantam dinding dan barang-barang di dalam gudang. Kelompok lain yang ikut dalam transaksi langsung jadi sasaran utama. Mereka tewas di tempat, satu per satu roboh tanpa sempat melawan. “Sepertinya tempat ini sudah terkepung,” ujar Dante. Dante dan Lorenzo langsung berlindung di balik kotak kayu dan karung besar bersama anak buahnya. "Kita harus keluar dari sini secepatnya jika tidak ingin mati konyol," ujar Lorenzo sambil memasang ekspresi serius. "Aku tahu," jawab Dante, mengambil senjata dan mulai membalas tembakan. Dengan bantuan Nexus yang memberi informasi tentang posisi musuh, Dante dan kelompoknya berhasil menciptakan celah untuk kabur. Mereka keluar dari gudang melalui pintu rahasia yang berada di l
Kesuksesan Alessandra dalam memperkenalkan dan memasarkan obat jenis baru tidak hanya membawa kekayaan bagi Serigala Malam, tetapi juga meningkatkan reputasi mereka.Semua tidak lepas dari peran Dante. Dan Alessandra memuji Dante di depan semua anggota.Hal itu membuat semua anggota semakin menghormati Dante, melihatnya sebagai pemimpin kedua setelah Alessandra. Gosip dengan cepat menyebar. Bahkan organisasi lain mulai memandang Dante dengan rasa kagum dan ketertarikan, berpikir betapa bagusnya jika jenius seperti Dante bergabung dengan mereka. Namun, tidak semua orang memuji Dante. Di La Fortezza, ada satu orang yang merasa terganggu oleh semua pencapaian Dante, Alejandro, kakek Alessandra. Alejandro duduk di balkon pribadinya bersama Jose, mengamati Alessandra dan Dante yang tengah bercanda mesra di taman bawah. Wajahnya yang biasanya angkuh kini terlihat semakin masam. Jose, yang berdiri di belakang Alejandro, memberanikan diri untuk bicara. "Tuan Alejandro, Anda sepertinya ter
Alessandra tampak terkejut, alisnya naik sedikit. "Kenapa kau tanyakan itu sekarang? Membuat mood-ku menjadi buruk," katanya kesal, melepaskan tangannya dari leher Dante dan menyilangkannya di dada. "Ketua, aku bertanya karena dia belum kembali sejak pulang dari Nepal," jawab Dante dengan singkat, pandangannya tajam. “Jadi kau juga akhirnya mengakui jika kalian pergi bersama ke luar negeri? Hebat sekali, aku menyuruhmu melakukan tugas, tapi kau malah asik bersenang-senang dengan seorang wanita,” ucap Alessandra, dan kali ini suaranya lebih keras dari biasanya.Dante melirik ke sekeliling dimana para pengawal berbaju hitam rapi berdiri, dengan satu isyarat darinya, mereka semua serentak berbalik dan memasang earphone di kedua telinga mereka.“Kami disana untuk melaksanakan tugas darimu…”“Kenapa harus dia? Aku bisa menemanimu.” Alessandra menghela nafas, lalu berenang mundur dengan elegan, menjaga jarak. "Kau tenang saja, gadis kecilmu masih bernafas. Kau beruntung, jika aku seperti
Breaking News siang itu, semua stasiun televisi nasional menyiarkan konferensi pers penting dari sebuah rumah sakit forensik terkemuka. Ruang konferensi di penuhi oleh wartawan dari berbagai media. Kamera terus bergerak mengambil gambar setiap sudut, dan suara klik kamera mendominasi suasana. Di podium utama, seorang juru bicara pemerintah berdiri dengan dokumen tebal di tangannya, siap memberikan pernyataan resmi yang baru saja mereka terima."Setelah melalui serangkaian tes DNA yang dilakukan secara teliti," kata juru bicara itu dengan suara penuh percaya diri, "tim kami dapat mengonfirmasi bahwa sisa-sisa tubuh yang ditemukan di mobil yang jatuh ke jurang adalah benar milik Lorenzo Sabatini, pemimpin organisasi kriminal Serigala Malam."Ruang konferensi langsung ramai, para wartawan berebut mengajukan pertanyaan. Nama Lorenzo yang selama ini dianggap sebagai bayangan gelap dalam dunia kejahatan kini kembali menjadi berita utama di seluruh negeri. "Apakah ini akhir dari Serigala Ma
Setelah kembali dari Nepal, Dante dan Sofia tiba di La Fortezza, markas besar organisasi. Begitu turun dari mobil, Sofia langsung disambut oleh beberapa anggota tim elite khusus, yang memintanya untuk menghadap Alessandra di ruang interogasi.Sofia menghela napas, melirik Dante sebelum pergi. "Kita bicara nanti," katanya dengan raut wajah tegang, mencoba tersenyum namun jelas terlihat gugup.Dante menatapnya sejenak, memberi anggukan kecil yang menenangkan. "Jangan khawatir. Kamu akan baik-baik saja, Ketua hanya ingin bertanya tentang kegiatanmu di luar selama ini." katanya pelan. Sebelumnya Nexus memberikan informasi tidak ada alat penyadap lain di tubuh Sofia, jadi Dante tidak merasa khawatir.Sofia melangkah pergi, dan Dante berbalik menuju area terlarang, tempat rahasia di La Fortezza yang disiapkan khusus untuk budidaya tanaman. Tempatnya bersebelahan dengan ladang jamur langka. Tidak sembarang orang yang dibolehkan masuk ke area terlarang. Itu sebabnya area terlarang memiliki si
Dante tersenyum kecil, “Berbohong padamu? Mana aku berani… nona intel yang terhormat.”Sofia duduk di pangkuan Dante, mengangkat alis, menatapnya dengan tatapan curiga. "Lalu… apa yang sebenarnya kau lakukan di sana? Kenapa kau mau mengambil resiko?”Dante tersenyum kecil, lalu mengangkat bahu seolah-olah itu bukan hal besar. "Aku hanya menjalankan tugas dari Alessandra. Aku tak menyangka tempat itu sudah kacau dan Esteban juga terluka, kami tidak bicara banyak sebelum akhirnya dia tewas.”Sofia tampak tak sepenuhnya yakin, tetapi berusaha menerima jawaban Dante. “Kami mendapat informasi tentang jamur yang digunakan sebagai bahan campuran obat terlarang. Namun semua terbakar habis, tidak ada bukti tersisa.”Dante menggeleng, menatap Sofia dengan tenang. "Sayang sekali."Sofia menghela napas. "Dante, kita bekerja sama," katanya sambil memandang Dante, ekspresi wajahnya mulai melunak. "Aku merasa punya hak untuk tahu segalanya. Kau berhutang padaku untuk apa yang telah kulakukan terakhi
Alessandra memandang serius matanya menunjukkan kekhawatiran. "Dante, apa yang sebenarnya terjadi? Kau bertemu Esteban dimana?"Dante menarik napas panjang, memutar ulang kejadian yang baru saja ia alami. "Aku bertemu Esteban," jawabnya pelan, menatap Alessandra. "Dia terluka parah dan meminta aku membawa koper ini untukmu. Tapi tak lama setelah itu, Matteo dan anak buahnya datang mengejar. Mereka ingin koper ini juga."Alessandra tampak terkejut, ekspresinya berubah menjadi muram. "Matteo... jadi dia menginginkan koper itu juga? Tapi kenapa sampai meledakkan tempat Esteban?"Dante menggeleng pelan, tak sepenuhnya yakin. Namun, di dalam pikirannya, Nexus mulai mengumpulkan informasi, menyaring data yang berhasil ia akses secara diam-diam."Dante," bisik Nexus di dalam benaknya, "ledakan dan pembakaran ini direncanakan oleh Vincent. Dia menginginkan jamur itu lebih dari Matteo. Vincent-lah yang berada di balik semua ini."Dante tersentak mendengar informasi itu, tapi ia berusaha tetap
Dante menatap Alejandro, "Tuan Alejandro, apa yang anda lakukan?”Alejandro terdiam, menatap Jose yang terbaring di tanah dengan lengan penuh darah.Dengan jalan terhuyung yang disengaja, Dante berjalan pergi, meninggalkan Alejandro dalam kebingungan. ***Pagi itu, Alessandra tergesa-gesa memasuki kamar Dante, langsung menarik selimut Dante dengan cepat, membuatnya terbangun dari tidurnya yang lelap. "Dante, bangun! Ini penting!" Serunya sambil menggoyangkan bahu Dante dengan sedikit panik.Dante mengerjap-ngerjapkan mata, masih dalam keadaan setengah sadar. "Ada apa, Alessandra?" Tanyanya dengan suara berat, sambil memeluk bantalnya kembali."Esteban menelepon," jawab Alessandra cepat. "Dia meminta aku mengirim seseorang yang aku percayai untuk bertemu dengannya. Dia tidak bilang apa-apa, tapi suaranya terdengar tergesa-gesa dan khawatir." Tatapannya serius.Dante langsung terbangun. "Baiklah, aku akan pergi sekarang juga," jawabnya sambil segera bangkit dari tempat tidur dan mulai