Home / Pendekar / Jagat Kelana / 94. Galasbumi

Share

94. Galasbumi

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-06-18 22:47:23

Seorang pria tua dengan jubah putih kumal masih terikat rantai besi. Pria itu perlahan mulai membuka kedua matanya dan menatap pada asal suara.

"Dirja, apakah itu kamu, Le?" tanya pria itu.

"Benar, ini Dirja, Tuan. Anak pria kecil yang dulu Anda tolong," jawab Dirja.

"Suaramu sudah berbeda menandakan bahwa kamu tumbuh besar sekarang, bagaimana kabar keluarga kamu, Le?"

Dirja adalah sosok anak kecil yang kedua orang tuanya sempat dijatuhi hukuman pancung karena membela Galasbumi. Namun, akhirnya kedua terbebas dan Galasbumi dihukum penjara bawah tanah.

"Berkat kesaksian palsu Anda seluruh kelurga kami bebas, Penasehat Galasbumi," jawab Dirja.

"Lupakan pangkat tersebut. Yang utama adalah kabar keluarga dan calon penerus itu. Bagaimana?" tanya Galasbumi.

Dirja merogoh saku celananya lalu menyerahkan pada Galasbumi. Pria tua itu menerima dan meraba apa yang telah diberi pemuda tersebut. Kedua matanya seketika membuka sempurna.

"Ini, apakah benar?"

"Maaf, Ki Galas, ada apa dengan k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jagat Kelana   95. Memulihkan Tenaga

    Sepeninggal Gayatri, Galasbumi hanya menghela napas panjang. Setiap hari pria tua itu hanya diam menata jalan napasnya. Cukup lama dia mendekam di sana bersama udara lembab dan pengap. Namun, tidak sedikitpun semangatnya putus Meskipun sesekali pada malam hari mantan istrinya berkunjung dia tetap tidak mau berpihak pada yang salah. Selama ini hatinya berkata bahwa masih ada lentera terang yang akan melawan kebatilan dan keserakahan. "Kau telah salah langkah, Gayatri. Sepertinya setiap kedatanganmu pun sudah membawa kabar terbaru bagiku, sayang semua itu tidak kau sadari," gumam Galasbumi. Perlahan pria tua itu merangkak menuju tempat yang sedikit lebih kering, di sana dia segera duduk sila dan mulai menata ulang jalan napasnya. Pelan-pelan dia mulai memejamkan mata dan konsentrasi untuk satu titik. Galasbumi mulai membuka kembali satu per satu segel yang dia buat sendiri. Selama ini dia tidak bodoh, sengaja semua kekuatannya disegel sendiri agar tidak terendus oleh beberapa pungga

    Last Updated : 2024-06-19
  • Jagat Kelana   96. Hutan Larangan

    Kembali di mana Jagat berada. Sejak ditinggal pergi Akshita tanpa kabar, Jagat kembali berkelana tak tentu arah. Langkah kakinya hanya mengikuti arah angin. Kini dia berdiri di tepian hutan larangan, yang mana hutan itu telah me jadi kekuasaan Kerajaan Bumi Seloka. Tidak boleh ada yang masuki hutan tersebut apapun alasannya. Akan tetapi karena larangan tersebut membuat hati Jagat bergetar hebat begitu tapak kaki kanannya mulai menginjak tanah hutan. Nalurinya mengabarkan bahwa dia harus masuki hutan tersebut apapun halangannya. "Apakah kamu yakin, Pangeran?" tanya Ki Cadek. "Iya, jiwaku seakan membawaku untuk masuki lebih dalam hutan ini. Seperti ajaran yang telah Aki beri, kata hati lebih utama daripada pola pikir."Jagat pun melangkah masuki hutan dengan kewaspadaan yang cukup tinggi. Terlihat kedua bola matanya menyipit kala dilihatnya sekelebat bayangan wanita cantik berkemben cokelat dengan rambut tergerai panjang. "Hai, tunggu!" teriak Jagat lantang. Bayangan itu menghilang

    Last Updated : 2024-06-21
  • Jagat Kelana   97. Merebut Kujang

    Pria itu diam menatap pada tangan kanan Jagat yang memegang kujang tanpa tiga permata paling ujung. Jagat mengikuti arah pandang pria tersebut, bibirnya tersenyum."Ternyata tidak hanya kaum muda yang inginkan kujang ini, melainkan yang tua pun juga masih inginkan senjata ini," kata Jagat."Aku hanya ingin amankan senjata tersebut dari tangan yang tidak berhak saja, tidak lebih," jawab pria tersebut."Tidak berhak? Tahu darimana Anda jika saya tidak berhak tas senjata ini?" Hening, pria tua itu tidak menjawab tanya Jagat membuat pemuda tersebut memindai sosok tua yang ada di hadapannya, "Atau jangan-jangan justru Anda lah yang berbohong atas identitas diri."Terdengar tawa terbahak yang menggetarkan tanah sekitar yang dipijak oleh Jagat. Bahkan kujang yang dipegangnya pun terasa ikut bergetar. Hal ini membuat Jagat paham akan tenaga dalam yang dimiliki oleh pria tua. Segera pemuda itu menutup beberapa jalan darah utama yang mungkin dapat diserang oleh pria tersebut. Tanpa disadari l

    Last Updated : 2024-06-22
  • Jagat Kelana   98. Menyerang Dengan Tenaga Dalam

    Tawa menggelegar kembali terdengar membuat Jagat seketika menutup kedua telinganya. Pemuda itu paham akan suara tawa pria tersebut. "Ternyata benar adanya info yang aku peroleh selama ini, bahwa pemuda yang dulu hanya pecundang kini telah berkembang pesat menjadi pendekar pilih tanding. Namun, sayangnya jiwanya sudah cacat mental," ejek pria tersebut. Jagat terdiam, otaknya mencerna lagi apa yang dikatakan oleh Sanggabumi. Tiba-tiba ingatannya kembali pada wanita yang dulu pernah dan masih mengisi relung hati terdalam. "Walau bagaimanapun wanita itu adalah putrimu sendiri, Begawan. Apakah ini yang kau maksud dengan tanggung jawab semu?" tanya Jagat. "Semua ada tujuannya, Jagat. Tetapi nyawamu yang harusnya sirna, bukan putriku. Bangsat!" umpat Sanggabumi. Usai mengumpat pria itu segera melesat dengan kekuatan penuh menerjang tubuh Jagat dengan tusukan pedang. Jagat segera menangkis setiap serangan pedang yang menusuk di beberapa organ tubuh dengan kujangnya. Begitu pedang itu ma

    Last Updated : 2024-06-22
  • Jagat Kelana   99. Nyawa Di Ujung Tanduk

    Tombak beracun milik Sanggabumi meluncur deras menuju ke jantung Jagat. Namun, tiba-tiba angin bertiup kencang hingga membelokkan arah tombak dan menembus ke pohon pisang. "Sialan, kau! Bangsat," umpat Sanggabumi. Kemudian dia melesat menyerang kembali di saat Jagat masih duduk sila dengan mata terpejam. Sanggabumi menyerang dengan ujung tombaknya, tetapi anehnya setiap serangannya selalu mental bahkan terasa kesemutan pada setiap ujung jarinya. Akhirnya tombak itu dilenyapkan dengan cara melempar ke udara. Lalu dia menyerang Jagat dengan menggunakan ajian pukulan pemecah batu. Sanggabumi mulai memfokuskan sumber daya yang tersisa pada kepalan tangan kanannya. Angin bertiup lebih kencang menerbangkan jubah putih milik begawan. Kemudian dengan segala kekuatan yang tersisa, Begawan Sanggabumi melontarkan pukulan pemecah batu yang baru saja dia kuasai beberapa purnama lalu. Jagat yang bisa merasakan deru angin yang berbeda pun merentangkan kedua lengannya lalu bergerak naik turun un

    Last Updated : 2024-06-24
  • Jagat Kelana   100. Pusat Kota

    "Paman, nasi uduk satu porsi dengan ikan bakar tanpa sambel!" pesan Jagat di kedai makan. "Hai, bukankah kamu yang empat hari lalu datang bersama wanita muda? Lalu dimana dia?" tanya pemilik kedai. Jagat terhenyak kaget, dia tidak menyangka masih ada orang yang mengenalinya meskipun tampilannya sudah sedikit dirubah sebelum masuki kotaraja. Jagat mengulum senyum dan berkata, "Dia sudah pergi, Paman. Ada urusan yang harus dikerjakannya."Pemilik kedai yang biasa dipanggil dengan Ki Jayadi itu menganggukkan kepalanya beberapa kali tanda dia mengerti. Lalu disodorkan baki berisi pesanan, Jagat menerima baki tersebut dan berbalik badan lalu pandangannya beredar untuk mencari tempat kosong. Sebuah tangan melambai ke arahnya dan meminta Jagat agar duduk di bangku kosong tepat di depannya. Melihat arah tunjuk orang itu seketika senyum Jagat mengembang dan kakinya melangkah menuju ke sana. "Terima kasih, Ni," ucap Jagat lirih. Ternyata yang melambaikan tangan adalah seorang wanita denga

    Last Updated : 2024-06-25
  • Jagat Kelana   101. Hukum Pancung

    Tambun menatap pada sosok Jagat. Terlihat di matanya bahwa pemuda itu seakan bukan pria sembarangan hingga kedua matanya mengerjab berulang kali. Dalam pandangannya Jagat memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. "Bisakah kamu bebaskan wanita di sana itu, Ki Sanak?" tanya tambun yang tidak memedulikan tanya Jagat. "Tetapi apa manfaat buatku, Paman? Aku hanya inginkan identitas ketiga pemuda di sana," balas Jagat. Tambun menyipit menatap lebih tajam dan jauh pada panggung yang terlihat tiga sosok pemuda. Lalu dia memalingkan wajahnya memandang wajah tampan Jagat, kemudian berpaling pada wanita yang dirantai di bawah tiang. "Sama," gumam pria tambun. "Di sana adalah Pangeran Abimana beserta dua pengawal baru pengganti Pangeran Kurubumi dan Jantaka, Ki Sanak," jawab pria tambun lagi. "Mengapa keduanya diganti, Paman?" tanya Jagat lagi. "Kabarnya keduanya sedang mengemban tugas ke wilayah barat, di sana terjadi keributan pengambil alihan kekuasaan," papar pria tambun. Jagat mengerutk

    Last Updated : 2024-06-26
  • Jagat Kelana   102. Terselamatkan

    Seberkas cahaya perak meluncur dengan kecepatan akurat menuju ke tubuh Zavia. Tangan kekar meraih pinggang wanita itu dan langsung dibawa pergi hanya meninggalkan derai tawa kepuasan Zavia. Samar terdengar suara lembut wanita itu menyapa cuping Albara. "Tunggu kehancuranmu, Albara!"Mendengar kalimat seketika Albara melontarkan perintah pada Banyubiru untuk mengejar sinar tersebut. Tanpa menunggu lebih jauh lagi, sosok pendekar wanita bercadar merah melesat mengejar sinar perak yang berlari ke arah hutan belantara di sisi timur bangunan utama istana kerajaan Bumi Seloka. Terlihat kejar-kejaran dua sinar yang berbeda yang hanya terlihat secara mata rakyat biasa. Sementara di lapangan balai kota banyak teriakan kepuasan mengenai hilangnya tubuh ratu mereka. Selama ini mereka tersiksa secara lahir dan batin dalam pemerintahan Albara. Raja yang memaksa lengsernya penguasa terdahulu dengan segala cara bahkan mengunakan cara terlicik menyerang dari belakang dengan melempar segala futnah

    Last Updated : 2024-06-27

Latest chapter

  • Jagat Kelana   226. S2

    Sinar biru keemasan melesat membungkus tubuh tua Ki Cadek. Tanpa permisi, Jagat Kelana melempar tubuh tua itu kembali ke alamnya. Mau tidak mau Ki Cadek mengikuti semua perintah pemiliknya, dia terbang menuju ke alamnya. Setelah kepergian Ki Cadek tubuh Jagat tiba-tiba terasa lemas, tulang sendinya seakan tidak mampu menopang. Bahunya naik turun hingga terdengar isak tangis lirih. 'Maafkan aku, Ki. Ini yang terbaik untukmu setelah pertempuran dengan Pasopati,' kata Jagat tak mampu bersuara. Raja muda Singgalang terlihat begitu terluka secara fisik dan rohani. Baru saja dia berpisah dengan istri tercinta kini sebuah keputusan harus diambil dengan paksa. Cukup lama Jagat tertunduk dengan kedua telapak tangannya menyentuh tanah. Perlahan ada aliran hangat menjalar memasuki lengan. Hal itu tidak dipedulikan oleh Jagat. Dia justru makin menunduk hingga dahinya menyentuh tanah. Jagat bersujud. 'Jangan tinggalkan aku, Hyang Widi Agung!'Samar terdengar langkah pelan dan lembut mendekati

  • Jagat Kelana   225. S2

    Usai mengaku kalah, Panglima Pasopati berjalan tertatih dengan menarik pedangnya. Wajahnya tertekuk dalam. Dia tidak berani menatap bulan yang sedang bersinar malu. Angin malam menembus tulang, tetapi Jagat masih berdiri tegak menatap kepergian Panglima Galunggung. Ada sedih yang membayang di wajah raja muda itu, tetapi tidak semua orang bisa tahu apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya. Akshita berjalan mendekati suaminya, dia memeluk pinggang Jagat dari belakang dengan kepala bersandar pada punggungnya. "Sebaiknya kita jalani di dunia yang berbeda, Kang!"Mendengar bisikan istrinya, Jagat segera berbalik badan. Dia menangkap wajah kekasihnya, "jika aku merindukanmu, bagaimana?""Bukanlah Kakang bisa masuk ke duniaku meskipun tanpa portal?" tanya Akshita lembut. Jagat masih menangkap wajah ayu istrinya tanpa berkedip. Hal ini membuat Akshita menjadi salah tingkah. "Kang...." Tatapan Jagat mulai berkabut, napasnya terdengar berat tetapi dia masih enggan untuk mengeluarkan suara.

  • Jagat Kelana   224. S2

    Jagat segera berdiri dan menatap pada Panglima itu, dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Apalagi saat ini sudah ada kekasihnya yang berdiri di samping kanan sambil memeluknya. "Apa kabar, Tuan Pasopati?" Suara lembut Akshita memecah keheningan malam. Suara yang mampu membuat Pasopati berhenti bernapas untuk sesaat. Dia terkejut melihat sosok wanita itu hingga jantungnya sempat berhenti. 'Tidak mungkin.'Pasopati masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang dulu begitu membuatnya gila kini telah berdiri di sisi Jagat. "Rupanya apa yang aku dengar bukan kabar angin. Ini kenyataannyakah, Nyai?" tanya Pasopati dengan nada bergetar. Hatinya melesat, emosinya seketika berhenti. Sungguh dia tidak mengerti bagaimana wanitanya kini memeluk mesra lengan musuhnya. "Iya, seperti ini hidup, Pasopati. Apakah kamu menyesal?""Buat apa menyesali atas hubungan dengamu, Jalang. Sekali jalang selamanya tetap, Jalang!"Mendengar satu kata yang sudah biasa didengarnya tidak memb

  • Jagat Kelana   223. S2

    Sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh Jagat, Panglima Pasopati menyiapkan kedua telapak tangannya yang dipenuhi dengan sinar merah. Gagang pedang itu digenggam erat, lalu diangkat tinggi. "Kali ini nyawamu tidak akan selamat, Jagat!" Pasopati melompat tinggi, kedua kakinya berjalan di udara dengan ujung pedang terhunus ke depan. Jagat masih diam dengan kujangnya di tangan. Pada ujung kujang itu muncul sinar perak dan dua permatanya keluar dari lubang. Angin malam bertiup makin kencang membuat jubah Jagat beterbangan, tetapi tidak membuat fokus raja itu terputus. "Rasakan jurus terbaruku, pedang pendek penghancur raga!" teriak Pasopati. Bersamaan itu, pedang panjangnya pun terayun dengan sasaran lengan kiri Jagat. Melihat gerakan itu membuat Jagat melakukan tubuhnya ke samping menghadap datangnya pedang. Kedua jarinya menjepit ujung pedang dan menggerakkan ke belakang. Akibat gerakan itu pedang milik Pasopati pun patah di ujungnya. Seketika kedua mata Panglima itu

  • Jagat Kelana   222. S2.

    Kedua pemimpin sudah saling berhadapan. Jagat masih berdiri tegak dengan tatapan dingin, sementara Panglima Pasopati berdiri dengan senyum samar. Keduanya dalam mode tenaga full dengan senjata masing-masing. Pasopati menggenggam pedang panjang dengan gerigi bak gergaji yang tajam. Jagat hanya memegang kujangnya dengan sembilan permata. "Apa sebenarnya hingga seorang Panglima datang ke tanah milikku?""Aku inginkan nyawamu, Jagat Kelana!""Bukankah kamu baru menatapku hari ini, bagaimana bisa sudah inginkan tanah Singgalang?"Panglima Pasopati seketika tertawa terbahak, dia meludah di depan Jagat Kelana. "Cuih, jangan kau kira aku tidak miliki kekuasaan mutlak hingga kau rendahkan aku, Jagar!""Baik, jika ini inginmu, Pasopati. Tunjukkan digdayamu!"Begitu mendengar kalimat tantangan dari Jagat, saat itu juga Panglima mengeluarkan seluruh kekuatannya. Dia menggerakkan pedang panjang yang terlihat begitu berat. Gerakannya yang terlihat begitu piawai membuat Jagat sedikit nyeri. Dia m

  • Jagat Kelana   221. S2

    Hempasan jubah Jagat seketika melenyapkan beberapa anak panah berapi. Tidak hanya senjata, pemakainya pun juga ikut terpental. Apa yang terjadi dengan prajurit pilihannya membuat Panglima Pasopati melongo tidak percaya. Sosok yang menyibakkan jubahnya saja masih berdiri tegak di ujung menara. "Bagaimana mungkin, rasanya hanya sang terpilih yang mampu melakukan hal itu." Panglima Pasopati berbicara sendiri tanpa berniat untuk berbagi. Sesungguhnya Jagat hanya memainkan trik kecil saja tanpa berniat untuk melenyapkan seluruh pasukan panah berapi. Semua hanya permainan saja. "Kang, jangan permainkan mereka seperti itu! Semua ada batasnya!" kata Akshita. "Mereka sudah mengira aku hanya raja rendahan saja hingga mereka berani merendahkan Kerajaan Singgalang. Alasan ini yang tidak aku suka, Aks.""Lalu, apa yang akan kamu lakukan? Mereka hanya bawahan yang tidak mengerti alasan apa meruntuhkan Singgalang," kata Akshita. Jagat hanya tersenyum, dia mengurai pelukan dan kini menatap pada

  • Jagat Kelana   220. S2. Serangan Galunggung

    Suara terompet panjang tanda penyerangan dimulai. Pasukan Kerajaan Galunggung bertolak menuju ke perbatasan Karajaan Singgalang. Paling depan Panglima Pasopati terlihat berkuda dengan gagah berani. Ujung tombaknya terangkat ke udara memberi semangat pada para prajuritnya. Pasukan dibagi menjadi tiga bagian. Mereka memiliki pemimpin sendiri dengan kekuatan dan kapasitas yang memadai. Panglima Pasopati terlihat memimpin di depan dengan kuda jantan hitam dan tombak panjang di tangan kanannya. "Serang!"Semua prajurit Galunggung bergerak dengan senyap dan cepat, tetapi aura yang mereka timbulkan. Jagat sendiri masih terlena dengan sentuhan akhir Roro Wening hingga tubuhnya bermandikan keringat. "Kang, aura ini begitu membahayakan rakyat dan penghuni Kerajaan. Tidakkah ingin sudahi semua?" tanya Roro Wening dengan suara rendah dan sesekali mendesah akibat serangan beruntun dari suaminya yang begitu nikmat. Jagat tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh istrinya, dia terus menggerakk

  • Jagat Kelana   219. S2. Persiapan Galunggung

    Jagat berdiri menatap langit yang masih malu menampakkan sinar mentari. Cuaca hari itu sedikit sendu, seakan membawa angin kesedihan. Roro Wening pun ikut berdiri tetapi dia tidak mengikuti arah pandang suaminya. Wanita nomer satu di Kerajaan Singgalang justru menatap ke arah utara sedangkan suaminya menatap ke arah timur. Dua arah yang berbeda meskipun berjalan pasti tidak akan menemui ujungnya. Keduanya masih diam menatap pada arah tersebut. Angin yang berhembus pun seakan enggan memberi kabar atas cuaca yang tidak bersahabat. "Akankah ada bencana lagi, Suamiku? Ada yang berbeda aroma angin berhembus hari ini," kata Roro Wening. "Sepertinya begitu, Nyai Wening. Semua bisa terjadi yang datang dari berbagai arah." Beberapa saat kemudian, Jagat berbalik melihat sosok istrinya yang sedang hamil lima bulan. Perut Roro Wening sudah terlihat membuncit. Lalu Jagat segera meraih tubuh istrinya dan digendong ala bridal. Dibawanya tubuh sang istri ke dalam sebuah bilik di dekat pendopo.

  • Jagat Kelana   218. S2. Jiwa Yang Sepi

    Jagat terus melangkah tanpa menoleh ke setiap pintu paviliun milik selir-selirnya. Dia terus melangkah hingga sampai di pendopo sunyi tempat biasa dia bermeditasi. Jagat berdiri menatap hamparan tanah hijau dalam gelita malam. Bibirnya tertutup rapat tetapi pikirannya melayang tak tentu arah. Dia mencari alasan mengapa istri gaibnya begitu ingin menjauh kembali setelah sekian lama tak berjumpa dalam dunia nyata. "Mungkin saat ini wanitamu itu sedang ada masalah lagi di Kerajaan gaib miliknya, Pangeran." Suara tua yang sudah lama tidak terdengar di telinga Jagat. "Ki, akhirnya kamu muncul juga setelah lama kita tidak berbincang." "Saya sedang meditasi, Pangeran. Bukankah selama saya pergi semua masih bisa terkendali secara fisik dan rohani?"Jagat menghela napas panjang dan berat. Apalagi sejak kepergian Ki Cadek beberapa waktu lalu setelah kembalinya Ashita, Jagat sering di uji gairah yang sulit terkendali. Dia sadar bahwa selama ini gairahnya seringkali tidak mendapat tempat yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status