Share

163. Hancur

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 21:13:04

Sesaat setelah kujang keluar tubuh Kalajengking mengekang, darah keluar deras dari beberapa lubang yang terdapat pada tubuhnya. Melihat hal itu, tanpa pikir panjang Jagat meluncurkan pukulan mautnya.

"Maka hancurlah, Siluman!"

Selarik sinar perak melesat masuk ke dalam mulut siluman berkaki banyak tersebut.

Bunyi dentuman keras langsung menyeruak hingga ke dunia atas membuat seluruh rakyat terhenyak dan melonjak.

Dentuman yang begitu keras dan kuat hingga membuat mayat Albara terangkat ke udara. Melihat mayat suaminya terbang, Arsinta melesat ke udara hendak meraih mayat tersebut.

Akan tetapi, sebuah keajaiban muncul, kedua bola mata Albara terbuka. Ini langsung memicu kebahagian terpancar pada wajah sang ratu.

"Kau hidup, Bara? Jiwamu terlihat semakin kuat. Apa ini artinya, Albara?"

Sang Raja menatap dingin pada ratunya. Sosok pria yang berbeda yang mana Arsinta sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi pada raga suaminya

"Kau salah, Arsinta. Jiwa yang berada dalam tubuh sua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jagat Kelana   164. Melebur Jadi Tanah

    Arsinta bungkam, tetapi dalam hatinya dia tidak rela jika tanah selatan menjadi milik Jagat Kelana. Maka dengan kekuatan tersisa dia melontarkan jurus kuno yang masih tingkat tengah dikuasainya. Dengan segala upaya semua disegerakan untuk sesuatu yang belum pasti akan membawa hasil memuaskan. Namun, sesuatu yang serba disegerakan pasti membawa dampak yang luar biasa. "Apakah kamu yakin akan gunakan semua yang tersisa, Ratu? Lihat keadaan sekitarmu, rakyatmu, putramu, panglima dan yang lainnya sudah mulai merasakan apa yang telah kamu usahakan!" dengus kasar Gayatri. "Diamkan mulut busukmu, berisik!"Setelah menghardik selirnya, Arsihta segera memfokuskan pikirannya. Semua sumber daya yang tersisa dia keluarkan tanpa ada yang dibatasi. Melihat usaha dari Arsinta dan menghidu udara yang berhembus membuat Jagat memusatkan pikirannya pada satu titik. "Ibu, bawa semua yang ada di balik kubah untuk menjauh dari jangkauan seribu depa. Jika memungkinkan waktunya akan lebih baik keluar da

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Jagat Kelana   165. Bimbang

    Arsinta masih terfokus pada satu titik lemah yang diperkirakan dimiliki oleh Jagat, tetapi pria muda itu justru terlihat begitu santai dan dingin. Wanita nomer satu di Bumi Seloka begitu menggebu membaca deretan mantra kuno miliknya hingga dia sendiri tidak meyadari kondisi seluruh pasukan dan penghuni istana. Pangeran Kurubumi yang mulai paham akan mantra tersebut mulai memejamkan kedua matanya. Tubuhnya bergeser dan mulai duduk sila menghadap ke barat. Arah yang diyakini tempat Hyang Widi Alam. "Apakah hanya dengan ini semua bisa kembali, Pangeran?" bisik Gayatri. Tanya yang tidak ada jawaban, ketiga tokoh terfokus pada pilihan dan mantra masing-masing. Melihat hal itu, Gayatri makin membuncah dn bergetar hebat tubuhnya hanya sekedar menahan amarah. "Baik, jika kalian bertiga tidak ada yang bergerak maka jangan salahkan aku!"Usai kalimat panjang Gayatri terucap, angin bertiup kencang. Menderu disertai petir dan hujan. Suara hewan malam seakan hilang ditelan gulita. Bahkan bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Jagat Kelana   166. Luluhlantak

    Selarik sinar perak melesat tajam berbentuk tombak bermata pisau runcing menembus dada Arsinta. Saat itu juga meluncur sinar warna lainnya melesat dari arah kanan Jagat menyerang perut kanan. Kedua sinar tersebut berhasil menembus tempat sesuai sasaran. Jagat terhenyak melangkah mundur beberapa depa sambil menekan perut mananya yang mulai mengeluarkan darah. "Kau membokongku, Kurubumi?""Dalam peperangan hal ini umum terjadi, Jagat. Semua membela diri tak pedulia keadaan lawan," kolah Kurubumi sambil berlari berusaha menangkap tubuh lemah Arsinta. "Ratu, maafkan aku yang terlambat untuk bergerak!" pinta Kurubumi sambil mengusap sudut bibir Arsinta yang mengeluarkan darah dengan lembut. "Kurubumi, kamu bagai putraku sendiri. Maka bertahanlah dan tata ulang kerajaan kita. Basmi mereka yang berkhianat! Jangan sekali pun kamu beri ruang pada mereka, ingat ini!" Arsinta mengedipkan kelopak matanya, senyumnya melengkung tipis membuat debar jantung Kurubumi bergerak perlahan. "Sudahi bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Jagat Kelana   167. Hancur

    Kurubumi menggeram, tangannya mengepal kuat dengan sorot mata tajam menatap Jagat yang berdiri di udar dengan tangan bersedekah. "Bangsat, kau begitu sombong! Lawan jurus terbaruku!"Kurubumi berdiri dengan angkuh dengan tatapan tajam bak sebilah pedang siap menghunus. Melihat sosok teman seperguruan senyum Jagat mengembang tipis. "Apapun jurus yang kamu miliki aku sudah siap. Jangankan nyawaku, kulit ari lenganku pun jauh dari jangkauanmu, Kurubumi."Mendengar kata hinaan membuat Kurubumi memuncak amarahnya. Pria itu dengan kasar meletakkan kepala sang ratu lalu dia bangkit dan langsung berdiri dengan bersilang kaki. Kedua bola mata Kurubumi menyorot merah menandakan emosi yang begitu tinggi. Jagat hanya tersenyum tanpa bergerak sedikit pun. Pertempuran makin panas, Kurubumi tanpa permisi segera melancarkan beberapa pukulan jarak jauhnya. Sinar biru melesat menembus kegelapan malam untuk sampai di tubuh Jagat. "Apakah hanya seperti ini lola serangmu, Kurubu?""Bangsat, kau tampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Jagat Kelana   168. Season 2 Permulaan

    Semua telah hancur, Kerajaan Bumi Seloka telah luluh lantak rata dengan tanah. Semua akibat dari perang yang tiada berhenti hingga satu minggu. Para jajaran petinggi kerajaan tidak satu pun yang tersisa. Waktu terus berjalan, Jagat Kelana mulai membuka hutan wilayah selatan kerajaan tersebut. Hanya dalam dua hari dua malam semua tatanan bangunan kerajaan baru telah berdiri. "Bagaimana, Ibu?" Jagat berdiri di atas menara bersama Zavia. Keduanya melayangkan pandang ke seluruh wilayah kerajaan yang baru saja selesai dibangun. "Bagus, ibu suka. Terima kasih.""Apakah masih ada yang kurang?""Heem, bagaimana dengan keputren atau istana ratu? Kapan kamu nikahi Roro Wening?"Deretan pertanyaan sang ibu sama sekali tidak dipedulikan oleh pria muda. Pandangannya masih jauh ke depan, pada ruang dan waktu yang hanya dia tahu. Zavia menoleh pada putranya, terlihat tatapan Jagat sedang tidak pada tempatnya. Perlahan ditepuk baju kanan, "jangan terlalu berpikir, cukup putuskan nikahi atau tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Jagat Kelana   169. S2 Rusa Betina

    Jagat memejamkan mata, pikirannya terfokus pada suara yang begitu dekat tetapi seakan jauh. Dia makin tenggelam dalam cakra ajna yang sering digunakan untuk mencari suara gaib. "Aku di sini, Tuan. Sedang di atas bahu Anda." Mendengar jawaban dari pertanyaannya seketika membuat Jagat menghempaskan tubuh Rusa betina yang baru saja dilumpuhkannya, saat tybuh hewan mamalia menyentuh tanah seketika berubah menjadi wanita cantik dengan anak panah menancap pada paham atas. Jagat mundur seketika begitu melihat perubahan wujud sang rusa. Dia menatap heran dengan sosok itu, dalam otaknya muncul pertanyaan bagaimana dan sejak kapan wilayahnya menjadi hunian siluman? "Bagaimana kamu bisa masuk ke wilayah teritorial anti siluman?""Ampuni saya, Tuan. Sejujurnya saya tertarik dengan tanaman di wilayah Anda. Sebagian burung mengabarkan bahwa di sini tanahnya begitu segar sehingga tumbuhan bisa tumbuh dengan baik." Wanita berparas rusa tersebut berhenti, dia mengambil napas dalam dan berulang. "J

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Jagat Kelana   170. S2 Godaan Alam Gaib

    Jagat memutuskan untuk semedi di atas lempengan baru cadas. Kedua matanya mulai terpejam dengan pikiran fokus pada satu titik. Pernapasan pun juga mulai teratur sesuai waktu. Selama semedi Jagat senantiasa ditunggui harimau putih perwujudan Ki Cadek. Hewan itu terlihat duduk dengan meluruskan kedua kaki depannya. Meskipun begitu kedua matanya selalu melihat sekitar dan memastikan keadaan majikannya. Angin bertiup perlahan membawa uap panas tanah lapang nan luas, tetapi tidak menyurutkan niat Jagat dalam mencari sosok pemilik gelang aneh. Lama semakin lama, udara mulai berubah. Sinarnya perlahan meredup dengan membawa aroma yang berbeda. Berbagai suara hewan aneh mulai terdengar berdengung di telinga Jagat. Bau-bau wewangian menyapa indera penciuman Jagat dan harimau putih. Bau yang begitu menggoda membuat gerak harimau menjadi risau. "Aroma kawin, ogh." Harimau putih mulai menggeliat menahan hasrat akibat aroma tersebut. Jagat terlihat masih fokus pada tujuannya, sepertinya pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Jagat Kelana   171. Syarat Mutlak

    Sebuah pernyataan yang membuat Jagat mulai ragu, tawaran itu akhirnya memberi keyakinan pada Jagat untuk membuka mata. Perlahan kedua mata Jagat dan harimau putih membuka bersama dengan diiringi deru angin dingin. "Bagaimana dengan tawaranku?" "Ki Lawangbumi?" Suara Ki Cadek tercekat kala menyadari sosok yang berdiri melayang di depan mereka berdua. "Ki Lawangbumi, siapa lelaki ini, Ki?" bisik Jagat. "Dialah pemilik tanah Swara Bumi, kekuasaan tertinggi. Ayah Pangeran!"Jagat menatap takjub pada sosok pria di depannya. Meskipun wujudnya sudah menua dan beruban, tetapi auranya mampu menghancurkan dunia alam lain. "Hatur sembah sungkem ananda, Ayah!""Heem, apakah kamu sudah siap membawa wilayah selatan dalam kebajikan dan kakmuran, Jagat Kelana?""Atas bimbingan Ayah dan sesepuh, saya siap!"Suasana menjadi hening dan syahdu. Pertemuan antara ayah dengan anaknya tanpa diduga berada di dunia lain. Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi atas kuasa Hyang Esa. "Bagus, untuk pertama ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Jagat Kelana   219. S2. Persiapan Galunggung

    Jagat berdiri menatap langit yang masih malu menampakkan sinar mentari. Cuaca hari itu sedikit sendu, seakan membawa angin kesedihan. Roro Wening pun ikut berdiri tetapi dia tidak mengikuti arah pandang suaminya. Wanita nomer satu di Kerajaan Singgalang justru menatap ke arah utara sedangkan suaminya menatap ke arah timur. Dua arah yang berbeda meskipun berjalan pasti tidak akan menemui ujungnya. Keduanya masih diam menatap pada arah tersebut. Angin yang berhembus pun seakan enggan memberi kabar atas cuaca yang tidak bersahabat. "Akankah ada bencana lagi, Suamiku? Ada yang berbeda aroma angin berhembus hari ini," kata Roro Wening. "Sepertinya begitu, Nyai Wening. Semua bisa terjadi yang datang dari berbagai arah." Beberapa saat kemudian, Jagat berbalik melihat sosok istrinya yang sedang hamil lima bulan. Perut Roro Wening sudah terlihat membuncit. Lalu Jagat segera meraih tubuh istrinya dan digendong ala bridal. Dibawanya tubuh sang istri ke dalam sebuah bilik di dekat pendopo.

  • Jagat Kelana   218. S2. Jiwa Yang Sepi

    Jagat terus melangkah tanpa menoleh ke setiap pintu paviliun milik selir-selirnya. Dia terus melangkah hingga sampai di pendopo sunyi tempat biasa dia bermeditasi. Jagat berdiri menatap hamparan tanah hijau dalam gelita malam. Bibirnya tertutup rapat tetapi pikirannya melayang tak tentu arah. Dia mencari alasan mengapa istri gaibnya begitu ingin menjauh kembali setelah sekian lama tak berjumpa dalam dunia nyata. "Mungkin saat ini wanitamu itu sedang ada masalah lagi di Kerajaan gaib miliknya, Pangeran." Suara tua yang sudah lama tidak terdengar di telinga Jagat. "Ki, akhirnya kamu muncul juga setelah lama kita tidak berbincang." "Saya sedang meditasi, Pangeran. Bukankah selama saya pergi semua masih bisa terkendali secara fisik dan rohani?"Jagat menghela napas panjang dan berat. Apalagi sejak kepergian Ki Cadek beberapa waktu lalu setelah kembalinya Ashita, Jagat sering di uji gairah yang sulit terkendali. Dia sadar bahwa selama ini gairahnya seringkali tidak mendapat tempat yan

  • Jagat Kelana   217. S2. Kekosongan Jiwa

    Jagat masih diam menatap wajah istrinya, dia seakan tidak pernah puas bila memandang wajah Akshita. Meskipun ada banyak wanita yang selalu menemani perjalanan hidupnya tetap Akshita yang menjadi penghias mimpinya. "Apakah masih kurang apa yang aku beri padamu selama ini, Aks. Hingga kau harus pergi lagi?"Akshita mengurai pelukan suaminya, lalu dia berjalan menuju ke tengah taman. Dia berdiri di tengah dengan kepala mendongak ke atas melihat pada sinar bulan yang malu. Jagat berjalan mendekat, dia mengikuti arah pandang istrinya. Namun, dia tidak menemukan sesuatu hal yang menarik di atas sana. Kedua tangannya kembali meriah pinggang istrinya dan mendekap erat. "Aku sulit untuk melupakan semua tentangmu meskipun sudah ada beberapa selir yang hangatkan ranjangku, Aks. Pesonamu tidak tergantikan," bisik Jagat diujung telinga Akshita. Wanita itu meletakkan kepalanya pada bahu Jagat dengan pandangan masih ke atas. Bibir tipisnya mengembang dengan mengeluarkan suara yang sangat rendah,

  • Jagat Kelana   216. S2. Menolak

    Akshita masih menatap wajah Jagat dengan lembut, kedua tangannya melingkar di leher kekar itu. Napasnya yang harum telah menyapa kulit leher Jagat. Sentuhan yang lama tidak menyapa kini mulai membangkitkan hasrat terpendam. Semilir angin telah mengganggu jiwa Jagat, dia tidak bisa menolak pesona sang dewi. Akshita masih mengumbar senyum manisnya dengan jari jemari berjalan naik turun di sepanjang leher kekasihnya. Jagat mulai bergolak, jakunnya naik turun dengan cepat membuat senyum Akshita makin memabukkan. "Bukan tidak rela, Kang. Tetapi lebih ingin memiliki seutuhnya semua milikmu termasuk jiwamu."Jagat bergerak merapatkan tubuhnya hingga membuat Akshita terduduk di pinggiran kolam. Selendang merah yang membungkus dadanya berkibar bersentuhan dengan angin hingga menampilkan tulang selangka yang indah. Jagat sudah tidak tahan lagi, maka dia menundukkan kepalanya dan melabuhkan kecupan ringan pada tulang selangka itu. Kecupan yang lembut dan penuh kasih belum mampu membangkitkan

  • Jagat Kelana   215. S2. Pangeran Alam Gaib

    Jagat Kelana menatap sosok pria muda di depannya. Bibirnya melengkung sempurna, lalu tangannya terangkat untuk memberi restu pada pria muda itu. Pria muda itu pun membujuk sesaat lalu terangkat menatap langsung pada manik mata Raja muda itu. Dia tersenyum tipis. "Bagaimana pola latihan mereka, Anakmas?"Pria muda itu mulai menjelaskan kemajuan latihan para prajurit yang selama ini dia latih. Semua telah berhasil hingga ke tingkat tengah kelas dua. "Apakah jadi mereka dipilih dan dikirim ke kerajaan sebelah, Ayahanda?""Iya, kerajaan itu belum memiliki prajurit handal satu pun. Siapa nama kamu, Anakmas?"Pria muda itu menatap pada Raja Singgalang, lalu bibirnya tersenyum dengan menyuarakan, " Airlangga Batinara."Jagat tersenyum, "berapa usiamu?""25 tahun masa alam kami."Jagat Kelana tersenyum, dia berdiri dan terbang mendekati sosok pria muda itu. Lalu dia berdiri di depan Airlangga, memeluknya erat. "Sudah sebesar ini baru kamu datang ke sini. Apakah tidak ingin tahu ayahmu?""

  • Jagat Kelana   214. S2. Prameswari Pingsan

    Malam yang begitu dingin membuat Jagat segera membawa tubuh istrinya masuk ke dalam. Apa yang dia lakukan pun berlanjut hingga berulang kali. Ternyata tubuh yang memiliki struktur tulang yang rentan itu mampu menampung gairahnya hingga berulang kali. Prameswari merasa begitu bahagia telah membuat suaminya tersenyum puas. Akan tetapi, tubuh itu juga memiliki daya tahan yang rendah. Penyatuan yang dilakukan hingga menjelang pagi membuat tulang Prameswari seakan lepas kontrol. Tubuhnya menjadi lemas. "Tuan, Suamiku, maafkan aku! Rasanya tubuh ini sudah tidak mampu," kata Prameswari dengan tatapan memohon. "Baiklah, kita sudahi dulu. Sekarang tidurlah!" balas Jagat. Setelah berkata itu, kedua mata Prameswari terpejam. Hal ini membuat Jagat khawatir, dia pun segera memeriksa kondisi tubuh istrinya. "Bagaimana bisa seperti ini, Nyai? Aku baru saja merasakan nyaman bersama tubuhmu, kamu terlanjur pingsan. Hadeh!"Jagat segera memakai jubahnya, lalu dia duduk sila di sisi ranjang. Kedua

  • Jagat Kelana   213. Malam Indah

    Malam ini waktunya Jagat bersama Prameswari. Keduanya duduk di teras belakang paviliun. Jagat memilih duduk di tanah beralaskan rumput, sementara Prameswari duduk diam di sisi kanannya. "Duduk dekat sinilah, Istriku!" Prameswari menggeser tubuhnya dengan senyum yang dia sembunyikan. Kepalanya menunduk dalam, dia malu dengan pendekatan suaminya. Berbeda dengan Jagat, dia justru mulai merebahkan kepalanya pada paha Prameswari membuat wanita itu terdiam seketika. "Suami!" pekik Prameswari ringan. Dengan santainya Jagat mencari tempat ternyaman untuk kepalanya, lalu tangannya meraih jemari istrinya itu dan meletakkan pada kepalanya. "Bisa pijat di sini sebentar, Nyai!" Pinta Jagat dengan tatapan penuh harap. Prameswari tidak bisa bersuara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tangannya pun gemetaran menyentuh kepala suaminya. Perlahan disentuhnya rambut bergelombang pendek milik suaminya. 'Jantungku sepertinya mulai sakit," batin Prameswari merasa hatinya begitu senang be

  • Jagat Kelana   212. S1. Bersama Roro Wening

    "Nyai, kok malah melamun," kata Jagat lembut sambil melabuhkan sebuah kecupan hangat pada bibir istrinya. Mendapat sentuhan lembut seketika lamunan Akshita menghilang, lalu dia membalas ciuman Jagat lebih meminta. Keduanya larut dalam ciuman yang dalam. Cukup lama keduanya saling berbagi saliva, bahkan Jagat mulai menekan tubuh Akshita pada sandaran kursi kemudian dia duduk menyilang agar lebih dekat. "Kang!" panggil Akshita dengan nada berat. "Hemm."Jagat tidak melepaskan pelukannya dia justru mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke ayunan yang biasa di gunakan Jagat saat mengingat kenangan bersama Akshita. "Apakah di sini tidak akan mengganggu yang lainnya, Kang? Aku merindukanmu," bisik Akshita yang membuat gairah Jagat memuncak. "Tidak. Dan jangan remehkan kekuatanku saat ini, Nyai."Akshita tersenyum, jari jemarinya mulai bergerak perlahan membuka satu per satu kain penutup tubuh suaminya. Jagat membiarkan semua inginnya Akshita. Dia terlihat begitu menikmati apa pun y

  • Jagat Kelana   211. Kisah Silam

    Mendengar niat suaminya, Roro Wening pun menyiapkan segalanya yang biasa dilakukan Jahat sebelum penyatuan. Kali ini selir itu tidak mau ada yang tertinggal. Ini adalah pelajaran yang sudah dia pahami selama hidup bersama Jagat baik sebelum miliki kerajaan ataupun sudah. "Jangan sampai ada yang tertinggal, Asih!" kata Roro Wening sambil menata beberapa benda yang harus dipakai oleh selir utama. "Nggeh, siap."Seorang dayang senior ikut membantu selur agung menyiapkan semua. Mulai dari aroma cendana hingga kain penutup kala penyatuan dimulai. Roro Wening juga memberikan beberapa catatan apa saja yang akan diucapkan sebelum tubuh Prameswari tersentuh. "Semua sudah siap, Kanjeng Ratu.""Jangan sebut nama itu, Asih. Semua belum resmi meskipun Yunda Akshita sudah datang menemaniku semalam.""Jika sudah seperti ini tidak mungkin akan lupa, Kanjeng Ratu. Niat Nyai Akshita sudah jelas bahkan putranya sendiri ditugaskan untuk menjaga kedamaian kerajaan ini lho," papar Asih--dayang senior.

DMCA.com Protection Status