Suara desir ombak dan sepoi angin laut pagi ini sudah membuat Alya terjaga. Dia menoleh ke samping dan melihat Gavin sudah tidak ada di tempatnya. Alya mengerjapkan mata sambil menatap jendela kaca di depan kasurnya. Jendela itu terbuka dan Alya melihat ada bayangan yang sedang berdiri di sana.
Perlahan Alya menyibak selimut kemudian memakai jubah tidurnya dan dengan tertatih berjalan keluar. Alya langsung tersenyum saat melihat Gavin sedang berdiri di balkon, bertelanjang dada sambil menatap laut.
Alya berjalan menghampiri dan langsung memeluk Gavin dari belakang. Gavin sedikit terkejut saat ada tangan mungil yang melingkar di tubuhnya.
“Sudah bangun, Babe?” sapa Gavin sambil mengelus lembut tangan Alya.
Alya mengangguk sambil mengecup punggung Gavin berulang. Gavin tersenyum dan ikut mendekap tangan Alya. Kemudian dia sudah memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Alya. Disapunya wajah manis yang tampak kusut di depannya ini. Gavin mengulum
Sekali lagi suara desahan sudah memenuhi seluruh kamar Gavin. Entah kali keberapa mereka melakukan penyatuan yang pasti Gavin dan Alya seakan tidak pernah bosan melakukannya. Berbagai macam posisi juga sudah mereka lakukan.Alya mendesah dengan peluh yang menetes memenuhi tubuh dan wajahnya. Rambut panjangnya berantakan dan tak beraturan namun, meski demikian tak menghilangkan kesan seksi padanya. Gavin sudah membalik tubuh Alya merubah posisinya di atas.Gadis itu tersenyum menggoda dan langsung duduk dengan manis di atas suaminya. Ia sudah menggerakkan pinggulnya naik turun menyesuaikan dengan ritme ciuman mereka. Baru beberapa hari melayani suaminya, Alya sudah sangat pandai kini dan membuat Gavin kesenangan. Mungkin karena adanya perbedaan saat awal nikah dengan Yeni dulu membuat Gavin ketagihan dan tidak mau sedetik saja lepas dari Alya.“Aahh ... ,” Gavin mendesah keenakan. Dia langsung menyambar dua gundukan lemak milik istrinya yang terus ber
[“Al, bukankah itu seperti suara Mas Gavin?”] tanya Yeni di telepon. Alya terdiam dan melirik ke arah Gavin yang sudah terbangun. Pria tampan bermata sipit itu hanya menatap Alya sambil memeluknya dengan erat. Matanya seakan bertanya ke Alya dengan siapa dia bertelepon.“Hmm ... sepertinya kamu salah dengar, deh. Aku sedang menonton film tadi,” bohong Alya. Dia tidak mau Yeni menaruh curiga kepadanya. Alya ingin Yeni tahu pernikahannya dengan Gavin tidak secepat ini.[“Oh ... aku kira itu suara Mas Gavin. Mungkin aku sedang merindukannya jadi teringat suaranya tiba-tiba,”] ucap Yeni kemudian.Alya hanya diam dan berwajah datar. Sementara Gavin terus melihatnya dengan tatapan bertanya.[“Ya udah kalau gitu, Al.”] Yeni sudah mengakhiri panggilannya dan tanpa menjawab Alya sudah mematikan ponselnya.“Siapa yang menelepon?” tanya Gavin kini sambil melihat ke arah Alya.“Istrimu, M
Yeni spontan menoleh ke arah pintu dan melihat suaminya baru datang sedang berdiri mematung di depan pintu. Yeni tersenyum dan perlahan memakai satu persatu pakaian. Entah sengaja atau tidak, Gavin merasa Yeni melakukan ritualnya sehabis mandi begitu gemulai.“Mas baru datang?” tanya Yeni sambil berjalan mendekat. Ia sudah memakai celana dalam kini sudah memakai bra hanya belum mengaitkannya. Yeni terus berjalan sambil tersenyum menggoda Gavin.Gavin hanya diam sambil menganggukkan kepala. Pria berwajah tampan dengan mata sipit ciri khasnya itu hanya melihat ulah istri pertamanya ini dengan sudut mata.“Mas, minta tolong kaitkan bra-ku!” pinta Yeni dengan gerakan gemulai dan menggoda. Gavin masih diam dan menatap Yeni dengan datar kemudian tangannya sudah mengaitkan bra milik Yeni.Yeni masih berdiri di depannya dan kini menarik tangan Gavin agar menyentuh gunung kembar miliknya. Gavin menghela napas panjang. Dulu mungkin dia tidak
“Kamu semalam tidur di mana, Mas? Aku menunggumu semalaman,” cetus Yeni begitu melihat Gavin masuk ke kamar.Yeni tampak duduk di atas kasur dengan wajah yang ditekuk. Bibirnya sudah maju beberapa senti menunjukkan kalau dia sedang cemberut dan kesal dengan ulah Gavin semalam. Gavin hanya tersenyum nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Eng ... aku ketiduran di kamar Putri semalem. Aku kangen gak ketemu Putri hampir seminggu,” jawab Gavin memberi alasan. Dia memang sengaja memilih tidur di kamar Putri untuk menghindari Yeni.“Kamu kangen Putri, tetapi gak kangen aku, Mas?” protes Yeni kemudian. Gavin terdiam. Dia tersenyum miring sambil menatap Yeni dengan mata sipitnya.“Biasanya kamu juga tidak pernah merindukan aku, Yen,” sergah Gavin tak kalah pedas. Yeni terkejut mendengar jawaban Gavin. Padahal semalam dia sangat merindukan Gavin dan menginginkan sentuhannya, tetapi mengapa suaminya seol
Alya berulang mendesah saat Gavin sudah memulai penyatuan mereka. Pria tampan bermata sipit itu memang sudah sangat nekat. Padahal kemarin saat Alya mengajaknya untuk melakukan di rumah ini, Gavin menolak. Kini malah Gavin yang menggodanya lebih dulu dan memulai penyatuan mereka.“Ah ... ah ... .” Alya mendesah tak karuan. Tubuhnya terus menggeliat, tangannya sibuk mencengkram bahu Gavin seakan sedang menahan sesuatu. Gavin tersenyum, ia semakin menggila saat melihat reaksi istri keduanya itu.Gavin semakin mempercepat gerakannya, pinggulnya naik turun dengan mata setengah terpejam membuat Alya semakin mendesah tak karuan. Gadis berwajah manis itu sudah menggigit bibirnya sambil terus mencengkram bahu Gavin. Kemudian tiba-tiba Gavin mendesah panjang, tubuhnya mengejang lalu spontan menyambar bibir seksi Alya.Gadis berwajah manis itu langsung membalas ciuman Gavin tidak kalah ganas. Dia terus memeluk Gavin dan menahan tubuhnya agar tidak buru-buru me
Keluar dari rumah tadi, Yeni langsung menuju apartemen Irwan. Yeni senang saat Gavin memberinya izin tanpa bertanya lebih banyak. Meskipun awalnya dia sedikit curiga, tetapi Yeni sudah berhasil meyakinkan Gavin. Yeni sudah memarkir mobilnya di apartemen Irwan dan bergegas masuk ke dalam kabin kamarnya.Pria berwajah manis itu langsung tersenyum saat melihat Yeni datang tepat waktu sesuai dengan ucapannya di telepon tadi.“Katamu ada acara keluarga akhir pekan ini. Mengapa tiba-tiba menghubungiku? Untung saja suamiku tidak curiga tadi,” dumel Yeni begitu sudah masuk ke dalam apartemen Irwan.Irwan, pria berwajah manis itu hanya tersenyum dan ikut duduk bersebelahan dengan Yeni. Dia terus menatap Yeni dengan tatapan menggoda seakan sedang menginginkan sesuatu dari wanita cantik itu.“Aku kangen kalau tidak menidurimu semalam. Makanya aku percepat acaranya,” gumam Irwan. Yeni hanya menggelengkan kepala sambil menatap Irwan dengan cemb
Senin pagi, Gavin bangun sangat pagi. Ia sudah mengawali hari ini dengan ceria. Gavin baru saja usai mandi dan bergegas bersiap. Ia tidak peduli dengan kasur di sampingnya yang sejak kemarin malam kosong tanpa penghuni. Gavin sudah terbiasa dengan ketidakhadiran Yeni dan sepertinya ia sudah tidak mempermasalahkannya.Berulang Gavin mencoba memadupadankan kemeja, dasi, jas serta celananya di depan cermin. Entah mengapa kali ini dia sangat memperhatikan penampilannya. Cukup lama akhirnya, Gavin sudah menentukan pilihannya. Ia segera mempercepat waktu bersiapnya, sarapan dan berangkat ke kantor.Lima belas menit waktu yang dibutuhkan Gavin untuk tiba di kantornya. Ia sudah memarikir mobil dengan rapi dan melihat mobil Alya belum ada di sana. Itu tandanya adik angkat sekaligus istri keduanya itu belum tiba. Setengah berlari Gavin masuk ke dalam lift, ada sebuah paper bag yang sudah ditentengnya sedari tadi.Begitu sampai di lantai yang dituju, Gavin bergegas keluar dan kali ini menuju rua
Gavin tersenyum sambil menatap wajah manis istri keduanya yang terdiam dalam pelukannya. Usai permainan panas mereka beberapa kali ronde tadi menyebabkan Alya kelelahan. Baru kali ini Gavin menikmati permainan mereka. Dulu saat bersama Yeni, sangat berbeda dengan saat bersama Alya. Mungkin karena Gavin sudah kecewa duluan sebelum memulainya.Beberapa kecupan sudah berulang mendarat di kening dan bibir Alya. Lelaki tampan bermata sipit itu tak pernah rela jika melihat istrinya terus tertidur sementara dirinya masih on. Alya menggeliat dan membuka matanya perlahan, dia langsung tersenyum saat melihat mata sayu Gavin yang menatapnya.Alya tahu arti tatapan Gavin itu, dia langsung terkekeh dan perlahan mengurai pelukan. Alya sudah beringsut dan setengah duduk di atas kasur. Gavin mengikuti dan terus memeluk istrinya, dia tidak mau berjauhan sama sekali dari Alya.“Ya ampun ... Mas, mau apa lagi?” cicit Alya dengan senyuman.Gavin tertawa saat tahu istrinya sudah paham apa keinginannya sed