Alya berulang mendesah saat Gavin sudah memulai penyatuan mereka. Pria tampan bermata sipit itu memang sudah sangat nekat. Padahal kemarin saat Alya mengajaknya untuk melakukan di rumah ini, Gavin menolak. Kini malah Gavin yang menggodanya lebih dulu dan memulai penyatuan mereka.
“Ah ... ah ... .” Alya mendesah tak karuan. Tubuhnya terus menggeliat, tangannya sibuk mencengkram bahu Gavin seakan sedang menahan sesuatu. Gavin tersenyum, ia semakin menggila saat melihat reaksi istri keduanya itu.
Gavin semakin mempercepat gerakannya, pinggulnya naik turun dengan mata setengah terpejam membuat Alya semakin mendesah tak karuan. Gadis berwajah manis itu sudah menggigit bibirnya sambil terus mencengkram bahu Gavin. Kemudian tiba-tiba Gavin mendesah panjang, tubuhnya mengejang lalu spontan menyambar bibir seksi Alya.
Gadis berwajah manis itu langsung membalas ciuman Gavin tidak kalah ganas. Dia terus memeluk Gavin dan menahan tubuhnya agar tidak buru-buru me
Keluar dari rumah tadi, Yeni langsung menuju apartemen Irwan. Yeni senang saat Gavin memberinya izin tanpa bertanya lebih banyak. Meskipun awalnya dia sedikit curiga, tetapi Yeni sudah berhasil meyakinkan Gavin. Yeni sudah memarkir mobilnya di apartemen Irwan dan bergegas masuk ke dalam kabin kamarnya.Pria berwajah manis itu langsung tersenyum saat melihat Yeni datang tepat waktu sesuai dengan ucapannya di telepon tadi.“Katamu ada acara keluarga akhir pekan ini. Mengapa tiba-tiba menghubungiku? Untung saja suamiku tidak curiga tadi,” dumel Yeni begitu sudah masuk ke dalam apartemen Irwan.Irwan, pria berwajah manis itu hanya tersenyum dan ikut duduk bersebelahan dengan Yeni. Dia terus menatap Yeni dengan tatapan menggoda seakan sedang menginginkan sesuatu dari wanita cantik itu.“Aku kangen kalau tidak menidurimu semalam. Makanya aku percepat acaranya,” gumam Irwan. Yeni hanya menggelengkan kepala sambil menatap Irwan dengan cemb
Senin pagi, Gavin bangun sangat pagi. Ia sudah mengawali hari ini dengan ceria. Gavin baru saja usai mandi dan bergegas bersiap. Ia tidak peduli dengan kasur di sampingnya yang sejak kemarin malam kosong tanpa penghuni. Gavin sudah terbiasa dengan ketidakhadiran Yeni dan sepertinya ia sudah tidak mempermasalahkannya.Berulang Gavin mencoba memadupadankan kemeja, dasi, jas serta celananya di depan cermin. Entah mengapa kali ini dia sangat memperhatikan penampilannya. Cukup lama akhirnya, Gavin sudah menentukan pilihannya. Ia segera mempercepat waktu bersiapnya, sarapan dan berangkat ke kantor.Lima belas menit waktu yang dibutuhkan Gavin untuk tiba di kantornya. Ia sudah memarikir mobil dengan rapi dan melihat mobil Alya belum ada di sana. Itu tandanya adik angkat sekaligus istri keduanya itu belum tiba. Setengah berlari Gavin masuk ke dalam lift, ada sebuah paper bag yang sudah ditentengnya sedari tadi.Begitu sampai di lantai yang dituju, Gavin bergegas keluar dan kali ini menuju rua
Gavin tersenyum sambil menatap wajah manis istri keduanya yang terdiam dalam pelukannya. Usai permainan panas mereka beberapa kali ronde tadi menyebabkan Alya kelelahan. Baru kali ini Gavin menikmati permainan mereka. Dulu saat bersama Yeni, sangat berbeda dengan saat bersama Alya. Mungkin karena Gavin sudah kecewa duluan sebelum memulainya.Beberapa kecupan sudah berulang mendarat di kening dan bibir Alya. Lelaki tampan bermata sipit itu tak pernah rela jika melihat istrinya terus tertidur sementara dirinya masih on. Alya menggeliat dan membuka matanya perlahan, dia langsung tersenyum saat melihat mata sayu Gavin yang menatapnya.Alya tahu arti tatapan Gavin itu, dia langsung terkekeh dan perlahan mengurai pelukan. Alya sudah beringsut dan setengah duduk di atas kasur. Gavin mengikuti dan terus memeluk istrinya, dia tidak mau berjauhan sama sekali dari Alya.“Ya ampun ... Mas, mau apa lagi?” cicit Alya dengan senyuman.Gavin tertawa saat tahu istrinya sudah paham apa keinginannya sed
Pagi ini Alya bangun sangat pagi dan tampak sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Setelah semalam bertempur, mereka sangat kelelahan dan membutuhkan asupan makanan. Nasi goreng spesial dengan aneka buah potong, telur mata sapi dan ayam goreng sudah terhidang di meja makan. Alya memang sudah pandai memasak sekarang, ia tidak mau kalah dari Yeni apalagi setelah dia resmi menjadi istri kedua Gavin.Gavin baru saja keluar dari kamar, dia sudah rapi. Bajunya wangi, rambutnya juga tersisir rapi. Dia berpenampilan sangat berbeda dari biasanya. Alya mengulum senyum saat melihat sang Suami sudah bersiap.“Ganteng banget, mau ke mana?” celetuk Alya menyapa Gavin.Gavin tersenyum sambil mengecup kening Alya sekilas.“Kan mau ketemu pacar seharian masak gak boleh ganteng.” Alya langsung terkekeh mendengarnya.“Aku bersiap-siap dulu ya, Mas. Terus kita sarapan dan berangkat kerja,” ucap Alya yang langsung disambut anggukan
Gavin diam saat Rendy mengatakan hal itu. Dia sudah tahu kalau istrinya berselingkuh, tetapi mengapa kini Rendy juga harus tahu. Apa Yeni sudah benar-benar kelewatan dan ingin memproklamasikan perselingkuhannya itu.“Aku punya customer, namanya Irwan Ganesha dan pria itu membeli rumah untuk Yeni. Pak Irwan meminta aku membuat sertifikat rumah atas nama tunangannya dan saat dia memberikan data tunangannya aku terkejut. Itu adalah nama Yeni beserta kartu identitasnya,” jelas Rendy kemudian.Gavin masih bergeming di tempatnya. Dia hanya diam dan mendengarkan penjelasan Rendy kali ini. Mungkin semua penjelasan Rendy akan dijadikan bukti juga dalam persidangan cerainya nanti.“Pak Iwan bilang akan segera menikah dengannya akhir tahun ini. Apa kamu sudah tahu tentang itu semua, Vin?” lanjut Rendy.Gavin diam kemudian menggelengkan kepala. Dia memang tidak tahu tentang rencana pernikahan Yeni dengan selingkuhannya itu. Dia hanya tahu istr
Yeni duduk terdiam sambil sibuk berulang meremas jemari tangannya. Pertengkarannya semalam dengan Gavin dan keputusan Gavin untuk menceraikannya adalah mimpi buruk baginya. Ini memang murni kesalahannya, tetapi seharusnya Gavin memberi dia kesempatan untuk berubah. Apa Gavin sudah lupa dengan tujuan mereka menikah dulu? Mengapa Gavin begitu mudah mengucap kata cerai?Pagi ini setelah Gavin berangkat kerja, sengaja Yeni bertandang ke rumah Bu Aminah—mertuanya. Hanya itu satu-satunya cara Yeni agar Gavin menggagalkan perceraian mereka. Yeni bahkan minta izin tidak masuk hari ini hanya untuk bertemu dengan ibu mertuanya.Bu Aminah yang baru datang dari pasar tampak terkejut melihat kehadiran Yeni di rumahnya. Bagaimanapun Bu Aminah juga sudah menyayangi Yeni seperti anaknya sendiri.“Kamu tidak kerja, Yen? Kok pagi-pagi sudah ke sini?” tanya Bu Aminah mengawali pembicaraan mereka.“Agak siang, Bu. Saya tugas luar dan ketemu klien jam
Pukul lima sore, Yeni sudah berada di rumah. Usai dari rumah Bu Aminah tadi, Yeni memang sempat ngantor sebentar untuk mengurusi semua tentang pengunduran dirinya. Tidak mungkin Yeni langsung keluar begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan semua tugasnya.Kini dia sudah di rumah, begitu datang tadi Yeni langsung memasak di dapur. Kali ini Yeni memasak rendang daging kesukaan Gavin. Yeni berharap perubahan sikapnya ini membuat Gavin berubah pikiran dan menarik gugatan cerainya.Usai memasak, Yeni langsung mandi kemudian bermain bersama Putri. Kondisi buah hatinya itu belakangan ini semakin membaik sehingga Yeni tidak perlu keluar masuk membawanya ke rumah sakit seperti waktu itu.Pukul delapan malam saat Yeni melihat jam di dinding ruang tamu. Biasanya jam tujuh Gavin sudah sampai rumah, tetapi kali ini pukul delapan saja, Gavin belum datang.“Bi, apa Bapak selalu pulang malam akhir-akhir ini?” tanya Yeni ke bibi ART. Memang Yeni jarang di ruma
Pagi sekali Alya bangun dan dia sudah sibuk di dapur menyiapkan berbagai menu sarapan pagi untuk Gavin. Memang kini Alya sudah mahir bekerja di dapur. Kali ini dia sengaja menyiapkan sarapan pagi ala westren. Roti bakar, scramble eggs, salad sayur juga buah potong dan susu hangat. Gavin yang baru selesai mandi keluar kamar mengulum senyum sambil menatap hidangan yang tersaji di atas meja.“Wihh ... kita sarapan apa, Babe?” tanya Gavin sambil melirik ke berbagai hidangan yang ada di atas meja. Alya tidak menjawab namun, sudah tersenyum manis.Gavin segera duduk di kursi makan dan menarik Alya untuk mendekat ke arahnya. Gadis manis yang berstatus istrinya itu sudah duduk manis di pangkuan Gavin kini.“Temani sarapan, ya?” cicit Gavin sambil mengerling nakal. Alya kembali tertawa sambil menggelengkan kepala.“Genit banget sih, Mas,” protes Alya. Gavin hanya tersenyum dan sudah asyik menikmati sarapan dengan Alya di pangkuannya.Usai sarapan, tak lama mobil Alya dan Gavin sudah tampak ber