Yeni duduk terdiam sambil sibuk berulang meremas jemari tangannya. Pertengkarannya semalam dengan Gavin dan keputusan Gavin untuk menceraikannya adalah mimpi buruk baginya. Ini memang murni kesalahannya, tetapi seharusnya Gavin memberi dia kesempatan untuk berubah. Apa Gavin sudah lupa dengan tujuan mereka menikah dulu? Mengapa Gavin begitu mudah mengucap kata cerai?
Pagi ini setelah Gavin berangkat kerja, sengaja Yeni bertandang ke rumah Bu Aminah—mertuanya. Hanya itu satu-satunya cara Yeni agar Gavin menggagalkan perceraian mereka. Yeni bahkan minta izin tidak masuk hari ini hanya untuk bertemu dengan ibu mertuanya.
Bu Aminah yang baru datang dari pasar tampak terkejut melihat kehadiran Yeni di rumahnya. Bagaimanapun Bu Aminah juga sudah menyayangi Yeni seperti anaknya sendiri.
“Kamu tidak kerja, Yen? Kok pagi-pagi sudah ke sini?” tanya Bu Aminah mengawali pembicaraan mereka.
“Agak siang, Bu. Saya tugas luar dan ketemu klien jam
Pukul lima sore, Yeni sudah berada di rumah. Usai dari rumah Bu Aminah tadi, Yeni memang sempat ngantor sebentar untuk mengurusi semua tentang pengunduran dirinya. Tidak mungkin Yeni langsung keluar begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan semua tugasnya.Kini dia sudah di rumah, begitu datang tadi Yeni langsung memasak di dapur. Kali ini Yeni memasak rendang daging kesukaan Gavin. Yeni berharap perubahan sikapnya ini membuat Gavin berubah pikiran dan menarik gugatan cerainya.Usai memasak, Yeni langsung mandi kemudian bermain bersama Putri. Kondisi buah hatinya itu belakangan ini semakin membaik sehingga Yeni tidak perlu keluar masuk membawanya ke rumah sakit seperti waktu itu.Pukul delapan malam saat Yeni melihat jam di dinding ruang tamu. Biasanya jam tujuh Gavin sudah sampai rumah, tetapi kali ini pukul delapan saja, Gavin belum datang.“Bi, apa Bapak selalu pulang malam akhir-akhir ini?” tanya Yeni ke bibi ART. Memang Yeni jarang di ruma
Pagi sekali Alya bangun dan dia sudah sibuk di dapur menyiapkan berbagai menu sarapan pagi untuk Gavin. Memang kini Alya sudah mahir bekerja di dapur. Kali ini dia sengaja menyiapkan sarapan pagi ala westren. Roti bakar, scramble eggs, salad sayur juga buah potong dan susu hangat. Gavin yang baru selesai mandi keluar kamar mengulum senyum sambil menatap hidangan yang tersaji di atas meja.“Wihh ... kita sarapan apa, Babe?” tanya Gavin sambil melirik ke berbagai hidangan yang ada di atas meja. Alya tidak menjawab namun, sudah tersenyum manis.Gavin segera duduk di kursi makan dan menarik Alya untuk mendekat ke arahnya. Gadis manis yang berstatus istrinya itu sudah duduk manis di pangkuan Gavin kini.“Temani sarapan, ya?” cicit Gavin sambil mengerling nakal. Alya kembali tertawa sambil menggelengkan kepala.“Genit banget sih, Mas,” protes Alya. Gavin hanya tersenyum dan sudah asyik menikmati sarapan dengan Alya di pangkuannya.Usai sarapan, tak lama mobil Alya dan Gavin sudah tampak ber
Alya diam sambil menatap Yeni tak berkedip. Memang seharusnya sebagai istri Yeni akan curiga dan menanyakan hal tersebut apalagi akhir-akhir ini Gavin semakin sering menghabiskan waktu dengan Alya daripada di rumah.“Memangnya kenapa? Kamu mencurigai Mas Gavin sekarang?” kata Alya bertanya dengan santainya.Yeni mendengus kesal sambil menatap tajam ke arah Alya. Alya balas menatapnya seakan tidak mau kalah dengan Yeni. Kemudian Yeni sudah menghela napas panjang dan membuangnya dengan perlahan.“Aku menyesal sudah berselingkuh dari Mas Gavin, Al. Aku akan semakin menyesal kalau tahu ternyata dia sudah memiliki wanita idaman lain. Ini memang salahku, tetapi aku sangat berharap kalau Mas Gavin tidak seperti itu,” urai Yeni.Alya hanya diam dan menatap Yeni dengan kesal.‘Makanya jangan disia-siain, nyesel kan jadinya. Gak kebayang gimana reaksi Yeni saat tahu akulah wanita idaman lain suaminya. Aku tunggu saja sampai kapan Mas Gavin menutupi semua ini,’ batin Alya.“Al ... kamu beneran g
Pukul lima sore, Alya sudah pulang lebih dulu. Kemarin Bu Aminah sudah menelepon dan berpesan agar pulang lebih sore. Hari ini jika sesuai rencana keluarga Rahman, pria yang dijodohkan dengan Alya akan melakukan lamaran. Alya sudah pasrah menerima apa pun yang diinginkan ibunya saat itu. Gara-gara ini juga akhirnya membuat Gavin mempercepat pernikahannya dengan Alya. Alya senang akhirnya dia sudah resmi menjadi istri Gavin, tetapi tetap saja mereka berdua harus berhadapan dengan Bu Aminah dan menjelaskan penolakan lamaran Rahman nantinya.“Syukurlah kamu sudah pulang, Al. Ayo, cepetan mandi. Sebentar lagi keluarga Rahman datang. Kamu pasti tidak mau terlihat belum siap saat mereka datang nanti,” pinta Bu Aminah.Alya hanya menganggukkan kepala, padahal Alya baru saja menjejakkan kakinya di ruang tamu. Tetapi ibunya sudah meminta untuk bergegas. Dengan lesu, Alya berjalan menuju kamarnya. Dia benar-benar gelisah dan mencoba menebak apa yang akan dilakukan Ga
“Bu ... aku pingin ngomong,” sahut Gavin kemudian.Bu Aminah terkejut dan menghentikan mondar mandirnya. Dia menoleh ke arah Gavin. Gavin tampak tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Bu Aminah. Bu Aminah tampak bingung dengan Gavin kali ini. Tidak biasanya dia melihat Gavin bertampang aneh seperti ini. Wajahnya tampak tersenyum bahagia padahal beberapa hari lalu Yeni, istrinya datang ke rumah dan menceritakan tentang rencana perceraian mereka.Namun, kali ini tidak terlihat sama sekali raut sedih di wajah Gavin. Pria itu tampak ceria dan semringah. Bu Aminah terdiam saat Gavin sudah berdiri tepat di depannya.“Bu, aku ingin bicara penting dengan ibu,” lanjut Gavin bersuara.Bu Aminah termenung menatap Gavin, tampak sekali wajah kebingungan di raut tuanya itu.“Ada apa sebenarnya, Vin?” tanya Bu Aminah kemudian. Gavin diam tersenyum lagi kemudian sudah mengajak Bu Aminah untuk duduk mendekat ke arah Alya. Untung
Sebelum subuh, Gavin sudah pindah kembali ke kamarnya. Ia tidak mau seisi rumah tahu apa yang dia lakukan dengan Alya sepanjang malam. Mereka belum saatnya untuk mengetahui rahasianya ini. Pukul lima pagi saat Alya terjaga dari tidurnya. Ia melihat sudah tidak ada Gavin di sampingnya. Alya hanya mengulum senyum kemudian sudah bangkit sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Usai permainan panas mereka semalam Alya memang kelelahan dan tidak tahu saat Gavin pindah kamar.Alya berjalan dan berdiri terpaku di depan cermin. Sekali lagi ia mengulum senyum saat melihat beberapa tanda merah di tubuhnya peninggalan dari Gavin. Sepertinya hari ini dia harus memakai baju turtle neck lagi. Alya tidak mau membuat semua orang heboh dan bertanda tanya. Usai puas mengamati dirinya, Alya sudah beranjak ke kamar mandi. Ia ingin membantu Bu Aminah menyiapkan sarapan pagi kali ini.Saat Alya turun, tidak terlihat Bu Aminah di dapur. Padahal biasanya Bu Aminah paling rajin menyiapkan sara
Gavin dan Bu Aminah sontak terkejut dengan jawaban Alya. Bu Aminah menoleh ke arahnya tampak kedip sementara Gavin sudah saling beradu mata dengan Alya. Dua insan manusia itu seakan sedang sibuk berdebat antara berkata jujur atau menutupi semua dulu. Gavin benar-benar kebingungan dan tak bisa berkata apa pun.Kemudian tiba-tiba Alya tertawa sehingga membuat suasana tegang di ruangan itu kembali mencair.“Kalian tegang banget menanggapinya. Nama pacarku memang Gavin, Bu. Tapi bukan Gavin yang ini,” ujar Alya sambil menjentik hidung bangir kakaknya. Gavin hanya diam, tersenyum lalu menundukkan kepala.“Kok kamu gak pernah cerita? Kamu bertemu di mana? Teman kuliah?” cercah Bu Aminah kemudian.“Hmm ... sebenarnya kami sudah kenal lama. Dia sudah memendam rasa suka kepadaku selama ini hanya saja dia maju mundur untuk mengatakannya. Lalu saat kami bertemu kembali dia memberanikan diri untuk menembakku dan aku terima. Aku juga suda
Sudah hampir satu jam Gavin hanya diam termenung menatap kosong layar laptopnya yang menyala tanpa melakukan apa-apa. Pembicaraan pagi tadi di rumah Bu Aminah benar-benar sudah menginterupsi pikirannya. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi kini.Gavin tahu apa yang dilakukannya ini saling berkesinambungan dan semua yang terlibat di dalamnya salah. Gavin tidak mengelak kalau dirinya juga salah karena telah menduakan Yeni dengan menikahi adik angkatnya sendiri. Tetapi semua yang Gavin lakukan itu juga akibat ulah Yeni.“AGHRR ... .” Gavin menghela napas panjang sambil memukul keningnya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. Otaknya buntu dan tidak bisa menemukan jalan keluar sama sekali.Jujur rasa cintanya kepada Yeni sudah tidak sebanyak dulu apalagi setelah tahu kenyataan Yeni menduakan cintanya. Hanya Alya yang ada di hatinya dan selalu membuat lekungan indah di wajahnya tercipta. Alya memang cinta pertamanya yang terpaksa harus ia pen