Beranda / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / PAHAM KAN SEKARANG? PAHAM DONG!

Share

PAHAM KAN SEKARANG? PAHAM DONG!

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PAHAM KAN SEKARANG? PAHAM DONG!

"Ifah tak ingin menjadi seperti Mbak Alif dan Mbak Dinda," jawab Ifah dengan polosnya.

"Hah? Dinda? Memang Dinda kenapa? Selama ini Ibu sebagai mertua selalu baik dengan Dinda kok!" sahut Bu Nafis.

"DINNNNDAAAAAAA! APA YANG KATAKAN PADA IFAH!!!!!" teriak Bu Nafis sampai membuat Mbak Alif dan Ifah serta Mas Zain menutup telinganya.

"Hah! Mati aku!" batin Dinda mencoba untuk mencari jalan kabur.

Baru saja Dinda terpikirkan cara untuk pergi dengan lewat di belakang mertuanya, namun Bu Nafis sudah berbalik arah ke arahnya. Dia menatap Dinda dengan tatapan tajam, sedangkan Dinda hanya mampu menggaruk- garuk rambutnya yang tidak gatal itu serta tersenyum menyengir.

"Ada apa, Bu? Kenapa wajah Ibu memerah seperti itu, Bu? Jangan emosi, Bu! Sabar! Sabar," kata Dinda. Bu Nafis terdiam tak menyahuti semua ucapan Dinda.

"Aduh! Cucu Ibu nanti kaget kalau ibu berteriak -teriak begitu," ucapnya lagi.

"Cucu? Maksudmu?" tanya Mbak Alif yang memang tidak mengetahui bahw
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN

    INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN"Kau dengarkan? Siapa yang tak tahu diri? Masa iya sudah menumpang masih mau minta sama Ibu juga? Ibu ini lho tidak bekerja. Wong hanya jualan, itu pun juga seringnya tombok saja. Alhamdulillah cukup buat makan, lalu kau meminta ibu juga untuk membiayainya dari mana?" cerca bu Nafis."Fah! Paham kan sekarang maksud Mbak Dinda? Kau melihat dan tahu sendiri kan, Fah? Paham kan? Ngerti kan sekarang? Ngerti dong mosok gak ngerti," kata Dinda."PAHAM!""Wong edan! Ini yang kau maksud. Menantu dakjall!" bentak bu Nafis."CUKUP, BU!" bentak Zain menggebrak meja.Mereka pun segera menghentikan perdebatan itu saat Zain mulai meninggikan suarannya. Dinda segera membantu Mbak Alif menaikkan dagangan mertuanya ke mobil. Bu Nafis juga langsung masuk ke dalam kamar, bersiap senam. Zain adalah tipikal lelaki jarang marah. Ketika suaranya mulai di tinggikan itu tanda mereka terlewat batas."Din! Kau mau ikut Ibu senam?" ajak Bu Nafis."Tidak, Bu! Mobil di bawa Mas

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MBOK JUM PELESTARI BUDAYA!

    MBOK JUM PELESTARI BUDAYA!Para wanita biasanya menyiapkan semua keperluan untuk memandikan jenazah dan bunga -bunga untuk ditabur dan di ronce di atas keranda. Dinda segera ke rumah Mbak Lina setelah menutup pintu rumahnya. Dia melupakan satu hal berbahaya jika rewang di sana saat hamil."Mbak Dinda sampeyan yang masih muda tolong carikan bunga ya! Ambil saja di pekarangan rumah warga sini, nanti daun pandanya ambil di belakang rumahmu. Itu lak banyak toh pandan wangi," perintah bu RT.Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa dan juga di masyarakat Jawa pada umumnya dalam menghadapi peristiwa kematian, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memanggil modin, selanjutnya menyampaikan berita kematian tersebut di daerah sekitar bahwa suatu kematian telah terjadi. Kalau kematian itu terjadi sore atau malam hari, mereka menunggu sampai pagi berikutnya untuk memeulai proses pemakaman. Pemakaman orang Jawa dilaksanakan secepat mungkin sesudah kematian. Segera setelah mendengar

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   BEDA KEJAWEN DAN ISLAM!

    BEDA KEJAWEN DAN ISLAM!"Banyak sekali to, Mbok. Tak bisa di rapel jadi satu?" tanya Dinda."Ngawur kau itu, makna nya beda- beda," jawab Mbok Jum."Apa saja itu, Mbok?" tanya Dinda sambil asik memetik bunga.Memang sangat enak mendengar cerita orang jaman dulu. Apalagi Mbok Jum adalah tipikal Ibu- ibu yang sangat asik diajak menggosip dan mengghibah. Meski begitu Mbok Jum juga orang yang sangat agami meski masih menganut tradisi jawa juga."Upacara selamatan tiga harian memiliki arti memberi penghormatan pada orang yang meninggal. Orang Jawa berkeyakinan bahwa orang yang meninggal itu masih berada di dalam rumah. Ia sudah mulai berkeliaran mencari jalan untuk meninggalkan rumah. Selamatan ke tiga hari berfungsi untuk menyempurnakan empat perkara yang disebut anasir hidup manusia, yaitu bumi, api, angin dan air," jawab Mbok Jum."Hah? Astagfirulloh! Apa benar itu, Mbok? Bukannya ruh nya sudah di alam barzah? Mbok Jum menakut- nakuti saja," kata Dinda syok dengan pernyataan itu.Seba

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RONCE DAN SAWUR

    RONCE DAN SAWUR"Oh, Dinda paham. Misal nya seperti Haul Kyai Hamid, Kyai Hasnan, begitu to, Mbok?" tanya Dinda."Betul itu. Jadi beda kasta," jawab Mbok Jum."Umborampe itu apa to, Mbok? Kenapa harus ada?" tanya nya lagi."Umborampe itu benda atau alat perlengkapan dalam setiap sistem upacara oleh Orang Jawa, meliputi uborampe pangrukti layon sampai uborampe panguburing layon,yaitu perlengkapan merawat jenasah sampai perlengkapan penguburan jenasah. Saat upacara memandikan jenazah ada air landha merang yaitu air dari abu jerami yang disaring, digunakan untuk menyiram jenazah pertama kali. Air suci yaitu air yang diambil dari sumur yang digunakan untuk membilas jenazah. Air kunyit, yaitu air yang diberi campuran kunyit yang dihaluskan. Merang, atau dapat juga diganti dengan cottonbuds untuk membersihkan kuku. Sabun dan sampo, kapur barus, debog yaitu batang pisang yang dipotong. Tetapi ini hanya digunakan untuk situasi tertentu seperti jika tidak ada yang dapat dianggap layak untuk me

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   SAWAN MAYIT

    SAWAN MAYIT!"Kau kan hamil to kata mertuamu, kok rewang di sini?" sambung Nanda."Memang kenapa? Wajar to, wong Pak Hendi tetangga, mosok tetangga kesripahan mau diam diri di rumah?" sahut Dinda."Nduk, kau hamil?" tanya Mbok Jum dengan wajah paniknya. Dinda menganggukkan kepalanya."Astagfirulloh!" teriak beberapa orang yang rewang. Sontak pekikkan itu membuat Dinda bingung."Memang kenapa, Mbok?" tanya Dinda lagi ikut panik."Astagfirulloh, Gusti! Ayok pulang!" jawab Mbok Jum tanpa peduli dengan semua pertanyaan Dinda.Dinda yang memang tak tahu apa- apa langsung saja menurutinya. Dia langsung ngibrit pulang bersama Mbok Jum. Sepanjang jalan Mbok Jum meramalkan mantra- mantra yang tak tahu apa di katakannya."Kau itu ngawur, Din! Ngawur!" omel Mbok Jum."Kenapa memangnya, Mbok? Kenapa kita pulang? Di san masih repot lo, Mbok," ujar Dinda."Urusan layat melayat tidak sembarang orang diperbolehkan, Nduk! Kenapa kau tak mengatakan pada Mbok Jum sejak awal?" tanya Mbok Jum."La Mbok J

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Menantu Sok Kaya!

    MENANTU SOK KAYA!Bu Nafis tak peduli dengan teriakan Dinda. Dia berpura- pura cuek dengan teriakan Dinda. Tapi dalam hati bangga, menantunya yang mengejarnya."Halah wes ben, Din! Mertuamu rada sableng setelah di tinggah Abah Kyai," jawab Mbok Jum."Bukan begitu, Mbok! Tapi kan helm Ibu masih di pakai, Mbok. Dia marah- marah sama Mbok Jum sampai lupa melepas helmnya," kata Dinda tertawa."Hahahah. Sukurin wes ben! Biarkan saja, biar malu," sahut Mbok Jum."Wes ndang mandi nanti tak buatkan jamu, Nduk! Tak tambahi buatkan gelang sekalian," perintah Mbok Jum lagi.Di sini orang yang terkena sawan baik anak bayi, anak- anak, maupun Ibu hamil akan di beri obat berupa rempah- rampah yang telah di beri mantera- mantera yang di kenal dengan sebutan sawanan. Sawanan biasanya berupa rempah-rempah Jawa di antaranya daun dlingo, bangle, adas waras, kunyit, bawang merah, ketumbar, laos, jinten, kulit pohon secang, kayu manis, akar wangi, cendana, daun kemukus, daun kemuning. Rempah-rempah terse

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MASALAH UANG!

    MASALAH UANG!"Dinda!!! DINDAAA!" teriak Bu Nafis."Ck! Ada apa lagi itu Ibu mertuaku," gumam Dinda.'Brak' pintu kamar Dinda di buka paksa."Dasar menantu sok kaya! Cari muka kau ya! Hah?" bentak Bu Nafis."Ada apa, Bu?" tanya Dinda mendengar Ibu mertuanya sudah ribut di depan sana."Jangan pura- pura tak tahu! Kau tak usah sok sekali jadi orang, kau ini orang seperti apa sebenarnya? Sedang cari muka atau sedang memperbaiki nama atau mencari belas kasihan orang? Hah? Pengen di wahhh orang agar semua orang di sana kagum iya? Mana yang sebenarnya sedang kau lakukan?" cerca Bu Nafis."Ada apa toh, Bu? Ada apa sebenarnya? Dinda sungguh tak paham dengan apa yang Ibu katakan," ujar Dinda."Hahaha! Sok polos! Munafik. Tak usah berpura- pura kau itu, tadi Mbok Jum ke sana mengatakan bahwa kau akan menyumbang jajan untuk acara tiga harian di rumah Pak Hendi! Iya to?" tanya nya lgi."Oalah, masalah itu to, Bu! Tak kira masalah apa, la memang apa salahnya, Bu? Kan Ibu juga dekat dengan Pak Hend

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MENJADI SUAMI KALKULATOR!

    MENJADI SUAMI KALKULATOR!"Hah?" sahut Dinda melongo. Dia sungguh tak percaya seorang Hasan bisa mengatakan demikian."Mas, kau mengeluh menghidupiku?" tanya Dinda setengah tak percaya. Hasan menelan ludahnya kasar."Bukannya begitu, Dek. Mas tidak melarangmu, Mas juga tidak mengeluh, Dek. Kalau memang ada rezeki berlebih pun Mas juga ingin menyumbang ke keluarga Pak Hendi, apalagi itu kan tetangga gandeng tembok kita," kata Hasan."Baguslah kalau begitu, Mas. Lalu masalahnya di mana, Mas?" tanya Dinda."Masalahnya itu kan kita juga bukan orang yang berlebihan untuk sekarang, Dek," jawab Hasan."Apakah itu alasan untuk tidak bisa bersedekah sedikit, Mas?" sahut Dinda."Ya bukan begitu, pokoknya apa -apa kan harus punya skala prioritas, Dek. Dalam hidup ini tidak hanya tentang sedekah harta to, tapi kan sedekah juga melihat melihat kemampuan. Bisa kan sedekah bukan dengan mengeluarkan uang. Seperti rewang kan juga masuk sedekah tenaga," jelas Hasan."Andai aku boleh dan bisa melakukann

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status