halo... selamat membaca hasil karyaku
semoga kalian suka
jangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
terima kasih :)
LOVE YOUUUU
YOU STOLE MY FIRST KISS
Di bawah rintik-rintik air hujan, Hillary menggandeng tangan kakaknya berjalan melewati pekarangan rumah Evan menuju mobil mereka di parkir. Harry masih tampak terpukul dengan kejadian yang baru saja dialamninya. Gadis yang selama ini bersamanya ternyata tidak lebih dari seorang jalang yang hanya menginginkan uangnya. Pantas saja selama ini tagihan kartu kredit Harry selalu bertambah semenjak tiga kartu kreditnya dibawa wanita jalang itu. Betapa bodohnya ia tidak menyadari hal kecil itu. Dan betapa bodohnya ia menganggap wanita itu terlalu sempurna. Wanita jalang.
“Kita harus bersyukur karena Tuhan menunjukkan siapa dia yang sebenarnya padamu.” Hillary mencoba menenangkan kakaknya.
“Ya.” Harry enggan membahas apa saja yang menyangkut mantan kekasihnya itu. Ia ingin segera pulang dan melupakan kejadian malam ini. Harry juga berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi berbuat bodoh seperti sekarang.
Mungkin bagi Harry kisah cintanya sudah selesai. Namun Hillary justru berpikir sebaliknya. Ia ingin sekali melihat Jullio. Bagaimana pun juga, Jullio yang merencanakan ini semua. Entah apa alasannya. Hillary mencari cara agar ia bisa kembali ke ruang pesta dansa itu dan berharap bertemu Jullio di sana.
“Kak, sepertinya aku meninggalkan ponselku di.” Ujar Hillary saat sang kakak membuka pintu mobil untuknya.
Kening Harry mengkerut. “Oh, ya?”
“Aku buru-buru tadi, sampai-sampai aku tidak sadar ponselku tertinggal.”
“Aku akan mengantarmu,”
“Tidak,” tolak Hillary cepat. “Tidak perlu. Aku bisa ke sana sendiri. Lagipula, aku tidak mau nantinya kau bertemu dengan dia.” Kata-kata yang meluncur dari bibir Hillary terlalu cepat untuk diterima manusia normal seperti Harry. Pria itu curiga dengan adiknya, tapi untuk saat ini, sepertinya alasan Hillary cukup masuk akal.
Setelah kakaknya masuk ke mobil mereka, Hillary bergegas menuju ruangan di mana ia tadi bertemu dengan Jullio. Hillary berdiri di ambang pintu, menoleh ke sana kemari untuk mencari keberadaan Jullio. Setelah beberapa saat dan Jullio tidak juga kembali, Hillary memutar tubuhnya, berniat kembali ke mobil.
“Mencariku, Nona Manis”
Hillary tersentak ketika mendengar suara Jullio. Ia berbalik spontan kemudian mendorong Jullio hingga terjatuh. “Brengsek! Kau mau membuatku jantungan?”
Jullio merengut, ia bangkit untuk menatap Hillary. “Kenapa kau begitu kejam padaku?”
“Jangan gila! Kau yang memulainya. Aku hampir mati jika karenamu.”
“Baguslah.”
Hillary melolot. “Kau mau aku mati?”
“Kau sendiri yang memintanya!”
“Tidak. Aku tidak berkata demikian.”
“You did!”
Hillary mengepalkan kedua tangannya. Ia ingin sekali meninju wajah menyebalkan Jullio kemudian melemparkannya ke kandang beruang. Tidak ada beruang di sini.
“Kau mencariku, bukam?’ ujar Jullio ketika Hillary tidak lagi membantahnya. “Jangan marah-marah. Aku tidak mau kau menua lebih dulu setelah kita menikah nanti.”
Kali ini Hillary tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia maju satu langkah dan malayangkan tinjunya untuk Jullio. Hillary tidak tahan dengan kelakuan Jullio yang sangat menyebalkan. Dia ingin melenyapkan pria itu dengan cara apa pun.
Sebelum Hillary berhasil meninju atau mendorongnya lagi, Jullio mengangkat tubuh Hillary dan menaruhnya di pundaknya seperti karung beras. Hillary berontak. Jullio tidak peduli, ia ingin memberi gadis nakal itu pelajaran yang setimpal atas perbuatannya.
“Brengsek! Lepaskan aku, bodoh!”
“Kau terlalu sering mengumpat padaku.”
“Kau pantas mendapatkannya.”
“Bajingan kau! Bodoh! Tolol!”
“Kau membuatku bodoh!” sahut Jullio masih terus berjalan dengan membawa Jullio di pundaknya. Ia berjalan semakin cepat agar tidak ada yang curiga dengan mereka. Untung saja, penerangan di rumah itu cukup minim. Dan suara musik yang keras sedikit meredam teriakan Hillary.
Jullio menurunkan Hillary di sebuah sudut ruangan yang dangat jauh dari pusat pesta dansa berlangsung. Napasnya terengah, bergitu juga dengan Hillary. Hillary lelah meronta dan berteriak.
“Apa kau gila?” protes Hillary lagi.
“Katakan saja apa kau mencariku atau tidak.”
“Untuk apa aku mencari pria brengsek sepertimu? Aku yakin kau masih menikmati wanita itu diranjangm-..”
Jullio mengunci bibir Hillary dengan bibirnya. Ia tidak tahan dengan hinaan demi hinaan yang selama ini Hillary tunjukkan padanya. Jullio bisa merasakan tubuh Hillary menegang. Hillary tidak memberi respon seperti yang ia inginkan. Sebaliknya, Hillary hanya diam ketika Jullio melumat bibirnya.
Tak tahan dengan respon Hillary, Jullio memaksa Hillary membalas ciumannya. Ia terus mendesak Hillary dengan merengsek masuk dengan lidahnya. Hillary membuka mulutnya. Hanya itu. Gadis itu masih kaku seperti sebelumnya.
“Shit!” Jullio mengumpat. Jullio tidak ingin melepaskan bibir Hillary. Terlalu manis menurutnya. Tapi dia bukan tipe pria yang suka mendominasi wanita. Jullio lebih suka jika wanita yang bersamanya menikmati permainan mereka. bukan hanya dirinya. “Apa kau lakukan? Kenapa kau diam saja! Tidakkah kau-“
“Kau mencuri ciuman pertamaku.” Potong Hillary dengan napas memburu. Semua ini terlalu cepat baginya.
Jullio menganga. Pertama? Berapa usia gadis ini sebenarnya? Jullio yakin gadis ini seusia Bianca. Tujuh belas tahun.
Setelah menetralkan napasnya, Jullio menyelinapkan sejumput rambut Hillary di balik telinganya. Tatapannya melembut. Jullio melupakan kekesalannya pada Hillary. “Ikuti aku.”
Hillary berjuang keras menahan ledakan di dadanya. Sesaat setelah Jullio kembali menyatukan kembali bibir mereka, Hillary berusaha keras memahami bagaimana Jullio bermain lincah dengan bibirnya. Hillary spontan mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Jullio. Tiba-tiba juga, lututnya menjadi lemas.
Ya Tuhan Hillary, bagaimana bisa kau dengan mudahnya jatuh di tangan pria yang kau anggap brengsek itu? Yang kau panggil bajingan. Yang kau maki tiap kali kalian bertemu. Bagaimana bisa?
Hillary mengabaikan protes yang keluar dari dirinya sendiri. Ia menikmati bibir lembut Jullio yang menyapu biibirnya dengan kehangatan yang sungguh sangat berbeda. Hillary sepenuhnya sadar bahwa ini adalah kesalahan. Namun di sisi lain, atau lebih tepatnya sisi jahat dirinya, Hillary menganggap ciuman pertamanya adalah kesalahan termanis yang pernah ia lakukan dan yang tak akan pernah ia lupakan.
Kesalahannya bersama Jullio.
**
“Jadi, apa kau mau menjelaskan apa yang terjadi denganmu dan kekasih kakakku?” tanya Hillary ketika ciuman mereka berakhir.
“Berhubung kau sudah memberiku ciuman..”
“Kau mencurinya dariku, bodoh! Bukan aku yang memberikannya dengan suka rela.” Ketus Hillary.
“Sekali lagi kau mengumpat, aku akan menciummu sampai kau kehabisan napas!” ancam Jullio.
Lakukan saja, toh aku suka. Hillary buru-buru mengenyahkan pikiran jahat itu. Tidak. Dia hanya tidak mau mengakui bahwa memng bibir Jullio terasa sangat memabukkan. “Baik, baik, maaf. Jadi apa sekarang kau mau menjelaskannya padaku?” ucap Hillary demi menutupi kenakalannya sendiri.
“Bukankah sudah kubilang padamu, aku akan membuktikan siapa wanita jalang itu. Aku mengenalnya cukup lama…”
“Dan tidur dengannya juga…” potong Hillary cepat.
“Tidak, tidak. Kau salah paham. Sudahlah, percuma menjelaskan padamu. Kau selalu menganggap aku ini buruk dan kotor.”
Setitik penyesalan muncul di relung hati terdalam Hillary. Sejahat itukah dirinya selama ini? Apa kata-kata serta hinaannya pada Jullio terlalu kasar? “Lanjutkan,” pinta Hillary.
“Aku hanya tidak mau melihat kakakmu disakiti. Aku melakukannya demi membuktikan padamu kalau aku memang serius denganmu.”
“Maaf. Tapi kau tahu aku…”
“Ya, aku tahu. Sekarang sebaiknya kau pulang. Kakakmu pasti khawatir dan mungkin mencarimu.”
Untuk pertama kalinya, Jullio mengabaikan dan mengusir Hillary. Sejak bertemu di club malam sialan itu, Jullio selalu dan selalu mengejar kemana pun Hillary pergi. Entah apa yang membuat Jullio seolah berubah dalam waktu yang sangat singkat. Sikapnya itu membuat Hillary tidak nyaman.
“Baiklah.” Ucap Hillary mencoba mengenyahkan ketidaknyamanannya karena sikap Jullio.
Ketika Hillary melangkah pergi dari sisinya, Jullio sedikit menyesal. Jullio menggamit tangan Hillary lagi kemudian memeluk gadis itu lama. Jullio tidak rela berpisah dengan Hillary. Tapi gadis itu punya kehidupan yang lebih baik. Yang sangat berbeda dengan kehidupan brutalnya.
“Hati-hati.” Tukas Jullio seraya melepaskan pelukannya.
“Ya.” Sahut Hillary cepat.
Dalam perjalanan kembali ke mobilnya, Hillary terus menerus memikirkan Jullio. Ini kali pertama ia bisa mengenyahkan Angkasa dari benaknya. Hillary sedikit heran dengan dirinya sendiri. Ia tidak hentinya menyangkal perasaan bahagia ketika bersama Jullio meskipun sebenanrnya jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam Hillary mengakui Jullio membawa kebahagiaan tersendiri untuknya.
Kebahagiaan yang tidak pernah Angkasa berikan padanya.
Hillary mulai membandingkan mereka berdua.
“Kenapa lama sekali?” gerutu Harry saat adiknya membuka pintu mobil.
“Aku bertemu temanku.” Dusta Hillary.
“Ayo, sebaiknya kita pulang sekarang. Aku sudah sangat mengantuk.”
Segera setelah Hillary menutup pintu mobilnya, Harry menghidupkan mobil dan bergerak menjauh dari rumah Evan. Hillary meninggalkan separuh hatinya di rumah Evan. Entah hati itu untuk siapa. Hillary pun tak tahu. Untuk saat ini, dia hanya butuh ranjang empuknya serta guling yang bisa ia peluk sepanjang malam. Terlelap dalam mimpi indahnya hingga kenangan tentang Jullio lenyap begitu saja.
Namun yang terjadi sungguh sangat berbeda. Sepanjang malam itu, Hillary sama sekali tidak bisa tidur. Bibir Jullio seolah masih menyatu dengan bibirnya. Perut Hillary bergejolak mengingat bagaimana manisnya sebuah ciuman pertama. Ciuman pertamanya yang sengaja dicuri oleh pria brengsek bernama Jullio.
Jullio menegak satu gelas lagi whisky yang disuguhkan oleh pemilik rumah yang tak lain adalah Evan. Pandangannya tertuju pada segerombolan anak muda yang tengah berdiri di lantai dansa. Mudah bagi Evan mengubah rumah pribadinya menjado seperti club malam. Evan punya banyak uang. Jadi, tidak heran ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan.
“Di mana Bianca?” tanya Jullio pada Martin yang datang tiba-tiba.
“Aku menyuruhnya tidur. Besok Bianca ada pemotretan jam sepuluh.”
“Setelah bercinta?” goda Jullio.
“Kau tahu. Sudahlah, jangan ingatkan aku.”
“Aku tahu kau menyukainya.”
“Dan dia tidak. Dia menyukaimu.” Ketus Martin tidak suka.
“Lambat laun Bianca pasti sadar, dia tidak pernah benar-benar menyukaiku. Bianca lebih membutukan kau daripada aku.”
Martin mengaambil gelas kecil di atas meja lalu mengisinya dengan wine. Setelah menyesapnya, ia kembali berkata. “Kuharap kau benar. Aku tidak bisa membayangkan jauh dari Bianca. Dia… yah, kau tahu. Dia segalanya bagiku.”
Mendengar Martin mengungkapkan perasaannya yang sangat dalam itu, entah mengapa membuat Jullio iri. Jullio ingin seperti Martin, temannya itu bersedia melakukan apa saja demi gadis yang sangat ia cintai, Bianca. Meskipun semua orang tahu, Bianca tidak pernah menganggap Martin tidak lebih dari sekedar kacung. Namun Martin bahkan rela menyerahkan nyawanya demi kebahagiaan Bianca.
Jullio menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia ingin sekali berjuang demi Hillary. Andai saja ia bisa. Andai saja Hillary bukan gadis baik-baik, Jullio pasti akan dengan mudah mendapatkan Hillary. Dia tidak perlu merasa serendah ini. Andai saja ia bisa membeli harga diri Hillary dengan uang. Andai saja…
Dengan kesadaran penuh, Jullio menghentian andai-andainya. Ia menginginkan Hillary, tidak peduli seberapa buruk dirinya dan seberapa baik Hillary. Jullio membutuhkan gadis itu untuk dirinya sendiri. Seperti ikan yang membutuhkan air untuk tetap hidup, begitulah kira-kira perasaannya.
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
JULLIO sudah menunggu sejak satu jam yang lalu di depan rumah Hillary. Hari ini, ia dan Hillary berencana akan membahas mengenai bisnis club malam yang sengaja diberikan ayahnya kepadanya. Satpam rumah Hillary, yang sudah berteman baik dengannya menyuruhnya untuk masuk tapi Jullio menolak. Hari ini ia ingin menunggu Hillary di depan rumah saja. Mungkin saja Hillary pulang lebih cepat meski rasanya itu mustahil. Sebenarnya, selama ini Jullio penasaran, kemana saja Hillary setelah pulang sekolah. Gadis itu selalu pulang terlambat setiap harinya. Jullio ingin sekali bertanya tapi ia tidak mau mengganggu privasi Hillary.Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Jullio mendesah lega. Ia membuang rokoknya ke selokan sebelum Hillary memergokinya merokok. Hillary pernah melarangnya merokok dan Jullio sudah mengatakan kepada Hillary akan berhenti merokok. Hillary mungkin akan marah jika mendapati dirinya merokok lagi.Hillary membuka jendela mobilnya, “
JULLIO tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Hillary. Selama ini, ia selalu berusaha untuk tidak terlalu jauh menjalin hubungan dengan Hillary. Jullio tahu ia tidak akan bisa menyentuh Hillary lebih dari ini. Ia tidak mau melihat masa depan Hillary rusak karena dirinya. Namun, dengan keadaan, saat Hillary bahkan tidak canggung berdiri di dalam pelukannya tanpa busana, rasanya ia tidak yakin bisa menahan diri lebih lama lagi.Bibir ranum Hillary menyesap bibirnya penuh hasrat. Jullio yakin lima menit lagi Hillary tidak akan selamat dari amukannya. Jullio menggelengkan kepalanya berkali-kali. Membuatnya pagutan bibirnya dan bibir Hillary terlepas begitu saja. “Kumohon…” bisiknuya parau.“Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Hillary menyapukan jemari lentiknya di dada bidang Jullio. Rona merah yang menjalar di sekitar leher dan wajah Jullio membuatnya sedikit gugup. Sekaligus bahagia. Jika boleh jujur
INI ADALAH SERI KEDUA DARI #STOKES SERIES.UNTUK KE DEPANNYA AKAN AKU PUBLISH DI WORK INI KARENA JIKA DI WORK YANG BERBEDA AKAN SANGAT LAMA PROSESNYA.SELAMAT MEMBACASEMOGA KALIAN SUKA :)MARTIN AND BIANCABLURBBagi Bianca, Martin hanyalah objek fantasy seksual yang ia gunakan untuk melampiaskan hasratnya kepada laki-laki bernama Jullio yang mustahil ia miliki. Bianca sengaja memanfaatkan Martin agar ia bisa dekat dengan Jullio. Namun kedekatan mereka justru diartikan lain oleh keluarganya. Hingga suatu hari, saat keluarganya terpuruk, mereka memutuskan untuk menjodohkannya dengan Martin. Bianca tidak mencintai Martin, ia tidak mau menikah dengan pria itu meski mereka adalah pasangan yang sangat cocok di atas ranjang.Bagi Martin, Bianca adalah segalanya. Martin mencintai Bianca sejak pertama kali melihat gadis itu. Dan ketika gadis itu menawarkan tubuhnya untuk menjadi objek fantasi seksual, Martin dengan sen
MARRIAGE PROPOSAL 2HARRY membawa mobilnya memasuki sebuah kawasan elit perumahan yang bisa dibilang terlampau luas. Kawasan itu nyaris kosong, hanya ada beberapa rumah yang berdiri di sana. Harry mengira salah satu dari rumah itu miliki Jullio.Jullio. Sejak semalam, Harry tidak bisa berhenti memikirkan pria itu. Harry terus bertanya-tanya, sejak kapan Jullio dan adiknya menjalin hubungan? Dan bagaimana mereka bisa bertemu? Apakah selama ini Harry terlalu sibuk dengan Gabe sehingga melupakan kepentingan adiknya sendiri? Dan jika benar Jullio dan Hillary menjalin hubungan, kenapa selama ini justru Angkasa, adik kandung Jullio yang sering terlihat bersama Hillary?Sejujurnya, sejak semalam, Harry tidak bisa tidur atau melakukan pekerjaannya dengan benar. Harry terus memikirkan semua kata-kata Hillary. Selain hubungan adiknya dengan Jullio, ia juga tidak bisa terus-menerus memikirkan Gabrielle. Bagaimana wanita itu menghabiskan sepanjang masa kehamilannya dengan J
BYE, ANGKASA.ANGKASA memasuki rumahnya dengan membawa beberapa kotak makanan. Ia sengaja membeli banyak makanan karena ada kakaknya sekaligus Hillary. Hillary mungkin lupa kalau hari ini adalah hari jadi mereka berdua. Selama ini, gadis itu sepertinya terlalu sibuk dengan urusan sekolah dan pendaftaran di universitas sehingga melupakan momen penting itu. Tak lupa, Angkasa juga membeli sebuah kue dengan tulisan happy 1st anniversary Angkasa & Hillary. Dan sebuah lilin angka 1. Sungguh romantic. Angkasa juga menyiapkan kado berupa cincin yang ia beli dari hasil penjualan aplikasi yang ia dirikan bersama teman-temannya.Saat ia sampai di ruang tamu, tempat di mana Hillary menunggunya, Angkasa tidak menemukan gadis itu di sana. Ia meletakkan kue dan makanan yang dipesan oleh kakaknya. “Hill?” Seru Angkasa sedikit keras.Tidak ada sahutan. Kening Angkasa mengkerut, pandangannya kesana kemari, mencari Hillary. Angkasa berjalan menuju kamar mandi lalu
A GREAT PLANJULLIO membuka mata perlahan saat mendengar getaran ponsel di nakasnya. Rasanya, sudah lama sekali ia tidak tidur senyenyak ini. Ini kali pertama Jullio merasa seluruh bagian dari dirinya sangat ringan bak kapas sehingga mungkin saja ia terbang saat tertiup angin. Seulas senyum terpancar dari bibi Jullio. Pria itu bergegas mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini.Hillary. Ah, sepagi ini Jullio sudah dibuat bahagia hanya karena melihat nama yang tertera di ponselnya. Jullio mengangkat panggilan dari kekasihnya. Rasanya menyenangkan sekali bisa kembali memanggil Hillary kekasihnya lagi. “Selamat pagi, sayang.” Gumam Jullio dengan suara serak khas bangun tidur.“Selamat pagi, calon suami.” Sahut Hillary dari seberang.Mendengar hal itu, Jullio lantas tertekekeh. Ia tidak menyangka kalau Hillary akan memanggilnya seperti itu. Sama sekali tidak. Rasanya, baru kemarin mereka berbaikan setelah hampir
ONCE AGAINHILLARY memejamkan matanya lagi saat merasakan sentuhan tangan Jullio di kepalanya. Entah sudah berapa lama mereka tertidur. Setelah puas melepas kerinduan, Jullio dan Hillary terlelap begitu saja dengan tubuh masih saling bertautan. Hillary berada di atas tubuh kekar Jullio, salah satu posisi yang membuat keduanya memiliki satu sama lain dan mustahil dipisahkan."Jam berapa sekarang?" gumam Hillaru di dada Jullio."Entah. Apa kau mau pulang?" Jullio balik bertanya. Tangannya mengusap rambut lembut Hillary. Dan meski tubuhnya merasa keram karena harus menahan beban gadis itu, Jullio tidak keberatan sama sekali dengan semua itu.Hillary menggeleng. "Aku bisa mengakan kepada Harry kalau aku menginap di rumah temanku."Senyum Jullio terbit. "Apa kau mau menginap di sini?"Hillary mengangkat wajahnya, memandang Jullio yang masih menyunggingkan senyuman. "Kalau boleh aku mau tinggal di sini lagi.""Rumah ini milikmu, sayang."
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.THE PAIN.JULLIO mengembuskan napasnya perlahan. Pria itu menunggu sekian menit setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan rumah. Seorang supir membuka pintu dan ia bergegas turun. Jullio berjalan perlahan melewati taman dan kolam kecil di depan rumahnya. Satu minggu berlalu sejak terakhir kali ia meninggalkan rumahnya dan situasinya masih sama seperti hari-hari sebelum ia pergi.Sesampainya di dpintu, Jullio melihat Gabrielle datang bersama putranya. Wanita itu menyunggingkan senyum terbaiknya. Meskipun awalnya Jullio mungkin membenci wanita itu, kini perasaannya tidak sama lagi. Jullio sudah memutuskan untuk menyukai Gabrielle dan menganggap wanita itu sebagai saudaranya. Dan bayi kecil dalam gendongan Gabrielle, Jullio bahkan sanggup menganggap anak itu putranya.&
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.AUNTY HILL.HILLARY tertegun saat mendengar ucapan Gabrielle. Ia ingin meminta Gabrielle mengulangi kata-katanya, tetapi hal itu hanya akan menambah kecanggungan di antara mereka berdua. Anak ini bukan anak Jullio. Hillary tidak akan melupakan kata-kata itu. Sekali Gabrielle mengucapkannya. Cukup sekali dan berhasil membuatnya merasa jauh lebih baik. Ya, setidaknya itulah yang diharapkan selama beberapa bulan terakhir. Kerap kali Hillary berharap Jullio bukan ayah biologis dari anak yang dikandung oleh Gabrielle sehingga kelak mereka bisa kembali bersama. Karena sampai sejauh ini, Hillary masih sangat mengharapkan Jullio. Namun, fakta baru itu belum tentu mengubah keadaan menjadi jauh lebih baik. Hillary tidak boleh menyimpulkannya terlalu cepat.“Maaf?” Hillary berusaha meng
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.MY BABY.GABRIELLE meletakkan anaknya yang masih berumur satu bulan ke dalam box bayi setelah anak itu kenyang menyusu dan tertidur pulas. Wanita itu lalu berdiri seraya memandangi putranya dengan perasaan haru. Gabrielle tidak menyangka, ia sudah menjadi seorang ibu sekarang. Seroang ibu dari anak yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri. Jika mengingat bagaimana dulu ia nyaris menggugurkan kandungannya, sering kali Gabrielle merasa bersalah. Anaknya tidak berdosa, semua yang terjadi adalah murni kesalahannya dan Gabrielle seharusnya malu jika ia menyesali kehadiran anak itu dalam hidupnya.Tanpa ia sadari, senyuman manis tercetak di wajah cantiknya. Gabrielle sekali lagi mengusap pipi bayinya sebelum melangkah keluar, meniggalkan putranya sendiri di dalam kamarnya.Dengan enggan, Gabrielle
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.STUPID HEART.HILLARY mengembuskan napasnya perlahan. Senyumnya mengembang saat bel sekolah berdentang nyaring. Ada kebahagiaan yang tidak bisa ia sembunyikan dari siapa pun. Dan tampaknya, kebahagiaan itu juga dirasakan oleh sebagian besar murid di sekolahnya.Yap, hari ini, adalah hari terakhir ujian di sekolahnya. Setelah melewati serangkaian ujian yang membuatnya disibukkan dengan berbagai kelas dan mata pelajran, akhirnya Hillary bisa bernapas lega. Semuanya sudah dilewatinya dengan sangat baik. Hillary sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan menurut perkiraannya, nilainya tidak akan mengecewakan. Sejauh ini, ia berhasil berada di posisi lima besar parallel. Freddy selalu menjadi nomor satu, lalu Axel dan disusul Elsa. Hillary nomor empat, tapi siapa peduli? Ia cukup puas dengan prestasi yang