“Dia istriku,” ucap Afnan, lalu meraih tubuh istrinya dan berlari menjauh dari gedung.Keyra tidak sadarkan ketika tubuhnya dibaringkan, denyutnya juga melemah, Afnan semakin khawatir melihat Keyra, dengan cepat Afnan melakukan CPR pada Keyra, beberapa saat kemudian Keyra sadar dan langsung memeluk suaminya itu.“Kak, Star Supermarket...,” tangis Keyra.“Key, kamu harus sabar menghadapi musibah ini,” ucap Afnan seraya memeluk tubuh Keyra, untuk memberi rasa tenang.Beberapa jam berlalu, akhirnya api benar-benar sudah bisa ditaklukan oleh Damkar. Keyra menatap nanar puing-puing bangunan ynag hampir 80 persen sudah hangus terbakar, perlahan air mata mulai membasahi pipinya, mengingat mendiang ayahnya yang membangun penuh perjuangan hingga Star Supermaket berdiri, tapi berakhir sangat mengenaskan seperti ini. Perasaan bersalah mulai menghantui dirinya, tidak bisa menjaga peninggalan Praja.Sementara itu di sebuah apartemen, tiga orang sedang berpesta seakan sedang merayakan sesuatu yan
Afnan pagi–pagi sekali sudah berangkat ke perkebunan, hari ini mesin produksi datang, ia pasti akan sangat sibuk seharian memastikan mesin terpasang dengan benar. Langkah kakinya menuju pabrik yang baru selesai di bangun, disana sudah ada beberapa pegawai yang siap dengan tugasnya.Selama beberapa jam Afnan memberi briefing pada pegawai, setelah itu Afnan kembali mengeliling perkebunan.“Af, tunggu,” panggil Amara berlari kecil menyusul Afnan.“Amar, ada apa?”“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tahu keadaan Keyra, pasti dia terpukul dengan kejadian kemarin, jika dilihat Star Supermarket, habis terbakar.”“Keyra shock, tapi jangan cemaskan, Insya Allah kami akan bisa membangun Star Supermarket lagi.”“Apa kamu perlu bantuanku Af?”Afnan tersenyum hangat, ”Sepertinya tidak perlu Amar. Star Supermarket milik Keyra, biarlah dia yang akan memutuskan ke depannya bagaimana nasib Star Supermarket,” balas Afnan.“Okay.”Tak berselang lama Lathisa datang wajahnya pun tampak khawatir.”Assal
Tepukan tangan tiba-tiba terdengar menggema, seketika Lathisa dan Keyra menoleh ke arah suara.“Sudah kuduga kamu pelakunya Amar,” pekik Keyra. Seraya bangkit dari jongkoknya. Lathisa juga terlihat berdiri walau tubuhnya masih linglung.“Amar, apa yang kamu inginkan dari kami,” sarkas Lathisa.“Aku ingin kalian mati disini, dua orang wanita terjatuh di rooftop akibat berkelahi, skenario yang bagus ‘kan!” Amar mendekati keduanya dengan pisau tajam di tangannya.”Sepertinya kasus itu sangat menarik,” sambungnya pelan, dengan mata pisau yang bersinar tajam.“Kamu menginginkan Kak Afnan, lepaskan Lathisa, dia tidak ada hubungannya dengan masalahmu,” timpal Keyra, dengan menatap tajam Amar yang semakin berjalan mendekat.“Ha...ha... kamu salah Key, justru Lathisalah yang menjadi pesaingku sesungguhnya, karena Afnan itu sebenarnya mencintai Lathisa, apa kamu tidak menyadari tatapan Afnan ketika bertemu Lathisa. Itu tatapan cinta,” ujar Amar dengan sangat yakin.“Aku datang kesini, hanya in
“Gus, bagaimana keadaan Keyra?” Lathisa bertanya pada Afnan yang saat ini berada diluar kamar dimana Keyra dirawat.“Dia sudah sedikit membaik, tapi aku belum mengatakan tentang kondisi sebenarnya, aku masih takut Thisa, berita tentang janinnya yang tidak bisa diselamatkan, dan pengangkatan satu ovariumnya akan membuatnya shock.”Prank!...suara ponsel jatuh. Seketika Afnan dan Lathisa menoleh ke arah suara, mereka terkejut karena disana sudah berdiri Keyra, dengan wajah yang sedih dan mata yang berkaca-kaca.“Apa aku salah dengar Kak, aku salah dengar ‘kan?” Keyra berjalan dengan lutut gemetar mendekati suaminya, tangannya mencengkram kemeja Afnan, air mata luruh.”Ada janin dalam perutku, dan ia tidak bisa diselamatkan, satu ovariumku juga telah hilang?” tanya Keyra suaranya bergetar.“Maaf Key, maaf,” balas Afnan pelan.Permintaan maaf Afnan membuat Keyra histeris.”Apa yang kamu lakukan padaku Kak!” pekiknya sambil kedua tanganya memukul dada Afnan, hingga suaranya melemah dan pin
Keyra masih betah duduk termenung di kursi taman, setelah satu bulan, kejadian di atas rooftop. Keadaan fisiknya semakin membaik, tapi tidak dengan jiwanya, ia begitu rapuh, mengingat calan bayi dalam perutnya tidak dapat diselamatkan, dan satu ovarium yang harus diangkat, hingga kemungkinan memiliki anak hanya 30 persen saja. Keadaan Star Supermarket yang masih terbengkalai, dan yang lebih menyakitkan kenyataan jika Afnan suaminya masih mencintai Lathisa, setidaknya itu yang ada di pikiran Keyra. Pernyataan Afnan tidak membuat Keyra percaya, berkali-klai Afnan mengatakan, jika dirinya yang saat ini ia cintai, tapi entah mengapa bagi Keyra itu hanya untuk menghibur dirinya saja.“Non, ini susu hangat, dan omeletnya, makanlah.” Mbok Sum membawa nampan berisi makanan.Helaan napas berat, terdengar begitu menyayat hati, “Aku wanita yang malang Mbok, apa yang dulu aku banggaan sekarang telah hilang, Star Supermarket, tanah warisan Papi, kesempurnaan seorang wanita, semuanya itu sudah
Afnan menghela napas berat. ”Menurut Dokter, Keyra masih ada kemungkinan bisa hamil walau hanya 30 persen saja, tapi kami akan terus bertawakal dan beriktiar.”“Afnan, aku sudah memutuskan untuk masa depanmu dan masa depan Rafif. Aku tidak setuju Rafif menikahi Lathisa, karena aku sudah terikat janji dengan Kakek Lathisa yang merupakan sahabatku, jika kamu dan Lathisa harus menikah,” ucap Kyai Damarjati. Afnan terkejut, bagaimana mungkin Kakeknya memberi keputusan semudah itu mengenai empat hati yang mungkin akan hancur, dan undangan pernikahan Rafif dan Lathisa juga sudah tersebar walau hanya di kalangan pesantren dan keluarga.“Kakek, tidak mungkin bisa membuat keputusan itu tanpa mempertimbangkan perasan kami.”“Kalian yang telah lancang memutuskan menikah tanpa memberitahukanku dan tanpa persetujuanku, kalian pikir menikah adalah hal biasa dan cuma main-main, aku sangat kecewa dengan keputusanmu yang mendadak menikahi gadis mualaf itu!”“Namanya Keyra,” timpal Afnan.“Jadikan Lat
Belum sempat Afnan berbicara, tiba-tiba muncul, orang tua Lathisa, dengan menelengkupkan kedua tanganya di dada, memohon pada Afnan.“Gus Afnan, tolong menikahlah dengan Lathisa, kami tidak sanggup menahan malu dengan pembatalan pernikahan ini,” ucap pria paruh baya itu. “Iya Gus, lagi pula Lathisa masih sangat mencintai Gus Afnan, aku rasa Lathisa juga setuju dengan keputusan ini,” timpal wanita paruh baya, dengan memohon juga bahkan terlihat menitikan air mata.“Lalu bagaimana dengan Keyra, aku akan berbicara dengannya,” timpal Afnan.“Tidak Afnan, tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita akan jelaskan setelah pernikahan selesai, apalagi yang bisa ia berikan sebagai istrimu, lihatlah video ini sungguh perbuatan laknat!” umpat Kyai Damar, masih marah dengan video yang tersebar di media sosial tanpa bisa dicegah.“Mulai detik ini, aku tidak menerima Keyra sebagai menantuku, kamu harus ceriakan dia setelah acara ini selesai!”Perintah Kiai Damarjati bagai sebuah pedang yang menusuk jan
Di sebuah desa kecil, di pinggiran kota Semarang, tepatnya di bawah kaki gunung Ungaran. Seorang wanita menatap nanar hutan pinus yang menghampar di perbukitan.“Non Key, pakailah baju hangat ini, disini dingin, tidak seperti di Jakarta,” suruh seorang wanita setengah baya.“Mbok Sum, sudah berapa lama kita disini?”“Satu bulan Non, Mbok Sum senang, akhirnya Non Key, mau Mbok ajak ke kampung halaman Mbok Sum, walau sederhana, tapi nyaman, cocok untuk menenangkan pikiran.”“Mbok, yakin, tidak ada yang tahu tempat ini.”“Iya Non, tidak ada yang tahu tempat ini, yang tahu hanya Tuan dan Nyonya Praja, pegawai lainnya tidak tahu, untuk komunikasi dengan penyewa rumah, Mbok pakai alamat saudara Mbok, juga untuk transaksi pembayaran, dan untuk yang lainnya, aku yakin Tuan Afnan tidak bisa melacaknya keberadaan Non Keyra.”“Kak Afnan tidak mungkin mencariku, ia dan Lathisa sudah menikah dan mereka pasti bahagia, walau sulit, aku sudah ikhlas Mbok.” Jawaban Keyra begitu terlihat pasrah, tapi
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia