Di sebuah desa kecil, di pinggiran kota Semarang, tepatnya di bawah kaki gunung Ungaran. Seorang wanita menatap nanar hutan pinus yang menghampar di perbukitan.“Non Key, pakailah baju hangat ini, disini dingin, tidak seperti di Jakarta,” suruh seorang wanita setengah baya.“Mbok Sum, sudah berapa lama kita disini?”“Satu bulan Non, Mbok Sum senang, akhirnya Non Key, mau Mbok ajak ke kampung halaman Mbok Sum, walau sederhana, tapi nyaman, cocok untuk menenangkan pikiran.”“Mbok, yakin, tidak ada yang tahu tempat ini.”“Iya Non, tidak ada yang tahu tempat ini, yang tahu hanya Tuan dan Nyonya Praja, pegawai lainnya tidak tahu, untuk komunikasi dengan penyewa rumah, Mbok pakai alamat saudara Mbok, juga untuk transaksi pembayaran, dan untuk yang lainnya, aku yakin Tuan Afnan tidak bisa melacaknya keberadaan Non Keyra.”“Kak Afnan tidak mungkin mencariku, ia dan Lathisa sudah menikah dan mereka pasti bahagia, walau sulit, aku sudah ikhlas Mbok.” Jawaban Keyra begitu terlihat pasrah, tapi
Sinar mentari bersinar terang, menerangi semasta alam, disaat orang–orang mulai sibuk dengan aktivitasnya, Keyra terlihat termenung, entah kenapa pikirannya selalu melayang pada sosok Afnan. 5 bulan sudah Keyra meninggalkan Jakarta dan tinggal di Kota Semarang. Niat hati ingin melupakan Afnan, tapi kenyataannya justru ia selalu merindukan pria yang masih berstatus suaminya itu.“Mbok, apa Kak Afnan sudah mengajukan gugatan cerai padaku?” tanya Keyra yang berjalan menggunakan tongkat kayu.“Belum ada kabar dari saudara Mbok yang di Jakarta. Non, Mbok rasa Tuan Afnan tidak menceraikan Non Keyra, apa sebaiknya Non Key saja yang mengajukan gugatan cerai.”“Entahlah Mbok, aku mendengar sendiri Kakek Damarjati memerintahkan Kak Afnan untuk menceraikanku.”“Assalamu’alaikum,” salam Dokter Pram, dokter yang akhir-akhir ini memberi perhatian lebih pada Keyra sudah berdiri di ambang pintu, sambil tersenyum hangat.“Waalaikumsalam,” Mbok Sum dan Keyra menjawab salam bersamaan. Seraya membalas se
Dengan langkah kecil Keyra menuju mobil dan pergi meninggalkan rumah sakit. Kini Keyra menuju sebuah pemukiman sederhana, Rosela Regency, sebuah perumahan menengah yang berada di pinggiran kota, Keyra memutuskan tinggal di rumah yang sederhana, selain keuangan yang minim, ia juga ingin suasana dan pergaulan baru.Keyra kini berada di dalam unit apartemen, pikirannya melayang pada Afnan, dalam hati ia berpikir, kenapa Afnan menduakannya, alasan apapun itu baginya tetaplah menyakitkan, apakah tidak sempurnanya seorang istri bisa dijadikan alasan untuk menikah lagi?Keyra mengusap air matanya, tiba-tiba bell pintu berbunyi. Keyra melangkah dengan hati-hati, pasalnya ia baru saja beberapa hari tinggal di pemukiman dan tidak ada yang tahu tentang keberadaannya kecuali Mbok Sum, dan Prambudi.Hari pun sudah mulai petang, dengan langkah pelan Keyra berdiri di pintu dan kemudian membuka sedikit pintu, terlihat seorang wanita berpakaian modis berdiri di depan pintu.“Mami..” Keyra terkejut,
Keyra menatap nanar sang Ibu, yang masih berdiri di depannya dengan kedua tangan di pinggang, sambil menatap tajam.“Mami tidak setuju, dengan rencanamu itu, kamu harus menyerahkan Star Supermarket pada Mami dan Om Andre, atau Mami akan gugat kamu secara hukum, Mami akan menggugat isi wasiat dari ayahmu yang tidak adil itu,” ancam Nayumi dengan nada tinggi.“Waktu bercerai, Papi sudah memberikan harta gono gini ‘kan, Mam? Apa Mami lupa, sebuah vila dan tanah seluas 2000 meter telah Mami minta,” ungkap Keyra dengan nada kecewa seakan Maminya datang ke Jakarta hanya untuk menguasai harta yang telah Praja berikan padanya.“Tahu apa kamu, waktu itu kamu masih kecil, tidak tahu apa-apa.”“Keyra tahu Mam, karena Papi menyimpan dokumen penyerahan properti itu, dan surat perjanjian jika Mami tidak akan mengungkit harta Papi.” Keyra berbicara dengan nada tegas.“Assalamu’alikum,” salam seseorang menghentikan perdebatan antara ibu dan putrinya itu.Keyra berjalan ke arah pintu, lalu dilihatny
“Kak Afnan keluarlah, tidak pantas Kakak ada di dalam kamarku!” hardik Keyra “Kenapa, aku masih suamimu, kita masih muhrom, Key.” Afnan berjalan pelan ke arah keyra.“Kita akan bercerai,” timpal Keyra dengan tegas, namun sedikit bergetar.“Aku tidak akan menceraikanmu.” Langkah Afnan semakin dekat, hingga membuat Keyra mundur satu langkah.“Aku juga tidak mau di madu, walau ada sejuta kekuranganku, aku tidak mau berbagi suami dengan siapapun atau alasan apapun,” gertak Keyra dengan tegas.“Hanya kamu Key yang memiliki hatiku, mungkin tubuh ini bukan sepenuhnya milikmu lagi, tapi percayalah hati ini menjadi milikmu.”“Kak Afnan, kamu itu seorang penyihir bagiku, semua yang keluar dari mulutmu, sungguh indah, membuat terlena dan bahkan aku tak bisa lepas darimu, kamu tahu, aku butuh waktu untuk memahami semua ini Kak, aku hampir melenyapkan nyawaku sendiri, itu karena aku sudah gila karenamu,” Keyra berucap, terlihat kini di sudut netranya menumpuk titik embun.“Kamu mencintaiku Key
Nayumi terlihat kesal, ia meninggalkan loby hotel dan menaiki taksi pergi ke rumah Keyra, pembicaraannya beberapa menit lalu dengan suaminya, cukup membuatnya jengkel, kerena suaminya meminta uang pada dirinya. Dengan terpaksa Nayumi menuruti kemauan suami barunya itu.ToK!...tok!...”Key...” teriak Nayumi begitu sampai di rumah Keyra.Ceklek!“Nyonya ada apa pagi-pagi datang?” tanya Mbok Sum.“Itu bukan urusanmu Mbok.”Mbok Sum hanya menghela napas perlahan dan kecewa dengan sikap majikannya. Dulu Nayumi adalah seorang wanita yang lembut, tapi semenjak mengenal laki-laki yang sekarang menjadi suaminya, perangainya berubah, menjadi ketus dan ambisius terhadap harta, hingga memutuskan untuk bercerai dari Praja dan menikahi Andre.“Mana Keyra?” tanyanya dengan kasar, seraya mengedarkan pandangnya ke seluruh ruangan.“Nona Keyra tidak di rumah.”“Sepagi ini, dia sudah pergi, kemana?”“Saya kurang tahu Nyonya.”Nayumi meraih ponsel dari dalam tas brandednya, kemudian menekan nama Keyra, n
Dengan perasaan kecewa Afnan pergi, pikirannya masih mengingat perkataan Pram, mungkinkah Keyra ingin menenangkan diri ataukah ia tidak mau lagi bertemu dengan dirinya, mengingat pertemuan kemarin tampak Keyra sangat kecewa dengan dirinya.Afnan memutuskan untuk kembali ke vila perkebunan, mungkin benar apa yang dikatakan Dokter Pram, Keyra butuh waktu, itulah yang dipikirkan Afnan.Sampai di vila, ternyata Lathisa belum masuk ke dalam palvilium, ia masih duduk di teras, wajahnya berbinar ketika melihat mobil Afnan memasuki pagar.“Assalamu’alaikum,” sapa salam Afnan ketika sudah berdiri di depan Lathisa.“Waalaikumsalam, Gus, akhir–akhir ini kamu pulang larut, apa ada masalah dengan pabrik, aku dengar dari karyawan sedang ada masalah dengan pengiriman minuman kemasan keluar kota?”“Bukan masalah serius, tolong pikirkan kesehatanmu dan bayi kita, “pinta Afnan.“Gus, maukah malam ini tidur denganku lagi, mungkin terdengar manja, tapi aku juga tidak tahu dengan perasanku akhir-akhir in
Setelah masuk ke kamar hotel, Nayumi menghubungi Andre.“Dre, apa kamu dalang hilangnya Keyra?” cerca Nayumi.“Santai sayang...putrimu aman di tanganku,” jawab Andre disertai tawa misteriusnya.“Dre, tolong jangan kamu lukai Keyra.”“Jangan khawatir, aku hanya menekannya sedikit, supaya dia mau menyerahkan Star Supermarket dan rumah peninggalan Praja ke tanganmu, aku terpaksa menculiknya, karena kau tidak bisa menekannya.”“Okey, Dre sekarang katakan dimana Keyra?”“Nayu, lebih baik kamu diam, dan tunggu kabar dariku, percayalah setelah Keyra menandatangi berkas-berkas pengambil alihan properti Praja, aku pasti akan melepaskan putrimu, aku juga ayah sambungnya ‘kan?” ucap Andre lalu diiringi tawa yang menggema, dan sambungan ponsel pun diputus.“Shitt....awas kamu, jika kamu melukai Keyra,” umpat Nayumi, kini diliputi rasa cemas memikirkan putri semata wayangnya itu.Sementara itu di sebuah vila di atas bukit di daerah Bandung, Keyra berada di sebuah kamar dengan keadaan tangan terik