Keyra menatap nanar sang Ibu, yang masih berdiri di depannya dengan kedua tangan di pinggang, sambil menatap tajam.“Mami tidak setuju, dengan rencanamu itu, kamu harus menyerahkan Star Supermarket pada Mami dan Om Andre, atau Mami akan gugat kamu secara hukum, Mami akan menggugat isi wasiat dari ayahmu yang tidak adil itu,” ancam Nayumi dengan nada tinggi.“Waktu bercerai, Papi sudah memberikan harta gono gini ‘kan, Mam? Apa Mami lupa, sebuah vila dan tanah seluas 2000 meter telah Mami minta,” ungkap Keyra dengan nada kecewa seakan Maminya datang ke Jakarta hanya untuk menguasai harta yang telah Praja berikan padanya.“Tahu apa kamu, waktu itu kamu masih kecil, tidak tahu apa-apa.”“Keyra tahu Mam, karena Papi menyimpan dokumen penyerahan properti itu, dan surat perjanjian jika Mami tidak akan mengungkit harta Papi.” Keyra berbicara dengan nada tegas.“Assalamu’alikum,” salam seseorang menghentikan perdebatan antara ibu dan putrinya itu.Keyra berjalan ke arah pintu, lalu dilihatny
“Kak Afnan keluarlah, tidak pantas Kakak ada di dalam kamarku!” hardik Keyra “Kenapa, aku masih suamimu, kita masih muhrom, Key.” Afnan berjalan pelan ke arah keyra.“Kita akan bercerai,” timpal Keyra dengan tegas, namun sedikit bergetar.“Aku tidak akan menceraikanmu.” Langkah Afnan semakin dekat, hingga membuat Keyra mundur satu langkah.“Aku juga tidak mau di madu, walau ada sejuta kekuranganku, aku tidak mau berbagi suami dengan siapapun atau alasan apapun,” gertak Keyra dengan tegas.“Hanya kamu Key yang memiliki hatiku, mungkin tubuh ini bukan sepenuhnya milikmu lagi, tapi percayalah hati ini menjadi milikmu.”“Kak Afnan, kamu itu seorang penyihir bagiku, semua yang keluar dari mulutmu, sungguh indah, membuat terlena dan bahkan aku tak bisa lepas darimu, kamu tahu, aku butuh waktu untuk memahami semua ini Kak, aku hampir melenyapkan nyawaku sendiri, itu karena aku sudah gila karenamu,” Keyra berucap, terlihat kini di sudut netranya menumpuk titik embun.“Kamu mencintaiku Key
Nayumi terlihat kesal, ia meninggalkan loby hotel dan menaiki taksi pergi ke rumah Keyra, pembicaraannya beberapa menit lalu dengan suaminya, cukup membuatnya jengkel, kerena suaminya meminta uang pada dirinya. Dengan terpaksa Nayumi menuruti kemauan suami barunya itu.ToK!...tok!...”Key...” teriak Nayumi begitu sampai di rumah Keyra.Ceklek!“Nyonya ada apa pagi-pagi datang?” tanya Mbok Sum.“Itu bukan urusanmu Mbok.”Mbok Sum hanya menghela napas perlahan dan kecewa dengan sikap majikannya. Dulu Nayumi adalah seorang wanita yang lembut, tapi semenjak mengenal laki-laki yang sekarang menjadi suaminya, perangainya berubah, menjadi ketus dan ambisius terhadap harta, hingga memutuskan untuk bercerai dari Praja dan menikahi Andre.“Mana Keyra?” tanyanya dengan kasar, seraya mengedarkan pandangnya ke seluruh ruangan.“Nona Keyra tidak di rumah.”“Sepagi ini, dia sudah pergi, kemana?”“Saya kurang tahu Nyonya.”Nayumi meraih ponsel dari dalam tas brandednya, kemudian menekan nama Keyra, n
Dengan perasaan kecewa Afnan pergi, pikirannya masih mengingat perkataan Pram, mungkinkah Keyra ingin menenangkan diri ataukah ia tidak mau lagi bertemu dengan dirinya, mengingat pertemuan kemarin tampak Keyra sangat kecewa dengan dirinya.Afnan memutuskan untuk kembali ke vila perkebunan, mungkin benar apa yang dikatakan Dokter Pram, Keyra butuh waktu, itulah yang dipikirkan Afnan.Sampai di vila, ternyata Lathisa belum masuk ke dalam palvilium, ia masih duduk di teras, wajahnya berbinar ketika melihat mobil Afnan memasuki pagar.“Assalamu’alaikum,” sapa salam Afnan ketika sudah berdiri di depan Lathisa.“Waalaikumsalam, Gus, akhir–akhir ini kamu pulang larut, apa ada masalah dengan pabrik, aku dengar dari karyawan sedang ada masalah dengan pengiriman minuman kemasan keluar kota?”“Bukan masalah serius, tolong pikirkan kesehatanmu dan bayi kita, “pinta Afnan.“Gus, maukah malam ini tidur denganku lagi, mungkin terdengar manja, tapi aku juga tidak tahu dengan perasanku akhir-akhir in
Setelah masuk ke kamar hotel, Nayumi menghubungi Andre.“Dre, apa kamu dalang hilangnya Keyra?” cerca Nayumi.“Santai sayang...putrimu aman di tanganku,” jawab Andre disertai tawa misteriusnya.“Dre, tolong jangan kamu lukai Keyra.”“Jangan khawatir, aku hanya menekannya sedikit, supaya dia mau menyerahkan Star Supermarket dan rumah peninggalan Praja ke tanganmu, aku terpaksa menculiknya, karena kau tidak bisa menekannya.”“Okey, Dre sekarang katakan dimana Keyra?”“Nayu, lebih baik kamu diam, dan tunggu kabar dariku, percayalah setelah Keyra menandatangi berkas-berkas pengambil alihan properti Praja, aku pasti akan melepaskan putrimu, aku juga ayah sambungnya ‘kan?” ucap Andre lalu diiringi tawa yang menggema, dan sambungan ponsel pun diputus.“Shitt....awas kamu, jika kamu melukai Keyra,” umpat Nayumi, kini diliputi rasa cemas memikirkan putri semata wayangnya itu.Sementara itu di sebuah vila di atas bukit di daerah Bandung, Keyra berada di sebuah kamar dengan keadaan tangan terik
Afnan dan Pram memutuskan berpencar mencari keberadaan Keyra, Sementara dua penjaga dan Andre sudah bersiap-siap menghadapi kedatangan Afnan dan Pram, dengan senjata tajam di tangannya.Mau tidak mau Afnan dan Pram menghadapi mereka, untunglah keduanya sama-sama jago bela diri, hingga dengan keahliannya, mereka imbang menghadapi para pengawal Andre.Suasana malam itu sangat menegangkan, bunyi tendangan, pukulan dan beberapa benda yang jatuh membuat Keyra berteriak minta tolong.Brak!... Dug!..Pyar!...bersahut-sahutan suasana menjadi kacau. Beberapa menit kemudian polisi datang, dengan begitu Andre dan pengawalnya sudah tidak bisa berkutik, dan akhirnya menyerah.Afnan dan Pram, dan juga seorang polisi membuka pintu dimana Keyra disekap.“Brak!..“Keyra,” panggil Afnan dan Pram bersamaaan, tampak kedua pria itu mencemaskan wanita yang berdiri dengan wajah memucat.“Apa Anda terluka?” tanya seorang polisi pada Keyra.“Saya tidak terluka Pak, terima kasih Pram, Pak polisi Anda datan
Keyra tertegun, wajahnya menghadap jendela kamar hotel, hari ini mentari enggan bersinar, setelah semalam di guyur hujan, kabut tipis masih menyelimuti perbukitan hutan pinus, desahan berat terdengar di bibirnya seakan ingin melepas beban yang saat ini di tanggungnya, pikirannya tertuju pada Nayumi, ibu kandungnya, mungkin saat ini ibunya sudah di panggil ke kantor polisi entah terlibat atau tidak, polisi yang akan menentukannya.“Keyra, ayo kita pulang, hari ini kita harus pergi ke kantor polisi,” ajak Afnan membuyarkan lamunan Keyra, lalu ia menoleh ke arah Afnan yang telah berpakaian rapi, sejenak ia terpesona dengan ketampanan dan mata teduh yang dimiliki pria itu, tapi segera dibuangnya pandangannya.“Ayo, aku ingin segera bertemu dengan Mami, aku harap Mami tidak terlibat dengan penculikan ini,” balas Keyra, lalu berjalan melewati Afnan dan keluar kamar hotel.Sekitar satu jam perjalanan, sampailah Keyra di kantor polisi bersama Afnan, seperti dugaan Keyra, ibunya sudah berada d
“Cinta, apa seperti ini yang Kak Afnan bilang cinta. Cinta itu hanya tertuju pada satu orang, jika tidak, itu nafsu.” Keyra kesal, ia berucap dengan tegas.Afnan mencoba berdiri dan meraih tubuh wanita yang terlihat frustasi dengan hubungan pernikahan ini.“Tolong, jangan menganggapku menikahimu dan Lathisa adalah nafsu, aku menyentuh Lathisa hanya satu kali Key, dan Allah menitipkan janin di rahimnya,” bisik Afnan di telinga Keyra yang masih dalam dekapannya.Keyra tiba-tiba tak bisa menahan air matanya, ia ingat akan vonis dokter, jika dirinya kemungkinan kesulitan akan hamil, apakah ini sebuah jalan yang harus ditempuh, haruskan ia menahan harga dirinya demi Afnan, bukankah setiap orang menginginkan seorang anak dari darah dagingnya sendiri, termasuk juga Afnan. Sebagai anak tunggal pastilah kakeknya menginginkan seorang penerus.“Maafkan aku Kak, yang tidak sempurna ini,” ucap Keyra sambil terisak.Dengan lembut jari jemari Afnan mengusap air mata yang luruh di pipi Keyra, lalu d
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia