Dengan perasaan kecewa Afnan pergi, pikirannya masih mengingat perkataan Pram, mungkinkah Keyra ingin menenangkan diri ataukah ia tidak mau lagi bertemu dengan dirinya, mengingat pertemuan kemarin tampak Keyra sangat kecewa dengan dirinya.Afnan memutuskan untuk kembali ke vila perkebunan, mungkin benar apa yang dikatakan Dokter Pram, Keyra butuh waktu, itulah yang dipikirkan Afnan.Sampai di vila, ternyata Lathisa belum masuk ke dalam palvilium, ia masih duduk di teras, wajahnya berbinar ketika melihat mobil Afnan memasuki pagar.“Assalamu’alaikum,” sapa salam Afnan ketika sudah berdiri di depan Lathisa.“Waalaikumsalam, Gus, akhir–akhir ini kamu pulang larut, apa ada masalah dengan pabrik, aku dengar dari karyawan sedang ada masalah dengan pengiriman minuman kemasan keluar kota?”“Bukan masalah serius, tolong pikirkan kesehatanmu dan bayi kita, “pinta Afnan.“Gus, maukah malam ini tidur denganku lagi, mungkin terdengar manja, tapi aku juga tidak tahu dengan perasanku akhir-akhir in
Setelah masuk ke kamar hotel, Nayumi menghubungi Andre.“Dre, apa kamu dalang hilangnya Keyra?” cerca Nayumi.“Santai sayang...putrimu aman di tanganku,” jawab Andre disertai tawa misteriusnya.“Dre, tolong jangan kamu lukai Keyra.”“Jangan khawatir, aku hanya menekannya sedikit, supaya dia mau menyerahkan Star Supermarket dan rumah peninggalan Praja ke tanganmu, aku terpaksa menculiknya, karena kau tidak bisa menekannya.”“Okey, Dre sekarang katakan dimana Keyra?”“Nayu, lebih baik kamu diam, dan tunggu kabar dariku, percayalah setelah Keyra menandatangi berkas-berkas pengambil alihan properti Praja, aku pasti akan melepaskan putrimu, aku juga ayah sambungnya ‘kan?” ucap Andre lalu diiringi tawa yang menggema, dan sambungan ponsel pun diputus.“Shitt....awas kamu, jika kamu melukai Keyra,” umpat Nayumi, kini diliputi rasa cemas memikirkan putri semata wayangnya itu.Sementara itu di sebuah vila di atas bukit di daerah Bandung, Keyra berada di sebuah kamar dengan keadaan tangan terik
Afnan dan Pram memutuskan berpencar mencari keberadaan Keyra, Sementara dua penjaga dan Andre sudah bersiap-siap menghadapi kedatangan Afnan dan Pram, dengan senjata tajam di tangannya.Mau tidak mau Afnan dan Pram menghadapi mereka, untunglah keduanya sama-sama jago bela diri, hingga dengan keahliannya, mereka imbang menghadapi para pengawal Andre.Suasana malam itu sangat menegangkan, bunyi tendangan, pukulan dan beberapa benda yang jatuh membuat Keyra berteriak minta tolong.Brak!... Dug!..Pyar!...bersahut-sahutan suasana menjadi kacau. Beberapa menit kemudian polisi datang, dengan begitu Andre dan pengawalnya sudah tidak bisa berkutik, dan akhirnya menyerah.Afnan dan Pram, dan juga seorang polisi membuka pintu dimana Keyra disekap.“Brak!..“Keyra,” panggil Afnan dan Pram bersamaaan, tampak kedua pria itu mencemaskan wanita yang berdiri dengan wajah memucat.“Apa Anda terluka?” tanya seorang polisi pada Keyra.“Saya tidak terluka Pak, terima kasih Pram, Pak polisi Anda datan
Keyra tertegun, wajahnya menghadap jendela kamar hotel, hari ini mentari enggan bersinar, setelah semalam di guyur hujan, kabut tipis masih menyelimuti perbukitan hutan pinus, desahan berat terdengar di bibirnya seakan ingin melepas beban yang saat ini di tanggungnya, pikirannya tertuju pada Nayumi, ibu kandungnya, mungkin saat ini ibunya sudah di panggil ke kantor polisi entah terlibat atau tidak, polisi yang akan menentukannya.“Keyra, ayo kita pulang, hari ini kita harus pergi ke kantor polisi,” ajak Afnan membuyarkan lamunan Keyra, lalu ia menoleh ke arah Afnan yang telah berpakaian rapi, sejenak ia terpesona dengan ketampanan dan mata teduh yang dimiliki pria itu, tapi segera dibuangnya pandangannya.“Ayo, aku ingin segera bertemu dengan Mami, aku harap Mami tidak terlibat dengan penculikan ini,” balas Keyra, lalu berjalan melewati Afnan dan keluar kamar hotel.Sekitar satu jam perjalanan, sampailah Keyra di kantor polisi bersama Afnan, seperti dugaan Keyra, ibunya sudah berada d
“Cinta, apa seperti ini yang Kak Afnan bilang cinta. Cinta itu hanya tertuju pada satu orang, jika tidak, itu nafsu.” Keyra kesal, ia berucap dengan tegas.Afnan mencoba berdiri dan meraih tubuh wanita yang terlihat frustasi dengan hubungan pernikahan ini.“Tolong, jangan menganggapku menikahimu dan Lathisa adalah nafsu, aku menyentuh Lathisa hanya satu kali Key, dan Allah menitipkan janin di rahimnya,” bisik Afnan di telinga Keyra yang masih dalam dekapannya.Keyra tiba-tiba tak bisa menahan air matanya, ia ingat akan vonis dokter, jika dirinya kemungkinan kesulitan akan hamil, apakah ini sebuah jalan yang harus ditempuh, haruskan ia menahan harga dirinya demi Afnan, bukankah setiap orang menginginkan seorang anak dari darah dagingnya sendiri, termasuk juga Afnan. Sebagai anak tunggal pastilah kakeknya menginginkan seorang penerus.“Maafkan aku Kak, yang tidak sempurna ini,” ucap Keyra sambil terisak.Dengan lembut jari jemari Afnan mengusap air mata yang luruh di pipi Keyra, lalu d
Keyra mendesah berat, lagi dan lagi sepertinya hidupnya seperti sebuah permainan.“Apa kamu benar-benar tidak mempunyai uang 50 juta, itu uang yang terbilang kecil, lho Key,” ucap Elsa lagi kali ini tangannya mengusap bahu Keyra, dengan senyum penuh ejekan.“Informasi itu tidak terlalu penting untukku, toh semuanya telah terjadi, siapapun orangnya, bagiku tidak ada gunanya, simpan saja informasimu itu,“ balas Keyra terkesan tidak peduli, tangan Elsa disingkirkan dari bahunya dan berlalu pergi.Keyra menaiki mobil dan duduk di belakang setir, lalu berlahan melajukan mobil keluar dari area parkir kantor polisi.“Siapa wanitu itu Key?”“Kekasihnya Samuel.”“Apa yang kalian bicarakan, sepertinya serius?”“Tidak penting Mam, tidak perlu Keyra jelaskan.”“Kamu sekarang bersikap dingin sama Mami, mana sikap manjamu dulu Key?”“Mam... sudahlah.” Kerya berdecih pelan.”Mami jadi ‘kan ikut ke rumah Keyra?”“Tidak ada pilihan lain Key, uang Mami habis, Om Andre di penjara, kamu harus cabut tutu
Lathisa terbaring, di brankar rumah sakit ViP, disana sudah terlihat kedua orang tua Lathisa, mata keduanya terlihat sembab dan menatap nanar.“Assalamu’alaikum,” salam Afnan. Seketika kedua orang tua paruh baya itu menoleh dan menjawab, ”Waalaikum salam, Gus...kamu baru datang,” ucap ibu Lathisa.“Maaf Bu..”“Tidak apa-apa, kondisi Lathisa sempat memburuk, semalam kami langsung membawanya ke rumah sakit, sekarang keadaannya sudah membaik,” sela ayah Lathisa, sambil menepuk bahu Afnan.“Karena kamu sudah disini, dan keadaan Lathisa membaik, kami pulang dulu, jika Lathisa sadar, kamu yang diharapkan ada dihadapannya.” Wanita yang mengenakan hijab lebar itu menatap putrinya dan mengusap air mata yang mengenang di pelupuk matanya.Wanita yang melahirkan Lathisa 25 tahun silam tahu benar, bagaimana putrinya itu sangat mencintai Afnan. Dengan langkah berat, kakinya melangkah meninggalkan kamar dimana Lathisa dirawat, dan berharap Afnan memberi perhatian penuh pada Lathisa.Afnan duduk
Keyra tampak bingung, akankah ia mendatangi Lathisa, pastilah keadaannya akan cangung, lagi pula Keyra belum siap untuk bertatap muka dengan Lathisa, tapi ini adalah tugas yang sudah diniatkannya untuk membantu memberi motivasi. Akhirnya Keyra memakai masker dan kacamata untuk menutupi wajahnya, ia berharap Lathisa tidak mengenalinya.Keyra berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit, sepi dan senyap, banyak kamar yang kosong di lantai 3 yang merupakan kamar vip, di tangannya ada secarik kertas yang bertuliskan nomor kamar, kini ia berhenti tepat di depan pintu kamar 305, setelah mengucap salam, ia membuka pintu.Ceklek, terlihat seorang berbaring di brankar dengan infus terpasang di tangannya. Mendengar ada seseorang masuk, pasien itu menoleh.Langkah Keyra seketika terhenti, ketika matanya saling bersitatap dengan pasien yang berusaha bangkit untuk duduk.Lathisa gumamnya dalam hati.“Silahkan duduk, Dokter Pram sudah memberitahukan, jika Anda akan datang, siapa namamu?”“Hemmm Ani