“Gus, bagaimana keadaan Keyra?” Lathisa bertanya pada Afnan yang saat ini berada diluar kamar dimana Keyra dirawat.“Dia sudah sedikit membaik, tapi aku belum mengatakan tentang kondisi sebenarnya, aku masih takut Thisa, berita tentang janinnya yang tidak bisa diselamatkan, dan pengangkatan satu ovariumnya akan membuatnya shock.”Prank!...suara ponsel jatuh. Seketika Afnan dan Lathisa menoleh ke arah suara, mereka terkejut karena disana sudah berdiri Keyra, dengan wajah yang sedih dan mata yang berkaca-kaca.“Apa aku salah dengar Kak, aku salah dengar ‘kan?” Keyra berjalan dengan lutut gemetar mendekati suaminya, tangannya mencengkram kemeja Afnan, air mata luruh.”Ada janin dalam perutku, dan ia tidak bisa diselamatkan, satu ovariumku juga telah hilang?” tanya Keyra suaranya bergetar.“Maaf Key, maaf,” balas Afnan pelan.Permintaan maaf Afnan membuat Keyra histeris.”Apa yang kamu lakukan padaku Kak!” pekiknya sambil kedua tanganya memukul dada Afnan, hingga suaranya melemah dan pin
Keyra masih betah duduk termenung di kursi taman, setelah satu bulan, kejadian di atas rooftop. Keadaan fisiknya semakin membaik, tapi tidak dengan jiwanya, ia begitu rapuh, mengingat calan bayi dalam perutnya tidak dapat diselamatkan, dan satu ovarium yang harus diangkat, hingga kemungkinan memiliki anak hanya 30 persen saja. Keadaan Star Supermarket yang masih terbengkalai, dan yang lebih menyakitkan kenyataan jika Afnan suaminya masih mencintai Lathisa, setidaknya itu yang ada di pikiran Keyra. Pernyataan Afnan tidak membuat Keyra percaya, berkali-klai Afnan mengatakan, jika dirinya yang saat ini ia cintai, tapi entah mengapa bagi Keyra itu hanya untuk menghibur dirinya saja.“Non, ini susu hangat, dan omeletnya, makanlah.” Mbok Sum membawa nampan berisi makanan.Helaan napas berat, terdengar begitu menyayat hati, “Aku wanita yang malang Mbok, apa yang dulu aku banggaan sekarang telah hilang, Star Supermarket, tanah warisan Papi, kesempurnaan seorang wanita, semuanya itu sudah
Afnan menghela napas berat. ”Menurut Dokter, Keyra masih ada kemungkinan bisa hamil walau hanya 30 persen saja, tapi kami akan terus bertawakal dan beriktiar.”“Afnan, aku sudah memutuskan untuk masa depanmu dan masa depan Rafif. Aku tidak setuju Rafif menikahi Lathisa, karena aku sudah terikat janji dengan Kakek Lathisa yang merupakan sahabatku, jika kamu dan Lathisa harus menikah,” ucap Kyai Damarjati. Afnan terkejut, bagaimana mungkin Kakeknya memberi keputusan semudah itu mengenai empat hati yang mungkin akan hancur, dan undangan pernikahan Rafif dan Lathisa juga sudah tersebar walau hanya di kalangan pesantren dan keluarga.“Kakek, tidak mungkin bisa membuat keputusan itu tanpa mempertimbangkan perasan kami.”“Kalian yang telah lancang memutuskan menikah tanpa memberitahukanku dan tanpa persetujuanku, kalian pikir menikah adalah hal biasa dan cuma main-main, aku sangat kecewa dengan keputusanmu yang mendadak menikahi gadis mualaf itu!”“Namanya Keyra,” timpal Afnan.“Jadikan Lat
Belum sempat Afnan berbicara, tiba-tiba muncul, orang tua Lathisa, dengan menelengkupkan kedua tanganya di dada, memohon pada Afnan.“Gus Afnan, tolong menikahlah dengan Lathisa, kami tidak sanggup menahan malu dengan pembatalan pernikahan ini,” ucap pria paruh baya itu. “Iya Gus, lagi pula Lathisa masih sangat mencintai Gus Afnan, aku rasa Lathisa juga setuju dengan keputusan ini,” timpal wanita paruh baya, dengan memohon juga bahkan terlihat menitikan air mata.“Lalu bagaimana dengan Keyra, aku akan berbicara dengannya,” timpal Afnan.“Tidak Afnan, tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita akan jelaskan setelah pernikahan selesai, apalagi yang bisa ia berikan sebagai istrimu, lihatlah video ini sungguh perbuatan laknat!” umpat Kyai Damar, masih marah dengan video yang tersebar di media sosial tanpa bisa dicegah.“Mulai detik ini, aku tidak menerima Keyra sebagai menantuku, kamu harus ceriakan dia setelah acara ini selesai!”Perintah Kiai Damarjati bagai sebuah pedang yang menusuk jan
Di sebuah desa kecil, di pinggiran kota Semarang, tepatnya di bawah kaki gunung Ungaran. Seorang wanita menatap nanar hutan pinus yang menghampar di perbukitan.“Non Key, pakailah baju hangat ini, disini dingin, tidak seperti di Jakarta,” suruh seorang wanita setengah baya.“Mbok Sum, sudah berapa lama kita disini?”“Satu bulan Non, Mbok Sum senang, akhirnya Non Key, mau Mbok ajak ke kampung halaman Mbok Sum, walau sederhana, tapi nyaman, cocok untuk menenangkan pikiran.”“Mbok, yakin, tidak ada yang tahu tempat ini.”“Iya Non, tidak ada yang tahu tempat ini, yang tahu hanya Tuan dan Nyonya Praja, pegawai lainnya tidak tahu, untuk komunikasi dengan penyewa rumah, Mbok pakai alamat saudara Mbok, juga untuk transaksi pembayaran, dan untuk yang lainnya, aku yakin Tuan Afnan tidak bisa melacaknya keberadaan Non Keyra.”“Kak Afnan tidak mungkin mencariku, ia dan Lathisa sudah menikah dan mereka pasti bahagia, walau sulit, aku sudah ikhlas Mbok.” Jawaban Keyra begitu terlihat pasrah, tapi
Sinar mentari bersinar terang, menerangi semasta alam, disaat orang–orang mulai sibuk dengan aktivitasnya, Keyra terlihat termenung, entah kenapa pikirannya selalu melayang pada sosok Afnan. 5 bulan sudah Keyra meninggalkan Jakarta dan tinggal di Kota Semarang. Niat hati ingin melupakan Afnan, tapi kenyataannya justru ia selalu merindukan pria yang masih berstatus suaminya itu.“Mbok, apa Kak Afnan sudah mengajukan gugatan cerai padaku?” tanya Keyra yang berjalan menggunakan tongkat kayu.“Belum ada kabar dari saudara Mbok yang di Jakarta. Non, Mbok rasa Tuan Afnan tidak menceraikan Non Keyra, apa sebaiknya Non Key saja yang mengajukan gugatan cerai.”“Entahlah Mbok, aku mendengar sendiri Kakek Damarjati memerintahkan Kak Afnan untuk menceraikanku.”“Assalamu’alaikum,” salam Dokter Pram, dokter yang akhir-akhir ini memberi perhatian lebih pada Keyra sudah berdiri di ambang pintu, sambil tersenyum hangat.“Waalaikumsalam,” Mbok Sum dan Keyra menjawab salam bersamaan. Seraya membalas se
Dengan langkah kecil Keyra menuju mobil dan pergi meninggalkan rumah sakit. Kini Keyra menuju sebuah pemukiman sederhana, Rosela Regency, sebuah perumahan menengah yang berada di pinggiran kota, Keyra memutuskan tinggal di rumah yang sederhana, selain keuangan yang minim, ia juga ingin suasana dan pergaulan baru.Keyra kini berada di dalam unit apartemen, pikirannya melayang pada Afnan, dalam hati ia berpikir, kenapa Afnan menduakannya, alasan apapun itu baginya tetaplah menyakitkan, apakah tidak sempurnanya seorang istri bisa dijadikan alasan untuk menikah lagi?Keyra mengusap air matanya, tiba-tiba bell pintu berbunyi. Keyra melangkah dengan hati-hati, pasalnya ia baru saja beberapa hari tinggal di pemukiman dan tidak ada yang tahu tentang keberadaannya kecuali Mbok Sum, dan Prambudi.Hari pun sudah mulai petang, dengan langkah pelan Keyra berdiri di pintu dan kemudian membuka sedikit pintu, terlihat seorang wanita berpakaian modis berdiri di depan pintu.“Mami..” Keyra terkejut,
Keyra menatap nanar sang Ibu, yang masih berdiri di depannya dengan kedua tangan di pinggang, sambil menatap tajam.“Mami tidak setuju, dengan rencanamu itu, kamu harus menyerahkan Star Supermarket pada Mami dan Om Andre, atau Mami akan gugat kamu secara hukum, Mami akan menggugat isi wasiat dari ayahmu yang tidak adil itu,” ancam Nayumi dengan nada tinggi.“Waktu bercerai, Papi sudah memberikan harta gono gini ‘kan, Mam? Apa Mami lupa, sebuah vila dan tanah seluas 2000 meter telah Mami minta,” ungkap Keyra dengan nada kecewa seakan Maminya datang ke Jakarta hanya untuk menguasai harta yang telah Praja berikan padanya.“Tahu apa kamu, waktu itu kamu masih kecil, tidak tahu apa-apa.”“Keyra tahu Mam, karena Papi menyimpan dokumen penyerahan properti itu, dan surat perjanjian jika Mami tidak akan mengungkit harta Papi.” Keyra berbicara dengan nada tegas.“Assalamu’alikum,” salam seseorang menghentikan perdebatan antara ibu dan putrinya itu.Keyra berjalan ke arah pintu, lalu dilihatny
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia