Gayatri tersekat.“Aku ibumu, Ayu. Kamu tak bisa membohongi Mama lagi.” katanya dengan langsung memeluk Gayatri.“Maafkah Ayu, Ma. Ayu yang duluh sudah tiada sejak Mama tak merestui kami.”Wanita yang lebih tinggi dari Gayatri itu melepaskan pelukannya.“Mama telah berusaha mencarimu. Keluarga suamimu tak pernah memberitahu mama akan kebaradaan kalian.”“Sudahlah, Ma, Ayu mohon, tolong rahasiakan pertemuan ini dari siapapun, termasuk papa. Jika Prayogi tau, hubungan kami takkan baik-baik saja.” Wanita yang masih kelihatan muda di usianya yang sudah 57 tahun itu menggelengkan kepalanya, seolah tak terima dengan apa yang diinginkan Gayatri.“Ma, aku mohon. Ada sesuatu yang mama tidak tau, diketahui Gayatri. Jika ketahuan Gayatri kembali ke Mama, Gayatri tidak bisa menjamin keluarga Gayatri dalam keadaan baik-baik saja. Kami selama ini sudah bahagia dengan kesederhanaan, Ayu tak ingin masuk kembali ke keluarga kita dan menjadi tumbal dari ambisi seseorang.”Garnis menatap tajam Gayat
“Kamu memang beda sekali. Terimakasih." katanya lalu tergelepar di sisi tubuh perempuan itu.Itu adalah adegan mereka untuk kesekian kalinya setelah kedatangan Prayogi siang tadi yang membuat Sasmita menyuruh pegawainya menutup salon dan meliburkan salon sementara. Dia amat senang dengan hadirnya Prayogi yang tiba-tiba. Sementara Prayogi yang berpamitan dengan meninggalkan kertas di meja Gayatri memang bermaksud untuk kembali ke mesnya di pabrik. Namun bayang-bayang Gayatri yang tadi dilihatnya sedang telanjang, membuat dia tak bisa mengerem hasratnya. Untuk kembai ke Gayatri tak mungkin mengangat bagaimana sikap wanita itu kepadanya. Maka di meneruskan perjalanannya melewati pabriknya dan singgah di rumah Sasmita.“Kamu tak mungkin tak kembali kepadaku.” kata Sasmita kemudian. “Aku bisa memberimu kepuasan lebih dari yang diberikan Ayu.” kata Sasmita yang memanggil Gayatri dengan nama panggilan yang diberikan keluarganya.“Benar, Sayang.” kata Prayogi dengan masih memeluk dan meraba
Namun kata-kata itu tak terdengar lagi oleh Rendra setelah pandangannya tertuju ke pintu. Seorang gadis tengah berdiri di sana dengan memamerkan senyumnya yang cantik.“Apa kabar pak penghulu?” ucapanya riang“Tuh, kamu bisa melupakan Gayatri dengan menggandengnya. Dia tak kalah cantik dengan Gayatri. Hanya wajahnya saja kalah bersinarnya dengan Gayatri.” kata bu Ratna. Dia memang kadang heran dengan wajah putih Gayatri yang bersinar walau tanpa make up tebal. Hanya berdandan tipis, demikian juga warna lipstiknya yang lebih mirip dengan lip glos. “Kita sudah pernah membahas dia, Bude.” kata Rendra lalu berdiri.“Lho, mau ke mana, Mas, belum juga jam setengah delapan. Memang mau dinas ke luar, nikahin orang lagi?"“Tidak, hanya ngantor ke KUA.” katanya lalu beranjak pergi. Sekilas dilihatnya sepeda pancal Gayatri yang terparkir di depan garasi bu Ratna. Tak sadar dia menghampiri sepeda itu dan memegangnya, seolah kini dia telah memegang tangan Gayatri yang memegangi stir sepeda.“Ehe
“Kenapa berkata seperti itu, Bu? Apakah karena saya memang tak bisa apa-apa?”“Bukan, bukan karena itu. Aku kan sudah tau kamu, Tri sebelum terima kamu sebagai pegawaiku. Tapi ini karena yang menikah nanti adalah adik dari pengantin yang kemarin. Kamu ingat kan dia punya adik laki-laki?” Gayatri mengangguk. Bagaimana mungkin dia melupakan sepupunya, Raditya?“Ceritanya kan adiknya ini berhubungan sudah lama dengan seorang cewek dari Mojokerto, karna kakaknya belum menikah, keluarga besarnya tak memperbolehkan Raditya ini menikah. Makanya setelah Nastiti menikah, dia juga langsung dinikahkan, lawong umurnya juga sudah 30 tahun. Cuma karna jarak yang dekat dengan pernikahan kemarin, acaranya ditaruh di Mojokerto, di gedung Serba Guna, bagaimanapun mereka kan juga keluarga pengusaha, sama dengan pak Hariwijaya. Namun karena nanti akan mnempati rumah di mempelai putra, jadinya nikahnya di rumah mempelai pria, di rumah kemarin itu.” panjang lebar bu Ratna mengatakan itu.“Lalu kenapa Ibu
“Benar kan kamu Dyah Ayu Gayatri Hariwijaya?”Gayatri terdiam. “Dari kemarin Nastiti sudah bilang ke saya, kamu mirip dengan Ayu, tapi saya tidak melihat mbak Ayu membuka masker jadi saya ghak yakin. Sekarang saya sudah yakin, mbak pasti mbak Ayu.” kata Radit menghampiri Gayatri.“Maaf, Mas. Anda salah orang.” kata Gayatri. “Banyak orang mirip di dunia ini.” katanya lalu beranjak pergi ke belakang. Gayatri tidak ingin mengatakan siapa dirinya selain kepada mamanya. Dia takut terjadi apa-apa dengan keluarganya mengingat apa yang dia dengar kemarin. Orang kaya bisa melakukan apa saja, walau dia tau, Nastiti dan Raditya terlihat baik dari duluh. Demikian juga om-nya yang membuat dirinya merasa tak yakin, siapa orang baik, siapa yang tidak. Biarlah menjadi orang biasa seperti ini yang penting kehidupannya, termasuk kehidupan anaknya tidak dalam bahaya.Raditya nampak kecewa. Dia merasa yakin bahwa wanita itu adalah Dyah Ayu. “Siapa nama mbak itu, Bu? Dia kerja di sini?"Bu Ratna gelaga
“Mbak, awas!”Gayatri meninggalkan sepedanya lalu berlari ke tepi. Mobil yang hampir bertumbrukan dengannya berhenti.“Maaf, Pak.” kata Rendra dengan mengatupkan kedua tangannya, meminta maaf kepada pemilik mobil. “Lain kali suruh anaknya hati-hati, Pak kalau belajar sepeda.” katanya sambil berlalu.“Sialan!” rutuk Rendra. “Maaf, Mas,… sepedanya!” kata Gayatri bingung melihat sepeda yang jungkir balik“Kamu tidak apa-apa?” tanya Rendra berusaha menelisik Gayatri. “Ini, minumlah!” Rendra mengambil air mineral gelas yang dia taruh di sepedanya dan memberikannya ke Gayatri. “Tanganmu lecet, Mbak. Mana lagi yang sakit?" Setelah menandaskan minumnya, Gayatri menggeleng. “Hanya kaget, Mas. Cuma tangan sama lutut kayaknya yang perih.”“Syukurlah!” kata Rendra dengan terus memandangi Gayatri. Baru kali ini dia berada dalam ketakutan yang luar biasa, takut jika terjadi sesuatu dengan wanita yang kini di dekatnya. Andai dia tak takut dosa, akan dipeluknya Gayatri erat-erat.“Sepedanya, Mas.
Gayatri melototkan matanya. “Galuh, Ayah kamu masih hidup.”“Emang kenapa kalau hidup? Hidup dia sudah terbagi untuk orang lain Bunda. Sebagai sesama wanita Galuh tidak ihlas harkat dan martabat wanita dilecehkan oleh seorang laki-laki.”“Apaan sih Kak? Aku kan lelaki, emang apa sih yang dibisikkan kak Galuh?”“Aku nyuruh Bunda menerima cinta kak Rendra daripada dibohongi Ayah terus.”Galing terlongo. “Bund, emang keluarga kita sudah tak mungkin bersama lagi ya?” tanyanya sedih. Bagaimanapun dia juga merasa sakit hati mendengar perkataan wanita yang pernah datang ke sini mencari ayahnya, namun di lubuk hatinya dia masih tak rela jika terjadi perpisahan dalam keluarganya. Dia ingat teman sekelasnya yang terombang-ambing tak tentu arah setelah perceraian keluarganya.“Sudahlah, Nak,.. ayahmu sudah berjanji kepada bunda akan meninggalkan wanita itu. Kita lihat nanti, mudah-mudahan benar.” kata Gayatri. “Sekarang, kita ghak usah bahas ayahmu lagi. Bunda dapat rizki dari bu Ratna, sementar
Subuh-subuh, sesuai permintaan Gayatri, mobil Rendra sudah tiba di depan rumah Gayatri. Kedua anaknya juga amat senang karena mereka sudah lama tak pergi jalan-jalan.“Kamu di depan ya sama saya.” kata Rendra menunjuk ke Galing.Galing memandang Rendra. “Saya, Kak?” “Iya, siapa namamu?” “Galing, Kak.”Gayatri tersenyum. Untunglah Rendra sendiri yang menyuruh Galing di depan. Padahal dari tadi dia juga berpikiran untuk seperti itu.“Ini kenapa sih, kok subuh -subuh banget perginya?” kata Rendra seteah melajukan mobilnya. “Aku sampai ghak tidur lagi setelah subuhan. Padahal biasanya aku tiduran sampai siang kalau hari libur begini.”“Maaf, sudah merepotkan. ” kata Gayatri menunduk. Dia tau Rendra menatapnya dari kaca mobilnya. Tiap melihat lelaki itu, Gayatri merasa tak tenang.“Kemarin lusa saat mas Rendra ngantar aku, aku sudah diceramahi tetangga sebelahku, katanya aku jangan selingkuh sama kamu.”Rendra terkekeh. “Emang kita kelihatan kayak orang selingkuh? Yang bener saja tetang