Sesuai perintah Kakek Sanjaya, Martin datang menemui Pamela sekali lagi. Seperti yang terjadi sebelumnya, kedatangan Martin kali inipun tidak disambut baik oleh Pamela. Persis sebagaimana yang telah diperkirakan oleh Kakek Sanjaya, istri pertama Jenderal Charles itu memang menggunakan gosip tentang kedekatan Leon dan Adelia sebagai alasan untuk menentang perjodohan Nova dengan Leon. “Jika kamu datang hendak membicarakan tentang perjodohan putriku dengan Leon, maka lupakan saja. Aku tidak akan pernah menerima Leon sebagai menantuku! Suruh saja dia menikahi sekretaris rendahan itu!” ucap Pamela tanpa menahan apapun. Raut tidak senang tampak tergambar jelas di wajah menantu pertama Kakek Sanjaya itu. Martin tersenyum simpul mendengar ucapan Pamela. Dia tidak marah sama sekali. Dia malah menanggapi dengan amat santai, “Wah, ternyata Nyonya juga sudah termakan oleh gosip murahan itu. Tapi kedatangan saya hari ini bukan untuk membicarakan masalah itu. Sesuai kesepakatan sebelumnya, kit
“Martin!”“Alexa?”“Maafkan aku,” desis Alexa seraya melemparkan sebilah pisau kecil berwarna ungu mengkilap ke arah tubuh Martin.Martin hanya terkekeh melihat serangan Alexa yang sangat mendadak.Dia kemudian bergeser setengah langkah, mengelak dari jalur lintasan pisau yang dilemparkan Alexa – lalu melompat kabur dan hilang ditelan kegelapan.“Celaka!”Alexa memekik tertahan saat menyadari serangannya gagal.Dia langsung sadar, peluangnya untuk membunuh Martin akan langsung turun 100% ketika pisau yang dilemparkannya itu meleset.Padahal, dia sudah mengambil risiko yang amat tinggi dengan membiarkan Martin melihat dan mengenali wajahnya. Dia berani mengambil risiko itu karena berpikir bahwa malaikat pelindung Keluarga Sanjaya itu pasti akan terkejut dan kehilangan kewaspadaan – saat mengenalinya.Akibatnya, Martin memang terkejut.Namun, lelaki gagah itu tidak kehilangan kewaspadaan sedikitpun.Dia hanya kehilangan sedikit kelincahan dan kecepatannya.Akan tetapi bukan karena kaget
“Martin …”Kakek Sanjaya bergumam sedih campur marah ketika mengenali arloji dan cincin yang masih terpasang pada sebuah potongan tangan kiri manusia sebatas lengan atas yang baru saja diantarkan oleh seorang petugas polisi berpakaian preman.Selanjutnya, kegemparan hebat pun melanda istana kediaman Keluarga Sanjaya.Hampir semua anggota keluarga berkumpul di sebuah pergola besar seperti pendopo yang terdapat di taman belakang paviliun utama. Soraya Clint dan putranya, Edward Sanjaya, terlihat duduk dengan raut bingung campur tegang di antara mereka.Selain itu, seluruh pelayan dan pasukan pengawal juga dikumpulkan di suatu lapangan luas dekat pergola itu. Mereka tampak menunggu sambil saling bertanya-tanya antara satu dengan yang lainnya.“Ada apa ini?”“Siapapun, tolong beritahu aku – ada apa ini?”“Sepertinya ada masalah besar, tidak biasanya Tuan Besar menyuruh kita berkumpul di sini.”“Tapi masalah apa?”“Ssst – diam, Tuan besar sudah datang. Jangan ada yang bicara lagi!”Semua s
Hari itu Pamela amat berduka.Dia terlihat berdiri mematung di depan jasad Alexa masih terbujur kaku di atas ranjang.Jenazah perempuan tua itu tampak terbungkus rapat oleh selimut, persis seperti kepompong. Hanya wajahnya yang nampak, berwarna ungu kebiruan dengan urat-urat ungu kehitaman yang terlihat menonjol di sana sini – seolah ingin memberi kabar bahwa dia amat tersiksa sebelum mengembuskan napasnya yang terakhir.Pamela bergidik ngeri menyaksikan keadaan mayat Alexa.“Maafkan aku, Bibi. Siapapun yang telah melakukan ini padamu – aku tidak akan melepaskannya!” gumam Pamela lirih, setengah murka setengah berduka.Dia kemudian mulai memeriksa keadaan jasad Alexa, berusaha menemukan sesuatu yang dapat menjadi petunjuk untuk memulai penyelidikan.Sementara pada waktu yang sama di luar tembok benteng mansion mewah Pamela, Leon juga sedang memeriksa beberapa bekas bercak tetesan darah yang telah mengering di beberapa tempat – dekat sebuah jalan setapak yang letaknya tersembunyi jauh
Bukit Desperato sebenarnya adalah sebuah kawasan wisata yang cukup indah. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Hutan Mors – yang sebenarnya lebih mirip taman alam berukuran raksasa ketimbang dianggap sebagai hutan – membuat kawasan perbukitan yang masih sangat asri itu tersohor hingga ke seluruh pelosok Negara Pecunia. Banyak keluarga dari kalangan atas yang membangun vila dan mansion mewah sebagai rumah peristirahatan di kawasan Bukit Desperato. Sesuai hukum tidak tertulis Morenmor, semua bangunan yang mereka dirikan itu diatur berdasarkan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya. Vila milik keluarga kelas dua hanya boleh dibangun di area kaki bukit, sementara keluarga-keluarga teratas Morenmor berhak mendirikan mansion-mansion mewah mereka di lereng bukit – atau lokasi yang lebih tinggi lagi sesuai dengan reputasi dan status sosial mereka. Tentu saja, tempat yang paling bergengsi adalah puncak Bukit Desperato! Di puncak bukit itulah mansion mewah milik Pamela Atmaja be
Kakek Sanjaya menatap tajam sepasang mata Pamela.Lelaki tua kaya raya itu seperti sedang mencoba menjenguk isi hati Pamela.Dia tampak berusaha keras untuk menemukan sesuatu yang mungkin dapat menjelaskan alasan di balik sikap sinis dan dingin menantu pertamanya itu.Namun, dia tak menemukan apapun kecuali kemarahan dan kebencian yang mendalam.“Ada apa? Kenapa aku seperti merasa ada sesuatu yang tidak beres antara kamu dengan Martin?” tanya Kakek Sanjaya, akhirnya tak dapat menahan rasa penasaran yang tiba-tiba bergejolak dalam hatinya.Pamela mendengus pelan lalu menjawab sinis, “Seharusnya Ayah bertanya pada Martin, bukan pada saya. Saya hanya seorang istri tua yang tak berhak memutuskan apapun atas pernikahan putrinya sendiri. Saya bahkan tak bisa berbuat apa-apa ketika ditindas oleh seorang pelayan.”Kakek Sanjaya tersenyum tipis mendengar ucapan Pamela.Dia mulai merasakan aroma permusuhan dalam sikap dan kata-kata menantu pertamanya itu.Sikap Kakek Sanjaya pun berubah dingin
“Selamat sore, Tuan Besar.”Semua orang di Medicamento Hospital memberi hormat sambil membungkukkan badan hingga hampir 90 derajat saat Kakek Sanjaya bersama selusin pengawal pribadinya berjalan cepat memasuki gedung rumah sakit itu.Empat orang satpam segera mengosongkan selasar, menyingkirkan apapun atau siapapun yang mungkin akan menjadi hambatan bagi Kakek Sanjaya dan rombongannya. Sementara dua orang satpam yang lain bergerak cepat menyiapkan lift khusus yang langsung menuju ke lantai paling atas, tempat di mana ruang kerja Leon berada.Tak lama berselang, Kakek Sanjaya sudah berada di kantor Leon – berhadapan dengan Adelia.“Di mana Leon?” tanya Kakek Sanjaya.“Leon masih memeriksa lengan Tuan Martin, Tuan Besar. Tapi saya sudah memberitahunya bahwa Tuan Besar ada di sini,” jawab Adelia, sedikit gugup.Tak lama kemudian, Leon pun datang.Di belakangnya, seorang petugas laboratorium mengikuti sambil membawa sebuah kotak berisi dokumen dan foto-foto hasil pemeriksaan potongan leng
Martin memang belum mati.Tapi dia telah kehilangan sebelah tangannya.Kini dia hanya memiliki tangan kanan, sementara lengan kirinya sekarang hanya tinggal sepanjang kurang dari sejengkal saja dari bahunya. Tanpa siku dan telapak tangan, apalagi jari-jemari.Bagaimanapun, dia memang telah memotong tangan kirinya – demi menyelamatkan nyawanya dari serangan racun Alexia!Sebenarnya, waktu itu Martin memang sedikit ceroboh.Dia tak menyangka bahwa Alexa yang pernah menjadi muridnya, justru berniat membunuhnya. Dia tidak mengira sama sekali bahwa perempuan yang di masa lalu pernah sangat mencintainya itu tega melemparkan pisau beracun padanya.Martin terkena racun saat menangkap pisau yang dilemparkan Alexa!Saat itu, pisau yang dilemparkan Alexa memang berhasil sedikit menggores telapak tangan Martin.Martin sebenarnya tidak menyadari bahwa pisau itu beracun.Dia baru sadar bahwa pisau itu beracun ketika telapak tangannya tiba-tiba terasa perih dan gatal, lalu mulai menebal dan kebas de
Saling todong antara Grace dan para petugas keamanan rumah sakit Medicamento Hospital masih terus berlangsung. Tak ada pihak yang mau mengalah, tetapi tak ada pula yang berani untuk memulai tembak-menembak.Kedua belah pihak sama-sama menunggu.Sementara itu, Edward telah dibawa ke ruang perawatan.“Beritahu Nyonya Adelia, Tuan Edward ternyata benar-benar keracunan!” ucap seorang dokter muda setelah memeriksa kondisi Edward.Selang beberapa saat, Adelia pun tiba di ruang perawatan Edward.“Bagaimana keadaannya?” tanya wanita berparas bidadari itu dengan nada suara yang terdengar sedikit panik.Dokter menggeleng lemah lalu menjawab lirih, “Maaf, Nyonya. Kami masih belum dapat mengidentifikasi racun di dalam tubuh Tuan Edward. Untuk sementara, kami hanya dapat memperlambat penyebaran racun itu supaya tidak membahayakan organ vital.”Seorang perawat laki-laki kemudian menambahkan, “Sebenarnya, kita dapat menggali informasi dari wanita yang membawa Tuan Edward ke sini. Akan tetapi, wanita
Hari itu, Edward memang tak mungkin dihubungi.Sejak tadi malam, putra Victoria Desplazado yang juga merupakan suami Grace Wijaya itu telah dikurung di salah satu gudang bawah tanah pabrik obat Sanus Pharmacy. Dia ditangkap dan dikurung oleh Winston Wijaya karena ketahuan menelepon ibunya, pada suatu sore dua hari yang lalu.Saat itu, Winston mendengar bahwa Edward siap bekerja sama untuk mengusir orang-orang dari Negara Vicinus yang bercokol di pabrik obat Sanus Pharmacy.Seolah terinspirasi oleh pembicaraan telepon yang tak sengaja didengarnya tersebut, Winston selaku tetua Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus langsung menyusun rencana untuk menjadikan Edward sebagai mata-mata.Demi memuluskan rencananya, dia memerintahkan Riana Blake agar meracuni Edward!Selain itu, dia juga memaksa Grace untuk membantu.“Sebentar lagi, Negara Vicinus mungkin akan terlibat dalam perang terbuka melawan Morenmor. Keluarga Wijaya adalah keluarga teratas di Negara Vicinus, tentu harus melakukan yang te
Keesokan harinya, bukan hanya Keluarga Prasojo yang datang ke istana kediaman Keluarga Sanjaya untuk mendapatkan bantuan persenjataan.Bersama Keluarga Prasojo, datang pula ratusan orang utusan dari belasan keluarga besar kelas dua maupun kelas tiga yang lain. Tanpa banyak pertimbangan, mereka pun segera didata dan diangkat sumpah sebagai anggota pasukan milisi. Bukan hanya itu, mereka bahkan langsung diperintahkan untuk mengikuti pelatihan singkat di Alun-alun Kota bersama ribuan orang pasukan pengawal dari beberapa keluarga teratas Morenmor.Begitu saja, tiga kelompok besar tentara gabungan pun langsung terbentuk.Kelompok pertama adalah pasukan inti yang jumlahnya hampir mencapai 5.000 orang, seluruhnya dibekali dengan persenjataan yang cukup lengkap. Mereka adalah gabungan pasukan dari benteng perbatasan dan tentara keamanan kota Morenmor. Kesetiaan mereka pada Keluarga Sanjaya dan Keluarga Hanjaya tak perlu diragukan lagi.Adapun kelompok kedua adalah pasukan pendukung yang berju
Suasana Morenmor memang telah berubah total.Sirine alarm tanda bahaya terdengar meraung-raung di seantero kota, seolah ingin berebut perhatian dengan suara derum mesin ratusan kendaraan tempur berlapis baja yang sejak dua hari terakhir memang sudah banyak terlihat berseliweran di beberapa ruas jalan utama yang biasanya hanya didominasi oleh mobil-mobil mewah dan mahal.Selain itu, seluruh aula dan ruang pertemuan di hampir setiap kediaman keluarga teratas dan terkaya Morenmor tampak dipenuhi oleh para tetua dan tokoh penting dari keluarga inti maupun keluarga cabang. Semuanya berkumpul dan membahas masalah yang sama, pengumuman Gubernur Morgan Hanjaya tentang sikap dan ultimatum Presiden Negara Pecunia – yang memerintahkan untuk menjemput kembali Stempel Jabatan Gubernur Morenmor sebelum tujuh hari!Ternyata, pagi tadi – Gubernur Morgan Hanjaya telah membuat salinan surat balasan dari Presiden dan mengirimkannya kepada seluruh pemimpin keluarga kaya Morenmor.
Suasana di komplek Istana Kepresidenan Negara Pecunia mendadak heboh ketika sebuah helikopter tempur tiba-tiba terbang rendah di atas bangunan utama. Tanpa dikomando, ratusan orang pasukan pengawal Presiden pun berhamburan keluar dan berbaris membentuk formasi pertahanan. Semuanya bersenjata laras panjang dan langsung mengambil posisi siap menembak.Mendapati sambutan yang sama sekali tak ramah seperti itu, helikopter tak diundang itu pun segera terbang menjauh.Helikoter itu adalah helikopter yang ditumpangi Lucas, Leon dan Carlos.“Kita sudah mendapatkan perhatian mereka, Tuan Muda. Mohon izin untuk menjatuhkan paket,” ujar Lucas sambil menjaga ketinggian helikopter agar tetap berada di luar jarak tembak.Leon tak langsung menjawab.Dia malah menatap Carlos dan bertanya, “Bagaimana?”“Lakukanlah!” jawab Carlos singkat seraya mengangguk tegas.Leon tersenyum lalu berkata pada Lucas, “Jatuhkan
Hari masih sangat pagi ketika sebuah helikopter terlihat meninggalkan langit Morenmor. Tanpa pengawalan sama sekali, Leon dan Carlos berangkat ke Ibu Kota untuk mengembalikan Stempel Gubernur Morenmor kepada Presiden. Kecuali Lucas yang bertindak sebagai pilot, tidak seorang pun menyertai perjalanan mereka.“Carlos, apa rencanamu sebenarnya?” tanya Leon pelan, merasa penasaran dengan tindakan Carlos yang mengusir semua pengawal sesaat sebelum mereka tinggal landas.“Sederhana, kita buang stempel ini – lalu pulang!” jawab Carlos, ringan tanpa beban.Mendengar jawaban Carlos, Leon langsung teringat peristiwa belasan tahun lalu ketika putra gubernur itu membawa lari dan membuang semua tas milik teman-teman sekelas mereka di Lectio High School dulu.“Jangan bercanda, ini masalah serius!” tukas Leon, tak sepakat.Carlos mendengus pendek lalu bertanya santai tanpa rasa bersalah sedikit pun, “Kalau tidak dibuang, lalu mau diapakan? Kita sudah jelas telah
“Tutup pabrik obat Sanus Pharmacy!”“Usir orang-orang Vicinus dari Morenmor!”Orang-orang makin bersemangat meneriakkan dukungan dan kesiapan untuk berjuang bersama Keluarga Sanjaya.Akan tetapi, tiba-tiba Kakek Sanjaya justru mengangkat tangan memberi isyarat agar orang-orang berhenti meneriakkan kesiapan dan dukungan. Pemimpin keluarga teratas Morenmor itu tampak menatap tajam ke arah seorang perempuan setengah baya yang duduk di baris kedua deretan sebelah kanan.“Nyonya Victoria, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Kakek Sanjaya, lembut.Victoria tersenyum getir lalu menjawab lirih, “Sebagai penduduk Granda Peko yang masih merupakan bagian dari Morenmor, aku tentu akan mendukung setiap usaha untuk mengusir orang-orang Vicinus dari kota kita ini. Apalagi, Keluarga Desplazado dan Keluarga Sanjaya memang sudah menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan sejak putriku Adelia menikah dengan cu
Hari itu, suasana Morenmor terasa tegang.Malam tadi, Gubernur Morgan Hanjaya mengumumkan keadaan bahaya dan penetapan darurat sipil melalui suatu pernyataan resmi yang disiarkan secara langsung oleh seluruh saluran televisi dan radio. Semua akses dari dan ke Morenmor ditutup sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Penduduk lokal diminta untuk tidak bepergian ke luar kota, sementara para pelancong dan pendatang diberi waktu 24 jam untuk segera meninggalkan kota. Selain itu, dia juga memanggil seluruh pemimpin dan tokoh penting keluarga-keluarga teratas Morenmor agar berkumpul di Balai Kota.Akibatnya, sejak pagi aula utama Balai Kota Morenmor telah dipenuhi oleh ratusan orang kaya dan berpenguruh dari seluruh penjuru kota.Tokoh-tokoh tua tampak berkumpul di area tersendiri yang terdapat di sebelah kiri panggung utama, berbaur dengan para pejabat dan petinggi militer. Sedangkan di area sebelah kanan, beberapa orang pemuda calon pewaris keluarga teratas terlihat duduk sambil b
Lain Winston, lain pula Duta Besar Bernard.Walaupun sama-sama murka, kedua tokoh penting Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus itu ternyata menyikapi aksi penyerbuan para ahli beladiri Keluarga Sindoro dengan cara yang jauh berbeda.Jika Winston langsung memerintahkan Riana dan anak buahnya untuk bersiap-siap melakukan serangan balasan, maka Bernard Wijaya justru menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya sebagai Duta Besar untuk memasukkan lebih banyak lagi tentara dari Negara Vicinus ke Morenmor – tentu saja dengan menggunakan kejadian aksi penyerangan brutal para ahli beladiri Keluarga Sindoro sebagai alasannya.Dengan dalih untuk menjaga kemanan investasi dan keselamatan tenaga kerja di pabrik obat Sanus Pharmacy dari serangan pihak tak bertanggung jawab sebagaimana yang telah terjadi terhadap kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus, Duta Besar licik itu akhirnya berhasil memperoleh izin resmi dari Pemerintah Pusat Negara Pecunia – untuk mendatangkan dan menempatkan satu batalyon p