“Martin …”Kakek Sanjaya bergumam sedih campur marah ketika mengenali arloji dan cincin yang masih terpasang pada sebuah potongan tangan kiri manusia sebatas lengan atas yang baru saja diantarkan oleh seorang petugas polisi berpakaian preman.Selanjutnya, kegemparan hebat pun melanda istana kediaman Keluarga Sanjaya.Hampir semua anggota keluarga berkumpul di sebuah pergola besar seperti pendopo yang terdapat di taman belakang paviliun utama. Soraya Clint dan putranya, Edward Sanjaya, terlihat duduk dengan raut bingung campur tegang di antara mereka.Selain itu, seluruh pelayan dan pasukan pengawal juga dikumpulkan di suatu lapangan luas dekat pergola itu. Mereka tampak menunggu sambil saling bertanya-tanya antara satu dengan yang lainnya.“Ada apa ini?”“Siapapun, tolong beritahu aku – ada apa ini?”“Sepertinya ada masalah besar, tidak biasanya Tuan Besar menyuruh kita berkumpul di sini.”“Tapi masalah apa?”“Ssst – diam, Tuan besar sudah datang. Jangan ada yang bicara lagi!”Semua s
Hari itu Pamela amat berduka.Dia terlihat berdiri mematung di depan jasad Alexa masih terbujur kaku di atas ranjang.Jenazah perempuan tua itu tampak terbungkus rapat oleh selimut, persis seperti kepompong. Hanya wajahnya yang nampak, berwarna ungu kebiruan dengan urat-urat ungu kehitaman yang terlihat menonjol di sana sini – seolah ingin memberi kabar bahwa dia amat tersiksa sebelum mengembuskan napasnya yang terakhir.Pamela bergidik ngeri menyaksikan keadaan mayat Alexa.“Maafkan aku, Bibi. Siapapun yang telah melakukan ini padamu – aku tidak akan melepaskannya!” gumam Pamela lirih, setengah murka setengah berduka.Dia kemudian mulai memeriksa keadaan jasad Alexa, berusaha menemukan sesuatu yang dapat menjadi petunjuk untuk memulai penyelidikan.Sementara pada waktu yang sama di luar tembok benteng mansion mewah Pamela, Leon juga sedang memeriksa beberapa bekas bercak tetesan darah yang telah mengering di beberapa tempat – dekat sebuah jalan setapak yang letaknya tersembunyi jauh
Bukit Desperato sebenarnya adalah sebuah kawasan wisata yang cukup indah. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Hutan Mors – yang sebenarnya lebih mirip taman alam berukuran raksasa ketimbang dianggap sebagai hutan – membuat kawasan perbukitan yang masih sangat asri itu tersohor hingga ke seluruh pelosok Negara Pecunia. Banyak keluarga dari kalangan atas yang membangun vila dan mansion mewah sebagai rumah peristirahatan di kawasan Bukit Desperato. Sesuai hukum tidak tertulis Morenmor, semua bangunan yang mereka dirikan itu diatur berdasarkan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya. Vila milik keluarga kelas dua hanya boleh dibangun di area kaki bukit, sementara keluarga-keluarga teratas Morenmor berhak mendirikan mansion-mansion mewah mereka di lereng bukit – atau lokasi yang lebih tinggi lagi sesuai dengan reputasi dan status sosial mereka. Tentu saja, tempat yang paling bergengsi adalah puncak Bukit Desperato! Di puncak bukit itulah mansion mewah milik Pamela Atmaja be
Kakek Sanjaya menatap tajam sepasang mata Pamela.Lelaki tua kaya raya itu seperti sedang mencoba menjenguk isi hati Pamela.Dia tampak berusaha keras untuk menemukan sesuatu yang mungkin dapat menjelaskan alasan di balik sikap sinis dan dingin menantu pertamanya itu.Namun, dia tak menemukan apapun kecuali kemarahan dan kebencian yang mendalam.“Ada apa? Kenapa aku seperti merasa ada sesuatu yang tidak beres antara kamu dengan Martin?” tanya Kakek Sanjaya, akhirnya tak dapat menahan rasa penasaran yang tiba-tiba bergejolak dalam hatinya.Pamela mendengus pelan lalu menjawab sinis, “Seharusnya Ayah bertanya pada Martin, bukan pada saya. Saya hanya seorang istri tua yang tak berhak memutuskan apapun atas pernikahan putrinya sendiri. Saya bahkan tak bisa berbuat apa-apa ketika ditindas oleh seorang pelayan.”Kakek Sanjaya tersenyum tipis mendengar ucapan Pamela.Dia mulai merasakan aroma permusuhan dalam sikap dan kata-kata menantu pertamanya itu.Sikap Kakek Sanjaya pun berubah dingin
“Selamat sore, Tuan Besar.”Semua orang di Medicamento Hospital memberi hormat sambil membungkukkan badan hingga hampir 90 derajat saat Kakek Sanjaya bersama selusin pengawal pribadinya berjalan cepat memasuki gedung rumah sakit itu.Empat orang satpam segera mengosongkan selasar, menyingkirkan apapun atau siapapun yang mungkin akan menjadi hambatan bagi Kakek Sanjaya dan rombongannya. Sementara dua orang satpam yang lain bergerak cepat menyiapkan lift khusus yang langsung menuju ke lantai paling atas, tempat di mana ruang kerja Leon berada.Tak lama berselang, Kakek Sanjaya sudah berada di kantor Leon – berhadapan dengan Adelia.“Di mana Leon?” tanya Kakek Sanjaya.“Leon masih memeriksa lengan Tuan Martin, Tuan Besar. Tapi saya sudah memberitahunya bahwa Tuan Besar ada di sini,” jawab Adelia, sedikit gugup.Tak lama kemudian, Leon pun datang.Di belakangnya, seorang petugas laboratorium mengikuti sambil membawa sebuah kotak berisi dokumen dan foto-foto hasil pemeriksaan potongan leng
Martin memang belum mati.Tapi dia telah kehilangan sebelah tangannya.Kini dia hanya memiliki tangan kanan, sementara lengan kirinya sekarang hanya tinggal sepanjang kurang dari sejengkal saja dari bahunya. Tanpa siku dan telapak tangan, apalagi jari-jemari.Bagaimanapun, dia memang telah memotong tangan kirinya – demi menyelamatkan nyawanya dari serangan racun Alexia!Sebenarnya, waktu itu Martin memang sedikit ceroboh.Dia tak menyangka bahwa Alexa yang pernah menjadi muridnya, justru berniat membunuhnya. Dia tidak mengira sama sekali bahwa perempuan yang di masa lalu pernah sangat mencintainya itu tega melemparkan pisau beracun padanya.Martin terkena racun saat menangkap pisau yang dilemparkan Alexa!Saat itu, pisau yang dilemparkan Alexa memang berhasil sedikit menggores telapak tangan Martin.Martin sebenarnya tidak menyadari bahwa pisau itu beracun.Dia baru sadar bahwa pisau itu beracun ketika telapak tangannya tiba-tiba terasa perih dan gatal, lalu mulai menebal dan kebas de
“Berhati-hatilah, Jenderal!”Martin berpamitan pada Charles dengan cara yang tidak biasa.Dia bahkan mengubah sebutan ‘Tuan’ menjadi ‘Jenderal’, seolah ingin menegaskan bahwa kini dia bukan lagi pelindung tersembunyi putra tunggal Kakek Sanjaya itu.Charles dapat merasakan perubahan sikap Martin. Keningnya tampak berkerut saat dia bertanya, “Kamu mau kemana? Kenapa aku merasa bahwa kamu tidak akan kembali ke Morenmor?”Martin tersenyum tipis dan menjawab, “Benar, Jenderal. Saya hanya orang cacat sekarang, sudah waktunya untuk pensiun. Keahlian saya hanya bertarung, tapi sekarang – saya bahkan tak pantas untuk disebut sebagai petarung. Semua ada masanya, mungkin saat ini adalah waktunya bagi saya untuk mengundurkan diri.”“Apa maksudmu? Apakah kita tidak akan bertemu lagi?”, tanya Charles lagi, tiba-tiba merasa cemas.Martin menjawab konyol, “Saya hanya ingin pensiun, Jenderal – bukan ingin bunuh diri!”“Kalau begitu, tetaplah hidup! Kita akan bertemu di Morenmor,” sahut Charles, sedik
Jenderal Charles Sanjaya akan pulang ke Morenmor.Berita kepulangan putra tunggal Kakek Sanjaya itu merebak cepat dan langsung membuat heboh seisi kota, terutama di kalangan teratas Morenmor. Tak butuh waktu lama, tiba-tiba hampir seluruh jalanan kota berubah menjadi arena festival yang meriah.Setiap keluarga teratas, terutama yang tinggal di sekitar jalan antara gerbang kota dan istana kediaman Keluarga Sanjaya – menghias lingkungan sekitar mansion mereka dengan sangat indah.Mereka bukan hanya menghias lingkungan dengan umbul-umbul dan lampu-lampu beraneka warna, namun juga mengerahkan seluruh pelayan dan pasukan pengawal keluarga untuk berbaris di pinggir jalan – hanya untuk menunjukkan bahwa mereka bersuka cita dengan kepulangan Jenderal yang akan mewarisi tahta Keluarga Sanjaya itu.Sementara di istana Keluarga Sanjaya, suasana justru tidak terlalu meriah.Walaupun Kakek Sanjaya sebenarnya amat gembira dengan kepulangan putra tunggalnya, tapi sepertinya dia juga masih belum bisa
Adelia memang tidak menjelaskan rencananya pada Lucy.Namun, wanita kaya berparas bidadari itu menjelaskan semuanya pada Karina dan Morina serta Sherina. Bagaimanapun, pada kenyataannya – ketiga orang pengawal wanita itulah yang sebenarnya lebih berperan dalam menjalankan kebijakan perusahaan Grup Menara Crudel.Seperti yang diharapkan dari para pengawal papan atas Keluarga Sanjaya, ketiga pengawal wanita itu pun langsung mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan arahan Adelia.“Semua sudah dilaksanakan sesuai rencana, Nyonya. Orang-orang kita sudah berhasil menyusup ke pabrik obat Sanus Pharmacy dan akan langsung bergerak untuk merusak beberapa mesin produksi,” lapor Karina pada suatu hari.Sherina kemudian menambahkan, “Selain itu, seluruh klinik dan balai pengobatan yang tergabung dalam jaringan mitra asuransi Grup Menara Crudel juga sudah siap untuk mulai mengajukan pesanan obat kepada pabrik obat Sanus Pharmacy secara besar-besaran.”“Kami juga sudah menemui Tuan Vincent Marg
Tiga hari kemudian, Lucy terlihat meninggalkan rumah sakit Medicamento Hospital dengan menggunakan kursi roda bersama tiga orang pengawal wanita.Ketiga pengawal wanita itu adalah Morina, Sherina dan Karina.Tiga tahun yang lalu, mereka pernah bertugas di Wisma Adulterium sebagai pengawal pribadi Adelia sebelum wanita berparas bidadari itu resmi menjadi istri Leon.Saat itu, Karina sempat dilecehkan secara biadab oleh anak buah Rudolf yang kemudian berakhir dengan peristiwa bunuh diri Isabela Desplazado. Setelah peristiwa tragis itu, pengawal wanita malang tersebut dipaksa masuk kamp pelatihan khusus untuk mengobati trauma sekaligus meningkatkan kemampuannya. Hasilnya, dia pun menjelma menjadi salah satu pengawal wanita terkuat dan terkejam yang paling diandalkan oleh Keluarga Sanjaya! Saat ini, Karina yang bertindak sebagai pendorong kursi roda yang diduduki Lucy. Adapun Morina dan Sherina, mereka tampak berjalan tegap dengan sikap waspada di sebelah kanan dan kirinya.Selain ketiga
Sebenarnya, perpecahan dalam Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sudah lama terjadi. Konflik tersebut berawal ketika Winston Wijaya dan Duta Besar Bernard Wijaya ternyata sama-sama berambisi untuk menguasai Morenmor!Namun, perseteruan di antara mereka tak pernah terungkap ke permukaan karena kedua orang super licik itu sama-sama pandai mengemas ambisi pribadinya di balik permusuhan abadi antara Keluarga Sanjaya dan Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Mereka senantiasa menjadikan konflik abadi antar keluarga teratas tersebut sebagai alasan untuk bekerja sama dan saling memanfaatkan, walaupun sebenarnya masing-masing memiliki tujuan sendiri yang amat berbeda – bahkan saling bertabrakan.Perseteruan di antara mereka baru mulai memanas sejak Negara Pecunia dan Negara Vicinus menggelar program kerjasama dalam bidang kesehatan.Dalam program kerja sama kesehatan tersebut, Winston memaksa perusahaan Sanus Pharmacy milik Grace untuk menjadi perwakilan Keluarga W
Leon datang bersama Adelia.Lucy amat terkejut ketika tidak mendapati sedikit pun raut permusuhan pada wajah kedua orang suami istri itu. Sebaliknya, senyum hangat penuh persahabatan justru terlihat menghiasi wajah pasangan paling berpengaruh di seantero Morenmor tersebut.“Apa kabar? Lama tak berjumpa,” sapa Leon ramah.“Ba … baik. Terima kasih,” jawab Lucy, entah kenapa – mendadak jadi gugup sendiri.Melihat sikap Lucy yang mendadak gugup melihat kedatangannya, Leon segera mengalihkan perhatian ke arah layar monitor di samping ranjang pasien berkaki pincang itu. Dia terlihat serius mengamati deretan angka dan grafik yang tertera di sana sebelum berkata, “Syukurlah, keadaanmu sudah jauh lebih stabil sekarang.”Leon diam sebentar dan kembali mengalihkan pandangannya pada Lucy lalu melanjutkan ucapannya, “Akan tetapi, luka-lukamu belum sembuh sepenuhnya dan masih memerlukan perawatan lanjutan. S
Fajar baru saja menjelang, matahari bahkan belum mulai tersenyum di ufuk timur.Namun, sebuah sepeda motor besar terlihat sudah melaju tanpa perhitungan di atas aspal jalanan. Tanpa basa-basi, suara kenalpotnya yang bising menerobos jendela-jendela rumah penduduk yang kebanyakan masih tertutup rapat.“Keterlaluan, pukul berapa ini?”“Dasar sinting, masih pagi sudah kebut-kebutan!”“Demi langit dan bumi, semoga orang gila itu kecelakaan!”Pagi itu, penduduk Morenmor mengawali hari dengan sumpah serapah yang tak berkesudahan.Orang-orang itu baru berhenti mengutuk ketika suara bising mesin sepeda motor yang telah mengganggu tidur mereka itu tiba-tiba berganti dengan suara lain yang jauh lebih keras. Tak perlu penjelasan apa pun, penduduk kota Morenmor langsung tahu bahwa langit telah mewujudkan kutukan yang mereka lontarkan terhadap sepeda motor pengganggu itu.Tak ada keraguan sedikit pun, sepeda motor yang meresahkan itu sepertinya memang benar-benar mengalami kecelakaan – selaras den
Riana menemui Lucy tanpa membawa pengawal seorang pun. Selain karena tugas yang sedang dilaksanakannya kali ini adalah misi rahasia yang diperintahkan secara langsung oleh Winston, dia juga amat percaya diri pada kemampuannya sebagai seorang ahli racun. Dia sama sekali tak tahu bahwa Lucy adalah seorang petarung yang cukup berpengalaman.Sebaliknya, dia bahkan menganggap wanita berkaki pincang yang saat ini berada di hadapannya adalah sosok lemah yang patut dikasihani!“Selamat siang, Nyonya. Perkenalkan, nama saya Riana Blake dari perusahaan Sanus Pharmacy. Mohon maaf, saya terpaksa membius beberapa orang pengawal di depan supaya bisa bertemu Nyonya secara pribadi tanpa harus terganggu oleh apa pun atau siapa pun. Nyonya tidak perlu cemas, mereka hanya pingsan. Mereka akan siuman satu atau dua jam lagi,” ujar Riana datar penuh intimidasi, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.Beberapa saat lalu, dia memang telah meracuni seluruh petugas keamanan yang berjaga di depan kantor
Edward mungkin naif.Akan tetapi, dia tidak bodoh!Dia langsung waspada ketika tiba-tiba Lucy Sasmita menemuinya secara rahasia sambil membawa satu bundel berkas dokumen perusahaan Grup Menara Crudel. Apalagi, gadis tomboy berkaki pincang itu mengaku disuruh oleh Donald Wijaya.“Donald hanya memintamu untuk tanda tangan,” ucap Lucy tegas, tanpa basa-basi sedikit pun.Edward tersenyum jijik mendengar ucapan Lucy.Sekali lagi, dia membaca seluruh berkas perusahaan yang dibawa oleh gadis tomboy itu. Tak butuh banyak penjelasan, dia langsung paham bahwa Donald Wijaya berniat mengambil alih Grup Menara Crudel dan akan mengaktifkannya kembali – secepatnya.“Sebenarnya, aku tidak keberatan sama sekali untuk tanda tangan. Sejak awal, perusahaan Grup Menara Crudel memang didirikan atas prakarsa Donald dan Duta Besar Bernard Wijaya. Namun, kontribusi dan pengorbananku juga tidak sedikit. Tanpa diriku, perusahaan itu tidak akan pernah ada!” ucap Edward sinis, tanpa mengalihkan pandangan sedikit
Restoran Cheap Cibum adalah sebuah rumah makan besar yang terletak tak terlalu jauh dari komplek kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Menu yang tersedia amat terbatas, hanya camilan sederhana dan minuman kelas bawah yang justru dibanderol dengan harga amat mahal. Tak perlu banyak penjelasan, sejatinya – restoran ini memang tidak menjual makanan atau minuman sebagai sumber pendapatan utamanya.Tidak ada orang yang datang ke restoran Cheap Cibum untuk makan atau minum!Mereka yang datang ke restoran itu kebanyakan merupakan orang-orang misterius dengan latar belakang tak jelas, bahkan cenderung mengerikan. Biasanya, mereka datang untuk menjual atau membeli informasi. Selain itu, ada pula yang datang untuk mencari orang bayaran yang bersedia melakukan pekerjaan kotor – seperti menculik atau menghabisi orang!Di luar dugaan, Donald Wijaya ternyata adalah salah satu pelanggan VIP Cheap Cibum.Walaupun tidak terlalu sering berkunjung, tak a
Begitu saja, rencana Winston telah maju selangkah.Lelaki tua bertampang bengis itu berhasil menggiring hampir seluruh anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus untuk mengikuti rencananya. Tanpa banyak tenaga, dia berhasil mendapatkan dukungan dari hampir semua tetua dan pemimpin keluarga cabang. Sudah barang tentu, semuanya sepakat untuk mendukung idenya membangun pabrik obat baru di Morenmor – tentu saja di bawah naungan tanggung jawab Grace selaku pemegang saham terbesar Sanus Phamacy.Sukses dengan langkah pertama, Winston segera melanjutkan dengan langkah kedua. Tanpa membuang waktu sedikit pun, dia langsung menempatkan satu orang kepercayaannya untuk mendampingi sekaligus mengawasi Grace dalam menjalankan proyek pembangunan pabrik obat tersebut.Orang kepercayaan Winston tersebut bernama Riana Blake.Dia adalah seorang wanita setengah baya berusia antara 35 atau 40 tahun yang sebenarnya bukan anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sama