Kedua bulldozer itu memang gila!
Saat ini, mereka bergerak secara sinergis dalam suatu pola tertentu yang mengakibatkan taman di pekarangan depan rumah utama Keluarga Clint hancur dalam waktu beberapa menit saja. Tidak ada lagi tanaman bunga atau rumput indah yang tersisa. Bahkan pendopo megah yang awalnya berdiri anggun di tengah kolam, kini telah menjadi puing-puing padat yang menimbun kolam di bawahnya sehingga menjadi pelataran yang cukup luas.
Namun, kedua bulldozer itu masih terus bergerak.
Keduanya terlihat bekerja sama meratakan dan memadatkan seluruh area di pekarangan depan bangunan utama kediaman Keluarga Clint. Tak lama kemudian, area tersebut pun siap untuk menjadi lokasi pendaratan helikopter yang ditumpangi Edward.
“Landasan yang sesuai dengan standar helikopter Keluarga Sanjaya sudah siap, Tuan Muda. Apakah Tuan Muda hendak turun sekarang?” tanya Lucas, membuyarkan lamunan Leon.
Leon tergagap.
Dia akhirnya mulai mengert
Pesan Leon sangat jelas! Keluarga Clint sangat memahami pesan brutal yang disampaikan oleh Leon. Beberapa orang tokoh dan tetua Keluarga Clint meyalahkan dan menyesali keputusan Mardani yang memilih bergabung dengan Edward untuk menentang Keluarga Sanjaya. Tanpa ampun, mereka bahkan langsung menjatuhkan ayah kandung Soraya Clint itu dari posisinya sebagai pemimpin keluarga. Mereka kemudian mengangkat adik kandung Mardani, Mardian Clint, menjadi pemimpin Keluarga Clint yang baru. “Menurutku, kita harus secepatnya memperbaiki hubungan dengan Keluarga Sanjaya. Besok, kita akan pergi menemui Tuan Besar Wilson Sanjaya. Semoga dia masih mau memaafkan kekeliruan keluarga Clint kita,” ujar Mardian, sesaat setelah dia ditetapkan sebagai pemimpin Keluarga Clint yang baru. Semua orang setuju, termasuk Mardani! Namun, sepertinya tak ada juga yang akan peduli pada pendapatnya. Keesokan harinya, Keluarga Clint pergi berbondong-bondong ke Ist
“Bagaimana?” “Gagal, Kek. Mereka malah berbalik menentang kita,” jawab Grace lirih. Dia kemudian menceritakan hasil pertemuan dengan Keluarga Clint. Semua diceritakan tanpa ada yang ditambah atau dikurangi, bahkan sikap dan raut wajah setiap orang yang hadir pun diceritakan dengan sangat mendetil. Setelah Grace selesai bercerita, Bernard dan Gerald tampak saling berpandangan dengan tatapan rumit. Sebaliknya, Winston justru terlihat biasa saja seolah memang sudah sejak awal mengetahui bahwa Keluarga Clint akan berbalik menentang mereka. “Biarkan saja, kita memang tidak boleh mengandalkan orang lain untuk menggapai keberhasilan. Lihat saja, setelah minggu depan, para pengecut itu akan datang berbondong-bondong untuk memohon agar diperbolehkan bergabung dengan Grup Menara Crudel!” desis Winston geram, sementara raut wajahnya mendadak terlihat dingin mengancam. Sesaat kemudian, dia berdiri lalu melangkah perlahan mendekati Bernard. Dia kem
Grace masih menangis sambil terus marah-marah. Dia mengucapkan apa pun yang terbersit di hatinya atau terlintas di benaknya. Sebaliknya, Edward justru tenggelam dalam pikirannya sendiri tanpa sedikitpun terlihat peduli pada ocehan tunangannya yang sedang marah campur sedih itu. Saat itu, dia sebenarnya tengah memikirkan sebuah rencana. Sepertinya, dia sudah menemukan cara untuk menjatuhkan reputasi Keluarga Sanjaya dan sekaligus membuat cabang-cabang keluarga teratas itu menyesal karena tidak bergabung dengan Grup Menara Crudel. Selain itu, jika semua dapat berjalan sesuai rencana, dia juga akan dapat memperoleh kesempatan untuk membalas dendam pada Leon. Begitu saja, tiba-tiba dia terlihat menjadi amat bersemangat. Dia bahkan merengkuh Grace ke dalam pelukannya dan berkata dengan amat antusias, “Jangan menangis lagi, aku tak selemah dan senaif yang kamu pikirkan. Aku sudah punya rencana, tetapi aku butuh bantuanmu dan kakakmu Gerald untuk melaksanakannya.” Grace tersentak. Gad
Bernard Wijaya benar-benar menghina Keluarga Sanjaya.Duta Besar Negara Vicinus itu bahkan pergi begitu saja setelah menginjak-injak kartu undangan dan reputasi keluarga teratas Morenmor itu. Tanpa menoleh ke kiri atau ke kanan, dia melangkah angkuh menunju mobilnya yang terlihat sudah dlam posisi berbalik arah.Tak seorang pun berani manahan langkah Duta Besar itu.Semua orang cukup sadar bahwa sebesar apa pun keberanian dan kekuatan mereka, sama sekali tidak akan pernah sebanding dengan kegilaan seseorang yang berani menghina Keluarga Sanjaya secara terbuka di depan orang banyak.Bagaimanapun, nama besar dan reputasi Keluarga Sanjaya telah bertengger di puncak langit Morenmor selama puluhan tahun. Sampai saat ini, belum pernah terdengar ada satu pun yang berhasil pergi dengan selamat setelah berani merendahkan atau menghina keluarga teratas Morenmor itu.Namun, Bernard Wijaya sepertinya telah mematahkan dominasi Keluarga Sanjaya!Duta Besar Negara Vicinus itu telah menghina Keluarga
“Tunggu!”Edward pun menghentikan langkah, lalu menoleh.Dia langsung tertegun saat mengetahui bahwa yang telah memanggilnya adalah Leon. Lebih dari itu, dia juga melihat bahwa kartu undangan yang tadi dilemparnya kini justru berada di tangan pemuda yang paling dibencinya itu.Saat itu, Leon tampak melangkah santai sembari mengacungkan kartu undangan milik Edward yang tadi ditangkapnya.“Kenapa kamu membuangnya? Bukankah selama beberapa hari ini kamu begitu antusias menyebar orang untuk membeli dan merampas kartu undangan yang seharusnya untuk orang lain?” tanya cucu angkat Kakek Sanjaya itu, memberondong sinis.Edward tertegun lagi, tak menyangka bahwa Leon mengetahui pergerakan orang-orang Grup Menara Crudel selama beberapa hari terakhir.Namun, tentu saja Edward tak mungkin untuk mengakuinya.Sebaliknya, dia malah menukas dengan nada sengit, “Kamu jangan bicara sembarangan! Untuk apa aku membeli kartu undangan yang tak ada harganya itu? Kalaupun aku menginginkannya, aku juga tidak
Lelaki muda bertubuh atletis itu adalah Gerald Wijaya.Edward langsung tersenyum lebar saat mengetahui bahwa lelaki yang baru turun dari kepala truk trailer yang sudah dimodifikasi itu adalah calon kakak iparnya. Senyumnya makin lebar saat melihat barisan panjang di belakang kendaraan yang ditumpangi oleh calon kakak iparnya itu.Barisan panjang itu amat kuat.Leon bahkan sampai harus menelan ludah saat menyadari bahwa dia tidak mampu melihat ujung paling belakang dari barisan itu.Tak ada pilihan lain, sepertinya dia harus meminta bantuan Martin.Dia pun segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon.Tak ada jawaban.Leon mencoba lagi, tetapi hasilnya sama.Setengah putus asa, dia akhirnya menghampiri Gerald.“Saya Leon, cucu angkat Tuan Besar Wilson Sanjaya. Kendaraan rombongan Keluarga Wijaya sepertinya agak banyak dan beragam, akan butuh banyak waktu untuk menyiapkan lahan parkir khusus yang sesuai. Saya harap Tu
Gerald tak membuang waktu.Dia segera menghampiri truk boks kecil yang berada di belakang kepala truk trailer yang tadi dia gunakan untuk merobohkan pintu gerbang istana Keluarga Sanjaya. Tak lama kemudian, truk boks kecil itu sudah berada di hadapan Leon.Tak ingin kecolongan, Leon segera memerintahkan para pengawal Keluarga Sanjaya memeriksa truk kecil itu dengan sebuah alat detektor canggih. Namun, mereka tidak bisa memeriksa isi di dalam boks karena pintunya terkunci rapat.Sebuah gembok berlapis emas yang dihias dengan pita warna merah menyala tampak anggun bergantung di gerendel pintu boks itu.“Mana kuncinya?” tanya Leon pada Gerald.Gerald tersenyum tipis, lalu menyerahkan sebuah amplop berwarna merah dengan hiasan pita warna emas kepada Leon.Leon menerima dan membuka amplop itu dengan hati-hati, lalu mengeluarkan isinya.Sebuah kunci berlapis emas terlihat menempel pada kartu ucapan mewah yang terdapat di dalam amplop merah itu.“Itu kuncinya,” kata Gerald memberitahu.Leon
Para tamu mulai gelisah.Sebaliknya, Winston terlihat makin pongah.Di bawah todongan enam pucuk senjata berlaras panjang, lelaki tua berwajah bengis itu justru terlihat sangat santai. Dia bahkan berteriak dengan nada yang sangat menghina, “Wilson Sanjaya, apakah kamu benar-benar akan membiarkan para pengawalmu ini terus menodongku dengan senjata mainan seperti ini? Apakah kamu ingin nasib mereka sama seperti para pelayan dan pengawal setiamu yang mati sia-sia 50 tahun lalu?”Kakek Sanjaya terlonjak kaget.Dia tidak menyangka Winston akan mengungkit peristiwa tragis setengah abad silam itu.Sepasang matanya langsung menyipit, berusaha mengenali dan mengingat sosok bernama Winston yang mengaku sebagai perwakilan resmi Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus itu.“Siapa kamu?” tanya Kakek Sanjaya setelah gagal mengenali sosok tua bertampang bengis itu.“Masih bertanya? Baiklah, aku ulangi. Namaku adalah Winston Wijaya dan aku datang mewakili Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus!” jawab Winst