Share

Penyesalan Excel

Penulis: Layla Mumtazah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

Entah sudah berapa jam Alesha menangis di mobil, saat ia mulai berhenti menangis Abizar memberinya botol air mineral. Gadis itu meraih botol itu dan segera meminumnya mungkin setelah lelah menangis saat ini ia merasa haus.

 

"Apakah sekarang saya bisa mengantarkan kamu pulang?" tanya Abizar yang masih berdiri di samping taxi-nya.

 

Alesha mengangguk.

 

"Bisa beritahu aku di mana alamat kamu?" tanya Abizar lagi.

 

Alesha kemudian memberitahu di mana alamat rumahnya. 

 

Abizar segera mengantarkan gadis itu sampai di depan rumah. Bahkan, ia memastikan bahwa gadis cantik itu tak sedang membohongi dirinya dan akan melakukan tindakan konyol lagi.

 

Alesha segera masuk ke halaman rumah itu, Abizar sampai harus turun dari taxi demi memastikan gadis itu masuk ke rumahnya. Ternyata benar, penumpang yang sempat ia anggap gila itu bukanlah pasien yang tengah melarikan diri dari rumah sakit jiwa.

 

Alesha masuk ke kamarnya dan mengunci pintu itu rapat dari dalam. Ia bahkan, masih ingin terus menangis walau pun air matanya sudah tak ada lagi untuk ia keluarkan.

 

Semua undangan yang telah siap dan akan ia bagikan, kini menjadi barang yang begitu ia benci untuk dilihat. Gaun pengantin yang juga telah selesai di pesan membuatnya semakin terluka.

 

Alesha membawa dua dus berisi undangan pernikahan itu, ia membuka pintu kamar dan berjalan menuju taman samping rumah. Sang mama yang melihat hal itu segera mendatangi putrinya.

 

Alesha melempar dua kardus itu ke tanah. Lagi-lagi ia hanya bisa menangis menahan rasa sesak mengingat akan apa yang Excel dan Kyoona lakukan.

 

"Sha, ada apa?" Wanita berdaster hijau itu mendekati putrinya.

 

"Aku ingin bakar semua ini, Ma," jawabnya sambil terisak.

 

"Ada, apa, Sha? Pernikahan kalian kan, sebentar lagi."

 

"Alesha, jijik dengan Excel," jawabnya sambil terus menangis.

 

Sang Mama meraih pundak putrinya dan menatap Alesha dengan dalam. "Ada apa, Sha? Katakan," pintanya lembut.

 

Alesha tak bisa berhenti menangis saat ingin berbicara. Ia benar-benar tak bisa melupakan kejadian yang ia lihat pagi ini.

 

"Sha, ada apa, Nak?"

 

"Excel bercinta dengan Kyoona, Ma," jawab Alesha lirih.

 

"Apa?" Tante Mutiara mama Alesha begitu terkejut mendengar hal itu.

 

"Alesha gak bisa meneruskan pernikahan ini, Ma," ucapnya lagi.

 

Sang mama hanya bisa memeluk erat sang putri sembari menenangkannya.

 

"Non, di depan ada Den Excel," ucap pembantu rumah tangga yang tiba-tiba saja datang.

 

"Suruh pergi saja, Bi, aku tak ingin menemuinya," ucap Alesha bergetar.

 

"Baik, Non," ucapnya dan hendak pergi.

 

"Tunggu, Bi, biar saya saja yang menemui Excel," ucap Mama Alesha.

 

"Baik, Nyonya."

 

Tante Mutiara segera menuju ruang tamu, melihat Excel tengah berdiri membelakanginya. Saat mendengar suara langkah kaki Excel bergegas berbalik dan menerima tamparan keras dari calon mertuanya.

 

"Ada apa?!" bentak Tante Mutiara saat Excel terkejut atas tindakannya. "Apakah kamu tidak terima?"

 

"Ma, aku bisa jelaskan semua ini. Bukan aku yang memulai semua ini, tapi Kyoona," ucap Excel penuh penyesalan.

 

"Kamu pikir Kyoona akan berhasil mendapatkan apa yang ia mau, jika kamu tidak mau melakukannya?"

 

"Ma, aku laki-laki, bagaimana aku bisa ... jika ia terus menggodaku."

 

"Apakah kamu tahu apa artinya kesetiaan? Kesetiaan bukan tidak pernah memiliki ketertarikan dengan wanita lain, tetapi disaat ketertarikan dan godaan itu datang, ia tetap menjaga hatinya untuk satu wanita."

 

"Aku tahu, aku salah, Ma. Tapi aku gak ingin pernikahan ini batal, aku benar-benar mencintai Alesha."

 

"Apa jaminannya jika kamu tetap menikah dengannya dan kamu tidak akan melakukan hal seperti itu lagi?"

 

"Bunuh aku, Ma. Jika aku melakukan kesalahan yang sama lagi." Excel berkata penuh keyakinan.

 

"Maaf, tapi Alesha sudah memutuskan keinginannya sendiri. Dia sudah tak ingin menikah denganmu."

 

Excel menarik sudut bibirnya dan tersenyum sinis. "Kalau gitu, buat dia tetap menikah denganku."

 

"Apakah kamu gila? Alesha sudah jijik denganmu!"

 

"Apa pun itu, aku tetap ingin pernikahan ini terjadi. Atau kalau tidak, akan ada dua hal yang akan Mama sesali seumur hidup Mama."

 

Ucapan Excel membuat wanita itu terdiam. Ia tahu benar bahwa pemuda satu ini tak akan pernah membuang kalimat yang sia-sia. 

 

'Sial! Kenapa Excel bisa memiliki kartu AS-ku,' batinnya kesal.

 

Excel melangkah masuk mencari keberadaan Alesha saat ini. Saat ia melihat kepulan asap di taman samping rumah ia segera pergi ke sana.

 

Benar saja Alesha tengah berdiri di hadapan undangan yang kini telah terbakar. Excel menarik tangan Alesha.

 

"Apa yang kamu lakukan, hah?!"

 

Alesha menoleh dan melihat Excel. Menarik tangannya dan berkata, "Membakar sesuatu yang sudah tak berguna lagi."

 

Excel menatap tajam wajah Alesha.

 

"Apa pun yang terjadi aku akan tetap menikah denganmu!" tegasnya memperlihatkan rahangnya yang kokoh.

 

"Melihatmu saja aku sudah merasa jijik, apalagi harus menikah dan menjadi istrimu. Lebih baik aku mati!"

 

Excel membekap mulut Alesha dengan kasar. "Jika kamu tak menikah denganku, maka kamu tahu apa yang bisa aku lakukan, bukan?!"

 

Alesha menginjak kaki Excel dengan kuat dan berteriak. "Lakukan saja apa yang kamu mau, tapi aku tetap tidak ingin menikah denganmu!"

 

"Kamu?!" Excel meninggikan suaranya. Namun, perlahan-lahan ia menekuk lututnya di hadapan gadis yang begitu ia cintai.

 

Laki-laki itu kini menangis di hadapan Alesha. Ia tahu benar bahwa dirinya tak akan sanggup kehilangan gadis sebaik Alesha. Excel benar-benar sangat mencintai calon istrinya, ia sendiri tak tahu mengapa semalam semua itu bisa terjadi begitu saja.

 

***

 

Sementara itu Abizar yang telah kembali ke rumah setelah mengembalikan taxi. Merasa harus menemui gadis itu lagi untuk mengembalikan ponselnya.

 

Tanpa Alesha sadari, ia telah meninggalkan ponselnya di kursi taxi. Membuat Abizar semakin merasa kasihan jika mengingat sepasang mata sedih yang selalu menangis.

 

Abizar menekan tombol samping ponsel Alesha. Wallpaper sang gadis dan seorang pria tengah duduk berdua sembari memamerkan cincin membuat Abizar berasumsi bahwa itu adalah pasangan sang gadis, tetapi entah mengapa Abizar justru tersenyum.

 

Lagi-lagi Abizar tak mengerti kenapa ia terus saja mengingat kejadian tadi. Saat dirinya jatuh bersama dan mata mereka saling bertemu satu sama lain.

 

"Astaghfirullah," ucapnya beristighfar. "Jauhkan hamba dari bisikan-bisikan syetan ya, Allah."

 

Saat Abizar tengah berusaha menenangkan diri, ponsel gadis itu kini berdering membuatnya terkejut dan hampir saja ponsel itu terlempar.

 

My Mom. Nama yang tertera di layar ponsel. Abizar dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk itu.

 

"Hallo." Suara Alesha terdengar.

 

"Assalammualaikum," ucap Abizar dengan berdebar.

 

'Eh ... kenapa mendengar suaranya aku berdebar-debar seperti ini?' batinnya bingung.

 

"Eh, iya, Assalammualaikum," ucap Alesha.

 

"Waalaikumsalam."

 

"Ini, Pak sopir taxi yang tadi 'kan?" tanya Alesha lagi.

 

"Kok, tahu?" tanya Abizar tersenyum semringah. 

 

"Hanya menduga. Oh, ya, Pak bisa antarkan ponsel saya ini ke alamat yang tadi?" tanya Alesha.

 

"Ini rencananya mau diantarin, Mba. Tapi saya saat ini sudah pulang ke rumah."

 

"Kalau gitu berikan saja alamatnya, saya yang akan ambil."

 

Abizar merasa gugup. Aneh, padahal sang gadis hanya meminta alamat untuk mengambil hapenya bukan untuk menemui dirinya.

 

"Baiklah, akan aku SMS ke nomor ini, ya," ucap Abizar lagi.

 

"Terima kasih banyak, Pak."

 

Entahlah Abizar merasa aneh dengan dirinya sendiri. Gadis itu membuatnya memiliki debaran tersendiri yang sudah tiga tahun tak lagi ia rasakan.

 

 

 

 

Bab terkait

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Terpaksa Menikah

    Di dalam kamar Alesha berdiri di depan cermin dengan balutan gaun putih yang membuatnya tampak begitu cantik. Namun, hatinya menangis. Entah ada apa dengan sang mama yang terus memintanya untuk menikah dengan Excel. Walau sang mama sudah tahu benar bagaimana Excel telah mengkhianati Alesha. Gadis itu bahkan, tak punya pilihan setelah ancaman dari sang mama yang akan bunuh diri karena malu jika sampai pernikahan itu gagal dan jadi gunjingan rekan-rekan kerjanya.Gadis cantik itu tak bisa lagi menahan rasa sakit hatinya. Alesha lalu meraih ponsel dan entah mengapa ia justru menghubungi Abizar. Gadis itu tahu ia tak bisa meminta tolong pada orang yang dikenalnya saat ini, hanya sopir taxi itulah yang bisa membawa dan menyelamatkan hidupnya.Pertemuannya dengan Abizar seminggu lalu itu di saat mengambil ponsel, membuatnya memiliki nomor sang sopir untuk berlangganan taxi padanya.Alesha yang sedang menunggu panggilannya diangkat oleh Abizar harus merasa kecewa karena entah kenapa tak jug

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Gaun Pengantin Berdarah

    Perbuatan Excel membuat luka yang begitu besar di hati Alesha. Gadis itu menangis di sudut kamar sambil beberapakali membersihkan tangannya dengan kasar seakan-akan ada banyak kotoran menjijikkan di sana.Excel yang duduk di tepi tempat tidur sambil menghisap sebatang rokok, mengembuskan asap putih ke udara. Ia mendengkus lalu menghela napas sambil menatap ke arah Alesha."Jadi, apakah sekarang kita akan menikah?" tanyanya.Alesha tak bisa berkata-kata, gadis cantik itu hanya bisa terus menangis. Pipinya yang putih mulus basah oleh air mata."Bersiaplah, dan jangan berpikir bisa lari dariku setelah apa yang aku lakukan padamu hari ini." Excel membenarkan kemeja putihnya, dua kancing di dadanya belum terkancing dengan benar.Alesha menatap benci kepada laki-laki yang pernah begitu ia cintai. Baginya kini Excel tak lebih dari seorang bajing*n dan pengkhianat."Aku akan membersihkan diri dulu, dan kamu jangan bertindak macam-macam. Di luar sana dua anak buahku tengah menjaga pintu ini."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Tak Ada Gunanya Hidup

    Abizar berjalan menghampiri Excel yang tak menyadari akan kehadiran laki-laki itu. Saat mata keduanya bertemu barulah ia sadar siapa yang saat ini tengah berdiri di hadapannya."Di mana, Alesha?" tanya Abizar."Kamu lagi, kamu lagi, aku pikir kamu sudah mati dan pergi ke alam baka!" hardiknya sembari menunjuk wajah Abizar."Aku tanya di mana, Alesha? Apa yang kamu lakukan padanya, hah?!" Kali ini Abizar tak bisa lagi mengontrol emosinya."Emangnya kamu mau apa? Dasar sopir taxi!" Ejek Excel lagi.Abizar menarik napasnya, ia ingin sekali memukuli wajah Excel saat ini.Namun, Abizar berusaha menahannya karena tak ingin berubah dari korban menjadi tersangka. Apalagi, ia sudah meminta pengacaranya mengurus semua itu di kantor polisi.Bahkan, Abizar juga sudah meminta pengacaranya untuk membuat laporan akan pengeroyokan dan juga penculikan terhadap temannya. Saat tiba di rumah sakit sebelum kesadarannya menghilang akibat obat bius."Sekarang pergi dari sini!" usir Excel.Namun, bukannya pe

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 6

    "Kenapa?" tanya Abizar terkejut dengan keputusan Alesha. "Bukankah semua ini terjadi karena kamu ingin berpisah darinya, bukankan semua ini karena kamu tak ingin menikahi laki-laki sepertinya!" protes Abizar.Alesha yang kini duduk di atas tempat tidur, meremas kuat selimut putih yang ia kenakan."Kalau pada akhirnya kamu memutuskan untuk menikah dengannya. Untuk apa semua drama ini tercipta?"'Drama. Apakah ia menganggap kesakitanku ini sebuah drama untuknya?' batin Alesha."Harusnya aku tak harus berbaring di tempat tidur selama dua hari karena pukulan anak buah mantan kekasihmu itu," ucap Abizar tak terima.Sebenarnya, Abizar mengatakan semua itu bukan karena apa yang telah ia alami. Akan tetapi, karena ia tak ingin Alesha menikah dengan Excel. Entah mengapa, ia merasa tak rela jika hal itu sampai terjadi.Alesha menahan air mata yang sedari tadi ingin terjatuh saat mendengar perkataan-perkataan Abizar padanya. Gadis cantik berambut panjang itu merasa disudutkan seketika."Kenapa k

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 7

    "Berikan aku sedikit waktu untuk bisa melakukannya," pinta Alesha dengan cepat. "Sampai aku benar-benar siap untuk menjadi istrimu."~Alesha Syaqueena***"Istri?" Wanita bergamis hitam itu menatap Alesha. "Bagaimana kamu bisa menikah tanpa memberitahu?""Kakak bilang ada urusan pekerjaan di luar kota, kenapa tiba-tiba menikah?" tanya adik Abizar bernama Zahrah."Istrimu ...?" tatapan sinis Alesha dapat dari kakak ipar Abizar. Arum namanya.Abizar sendiri memiliki dua saudara, kakak pertamanya laki-laki bernama Ansyar, sudah menikah dengan Arum dan memiliki seorang putri berumur lima tahun. Zahrah adik bungsu Abizar yang masih duduk di kelas tiga SMA. Sementara Abizar sendiri anak kedua.Namun, kisah rumah tangganya tak berjalan dengan baik. Ia kehilangan sang istri saat mengalami kecelakaan dan istrinya meninggal dunia.Alesha mendekat dan mencium takzim ibu mertuanya. Sebisa mungkin ia tersenyum manis."Kamu sudah makan, Nak?" tanya ummi Abizar.Alesha mengangguk. Waktu perjalanan k

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 8

    Pagi ini semua orang bangun sebelum Subuh, Alesha yang ikut terbangun saat Abizar akan berangkat ke masjid, juga bersiap-siapa mengambil air wudhu."Sha, setelah pakai mukena nanti shalat berjamaah sama Ummi, Zahrah dan Mba Arum, ya," pesan Abizar.Alesha hanya mengangguk.Alesha menatap dirinya di depan cermin. Rasanya begitu nyaman dalam balutan mukenah. Ia bahkan, terlalu lama tak merasakan hal seperti itu lagi.Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Alesha tersadar. Ia segera membuka pintu dan melihat Zahra tersenyum padanya."Mba Alesha, sudah siap ternyata," ucap Zahra sambil tersenyum.Alesha membalas senyuman itu dan bergegas keluar dari kamar.Zahrah membawa Alesha ke sebuah ruangan ukuran 3×3 meter, mushola mini yang ada di rumah ini memang khusus untuk shalat berjamaah dan juga shalat Sunnah.Ummi Abizar sudah ada di Mushola bersama Arum dan putrinya. Sementara Zahrah dan Alesha baru masuk dan segera menggelar sajadah.Setelah selesai shalat dan berdoa, Zahrah dengan cepat

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 9

    Jatah Sebelum Pernikahanmu (9)Sepasang mata Arum menatap tajam ke arah Alesha yang masih berdiri mematung menatap cangkir yang pecah di lantai keramik putih itu."Lancang sekali kamu, ya!" teriaknya lagi."Maaf, Mba, aku terkejut karena teriakan Mba tadi," jawab Alesha lalu berjongkok."Kamu gak tahu seberapa berharganya gelas itu untuk Abizar, kalau dia tahu kamu akan merasakan akibatnya," ucap Arum sambil menunjuk Alesha.Alesha memilih terdiam, memunguti pecahan cangkir ke tangannya. Dalam pikirannya hanya memikirkan Abizar, mungkin ia akan marah padanya saat ini seperti perkataan Arum."Makanya kalau bukan milikmu jangan pernah berani mengambilnya," cetus Arum sinis.Alesha merasa apa kesalahannya pada Arum, sehingga ia merasa perempuan itu tak menyukainya sejak awal kedatangannya."Ada apa ini?" tanya Abizar yang masuk ke dapur untuk makan pagi.Alesha yang tergesa-gesa tak sengaja terkena pecahan cangkir dan mengakibatkan jari telunjuknya berdarah seketika. Ia mencoba menekan a

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 10

    "Cinta itu bukan hanya sekedar nafsu untuk memiliki, memaksanya tak akan pernah membuat kisahmu bahagia."♡Layla Mumtazah***Selesai sarapan bersama Alesha membantu Arum membersihkan meja, ia juga mencuci piring. Syukurlah, walau Alesha tak pandai memasak setidaknya gadis itu bisa melakukan yang lainnya."Dengar baik-baik, bukan berarti Abizar sudah melupakan almarhumah istrinya hanya karena dia bersikap baik seperti tadi. Adik ipar memang selalu bersikap baik dengan siapa pun," ucap Arum saat membasuh gelas.Alesha menoleh, entah mengapa Arum selalu saja mengeluarkan kata-kata tajamnya."Benarkah? Kalau dia melupakan mantan istrinya dan mencintaiku memangnya, kenapa? Untuk saat ini aku adalah istrinya."Arum tak percaya dengan apa yang ia dengar. Perempuan yang terlihat diam ini, ternyata bisa melawan perkataannya."Tapi tidak ada satu pun orang yang bisa memahami Abizar seperti diriku." Arum mencuci tangannya, mematikan keran dan keluar dari dapur.Meninggalkan Alesha yang masih te

Bab terbaru

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 54

    "Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 53

    "Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 52

    "Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru

DMCA.com Protection Status