Share

Bab 6

Penulis: Layla Mumtazah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa?" tanya Abizar terkejut dengan keputusan Alesha. "Bukankah semua ini terjadi karena kamu ingin berpisah darinya, bukankan semua ini karena kamu tak ingin menikahi laki-laki sepertinya!" protes Abizar.

Alesha yang kini duduk di atas tempat tidur, meremas kuat selimut putih yang ia kenakan.

"Kalau pada akhirnya kamu memutuskan untuk menikah dengannya. Untuk apa semua drama ini tercipta?"

'Drama. Apakah ia menganggap kesakitanku ini sebuah drama untuknya?' batin Alesha.

"Harusnya aku tak harus berbaring di tempat tidur selama dua hari karena pukulan anak buah mantan kekasihmu itu," ucap Abizar tak terima.

Sebenarnya, Abizar mengatakan semua itu bukan karena apa yang telah ia alami. Akan tetapi, karena ia tak ingin Alesha menikah dengan Excel. Entah mengapa, ia merasa tak rela jika hal itu sampai terjadi.

Alesha menahan air mata yang sedari tadi ingin terjatuh saat mendengar perkataan-perkataan Abizar padanya. Gadis cantik berambut panjang itu merasa disudutkan seketika.

"Kenapa kamu seperti tak menyukai akan keputusanku ini?" Alesah menatap Abizar.

"Karena ... karena aku tak bisa melihatmu menikah dengan laki-laki yang telah mengkhianatimu. Dia yang selalu membuat matamu basah. Aku tidak bisa," tegasnya.

"Kenapa? Apa urusannya denganmu? Kita juga tak memiliki hubungan apa-apa, jadi kenapa kamu harus tidak bisa menerima keputusanku?"

Abizar terdiam. Laki-laki berumur 29 tahun itu juga tak tahu kenapa ia bisa seperti itu. Setelah kepergian almarhumah sang istri tiga tahun yang lalu, baru saat ini ia merasa bahwa Alesha bisa membuatnya berdebar tak menentu saat melihat matanya. Membuatnya terluka saat melihat sorot matanya yang sendu.

"Sekarang pergilah, jangan pernah berurusan denganku ataupun Excel lagi, agar kamu tak celaka!" usir Alesah pada Abizar.

Abizar yang masih berdiri di samping tempat tidur Alesha, memutuskan untuk lebih dekat lagi pada gadis yang membuatnya tersenyum gila saat mengingatnya.

"Apakah kamu benar-benar akan menikah dengan Excel?" tanya Abizar lirih.

Alesha mengangguk. "Aku tak punya pilihan lain."

Abizar terdiam, kakinya mundur perlahan-lahan. Ia sadar bahwa mungkin perasaan yang ia miliki untuk Alesha hanyalah perasaan sepihak dan itu membuat Abizar melangkah menuju pintu.

Saat ia membuka pintu kamar akan keluar, Tante Mutiara hendak masuk membuka pintu.

"Kenapa? Apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanyanya lagi.

"Aku tak bisa lari darinya sampai kapan pun, bahkan, karena dia sudah berani mencium bibirku."

"Apa?" Abizar terkejut.

Alesha menangis. Gadis itu sungguh merasa kotor dan ternoda setelah perbuatan Excel padanya. Mungkin untuk beberapa gadis lain tak masalah jika hanya berciuman. Akan tetapi, bagi Alesha ciuman bibir saja bisa merenggut segalanya.

Di kamar hotel itu. Excel pada awalnya ingin merenggut kesucian Alesha. Akan tetapi, melihat wajah gadis itu ketakutan dan terus menangis membuatnya mengurungkan niat itu. Laki-laki yang masih memiliki rasa kasihan pada sang kekasih hanya berhasil mencium paksa.

"Aku akan menikahimu," ucap Abizar tiba-tiba.

"Apa?" ucap Alesha dan Tante Mutiara bersamaan.

Wanita bergamis maroon itu bergegas masuk mendekati Alesha dan Abizar.

"Kenapa kamu ingin menikahi anak saya tiba-tiba seperti ini?" tanyanya heran.

"Karena aku tak bisa membiarkan Excel melukai Alesha lagi. Ia tak akan pernah bisa menyentuh Alesha lagi jika Alesha sudah menjadi istriku."

"Maksudmu?"

"Dalam negara Alesha akan tercatat sebagai istriku, jika Excel berani macam-macam maka ia akan berurusan dengan hukum."

Tante Mutiara mengangguk. Sepertinya wanita itu setuju dengan pendapat Abizar. Mengingat ancaman Excel padanya, ia sadar bahwa putrinya dalam bahaya. Cinta Excel pada Alesha itu buta.

"Sha, menikahlah dengan temanmu ini. Kita gak punya pilihan lain. Excel sudah bebas. Untuk saat ini dia memang tak akan melakukan apa pun demi keamanan dirinya, tapi setelah itu kita tak akan tahu apa yang akan dia lakukan padamu lagi?"

Alesha tampak bimbang. Apalagi ia belum mengenal Abizar dengan baik. Mereka hanya saling tahu dalam beberapa Minggu dan saat ini akan menikah. Apakah itu mungkin.

"Aku tak memaksamu, aku hanya ingin melindungi dirimu," ucap Abizar lagi.

"Baiklah, aku bersedia menikah denganmu," ucap Alesha walau ia tak yakin seratus persen dengan keputusannya ini.

Ijab kabul yang sederhana di lakukan di rumah sakit untuk mempercepat waktu. Sementara untuk mendaftarkan pernikahan Abizar menyerahkan semua pada ibu mertua dan pengacaranya.

Alesha tampak cantik dengan make up tipis natural bahkan, ia tak memakai baju kebaya seperti pada umumnya, tetapi tak mengurangi kecantikan gadis itu walau hanya dibalut dengan pakaian rumah sakit.

Abizar dan Alesha kini telah resmi menjadi suami istri. Setidaknya untuk saat ini Tante Mutiara merasa sedikit tenang.

***

Dua hari kemudian.

Abizar mengajak Alesha untuk bertemu dengan orang tuanya. Ya, Abizar menikahi Alesha tanpa sepengetahuan keluarga. Entah apa yang akan terjadi nantinya di sana.

Alesha yang saat ini memakai celana jeans panjang dan kaos panjang bewarna merah muda, berjalan di samping Abizar. Ia membiarkan rambutnya tergerai dengan bebas.

Keduanya melangkah bersama menuju pintu utama rumah besar itu. Alesha tak mampu menyembunyikan kegugupannya saat ini. Membuat Abizar meraih tangan sang istri dan berusaha menenangkannya.

"Assalammualaikum," ucap Abizar sambil mendorong pintu yang tak dikunci.

Kemudian keduanya masuk ke dalam rumah itu, susana rumah besar itu tampak sepi, sepertinya ini adalah waktu jam makan malam. Abizar yang paham akan hal itu segera membawa Alesha menuju ruang makan.

Saat Alesha dan Abizar tiba di sana semua mata kini tertuju ke pada mereka. Tatapan mereka yang penuh dengan tanda tanya akan kehadiran perempuan cantik di samping Abizar tak bisa disembunyikan. Terlihat sangat jelas.

"Assalammualaikum, Ummi," sapa Abizar saat melihat wanita berbadan sedikit gemuk dengan balutan gamis hitam senada dengan warna jilbab panjangnya.

"Waalaikumsalam, Izar" jawabnya sambil tersenyum teduh khas seorang ibu.

"Abi mana, Ummi?" tanya Abizar lagi yang terlihat sangat santai.

"Abimu masih di kantor. Ada beberapa taxi yang harus di servis lagi bulan ini."

Abizar mengangguk paham, ia lalu menyapa orang-orang yang juga tengah duduk di sana.

"Abizar mau memperkenalkan Ummi pada seseorang," lanjut Abizar.

"Siapa?" Ummi menatap putranya dengan hangat.

"Ummi," lirih Abizar. "Perkenalkan ini istri Abizar, Alesha namanya," paparnya sembari meraih tangan Alesha.

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening seketika. Semua yang tengah duduk di kursi memandang ke arah Alesha yang penampilannya jauh berbeda dari ibu dan saudara-saudara perempuan Abizar.

Bersambung.

Bab terkait

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 7

    "Berikan aku sedikit waktu untuk bisa melakukannya," pinta Alesha dengan cepat. "Sampai aku benar-benar siap untuk menjadi istrimu."~Alesha Syaqueena***"Istri?" Wanita bergamis hitam itu menatap Alesha. "Bagaimana kamu bisa menikah tanpa memberitahu?""Kakak bilang ada urusan pekerjaan di luar kota, kenapa tiba-tiba menikah?" tanya adik Abizar bernama Zahrah."Istrimu ...?" tatapan sinis Alesha dapat dari kakak ipar Abizar. Arum namanya.Abizar sendiri memiliki dua saudara, kakak pertamanya laki-laki bernama Ansyar, sudah menikah dengan Arum dan memiliki seorang putri berumur lima tahun. Zahrah adik bungsu Abizar yang masih duduk di kelas tiga SMA. Sementara Abizar sendiri anak kedua.Namun, kisah rumah tangganya tak berjalan dengan baik. Ia kehilangan sang istri saat mengalami kecelakaan dan istrinya meninggal dunia.Alesha mendekat dan mencium takzim ibu mertuanya. Sebisa mungkin ia tersenyum manis."Kamu sudah makan, Nak?" tanya ummi Abizar.Alesha mengangguk. Waktu perjalanan k

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 8

    Pagi ini semua orang bangun sebelum Subuh, Alesha yang ikut terbangun saat Abizar akan berangkat ke masjid, juga bersiap-siapa mengambil air wudhu."Sha, setelah pakai mukena nanti shalat berjamaah sama Ummi, Zahrah dan Mba Arum, ya," pesan Abizar.Alesha hanya mengangguk.Alesha menatap dirinya di depan cermin. Rasanya begitu nyaman dalam balutan mukenah. Ia bahkan, terlalu lama tak merasakan hal seperti itu lagi.Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Alesha tersadar. Ia segera membuka pintu dan melihat Zahra tersenyum padanya."Mba Alesha, sudah siap ternyata," ucap Zahra sambil tersenyum.Alesha membalas senyuman itu dan bergegas keluar dari kamar.Zahrah membawa Alesha ke sebuah ruangan ukuran 3×3 meter, mushola mini yang ada di rumah ini memang khusus untuk shalat berjamaah dan juga shalat Sunnah.Ummi Abizar sudah ada di Mushola bersama Arum dan putrinya. Sementara Zahrah dan Alesha baru masuk dan segera menggelar sajadah.Setelah selesai shalat dan berdoa, Zahrah dengan cepat

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 9

    Jatah Sebelum Pernikahanmu (9)Sepasang mata Arum menatap tajam ke arah Alesha yang masih berdiri mematung menatap cangkir yang pecah di lantai keramik putih itu."Lancang sekali kamu, ya!" teriaknya lagi."Maaf, Mba, aku terkejut karena teriakan Mba tadi," jawab Alesha lalu berjongkok."Kamu gak tahu seberapa berharganya gelas itu untuk Abizar, kalau dia tahu kamu akan merasakan akibatnya," ucap Arum sambil menunjuk Alesha.Alesha memilih terdiam, memunguti pecahan cangkir ke tangannya. Dalam pikirannya hanya memikirkan Abizar, mungkin ia akan marah padanya saat ini seperti perkataan Arum."Makanya kalau bukan milikmu jangan pernah berani mengambilnya," cetus Arum sinis.Alesha merasa apa kesalahannya pada Arum, sehingga ia merasa perempuan itu tak menyukainya sejak awal kedatangannya."Ada apa ini?" tanya Abizar yang masuk ke dapur untuk makan pagi.Alesha yang tergesa-gesa tak sengaja terkena pecahan cangkir dan mengakibatkan jari telunjuknya berdarah seketika. Ia mencoba menekan a

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 10

    "Cinta itu bukan hanya sekedar nafsu untuk memiliki, memaksanya tak akan pernah membuat kisahmu bahagia."♡Layla Mumtazah***Selesai sarapan bersama Alesha membantu Arum membersihkan meja, ia juga mencuci piring. Syukurlah, walau Alesha tak pandai memasak setidaknya gadis itu bisa melakukan yang lainnya."Dengar baik-baik, bukan berarti Abizar sudah melupakan almarhumah istrinya hanya karena dia bersikap baik seperti tadi. Adik ipar memang selalu bersikap baik dengan siapa pun," ucap Arum saat membasuh gelas.Alesha menoleh, entah mengapa Arum selalu saja mengeluarkan kata-kata tajamnya."Benarkah? Kalau dia melupakan mantan istrinya dan mencintaiku memangnya, kenapa? Untuk saat ini aku adalah istrinya."Arum tak percaya dengan apa yang ia dengar. Perempuan yang terlihat diam ini, ternyata bisa melawan perkataannya."Tapi tidak ada satu pun orang yang bisa memahami Abizar seperti diriku." Arum mencuci tangannya, mematikan keran dan keluar dari dapur.Meninggalkan Alesha yang masih te

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 11

    Abizar masih sibuk dengan ponselnya hingga ia tak melihat sang istri tengah dalam gangguan Excel."Diam saja dan dengarkan ini baik-baik," ucap Excel di telinga Alesha "Apakah kamu sudah menghubungi Mama?"Alesha merasa ada hal yang Excel pasti lakukan pada sang Mama. "Apa yang kamu lakukan pada mamaku?" tanya Alesha."Jika kamu ingin mengetahuinya, segera hubungi aku." Excel tersenyum puas lalu pergi begitu saja setelah menutup kepalanya dengan jaket hoodie hitam yang ia kenakan.Excel memakai masker hitamnya, di saat bersamaan Abizar bangun dari kursi dan berjalan ke arah toko yang Alesha katakan.Excel yang menyadari bahwa saat ini Abizar berjalan ke arahnya, dengan sengaja menabrak bahu Abizar. Excel tersenyum sinis di dalam masker, lalu mengangguk dan terus berjalan lagi meninggalkan Abizar. Sementara Abizar yang tak mengenali Excel hanya memandang punggung laki-laki berjaket hitam itu dan mengabaikannya.Alesha yang melihat Abizar, segera masuk ke toko setelah menenangkan piki

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 12

    Jatah Sebelum Pernikahanmu (12)***Alesha tak suka mendengar suara Excel memanggilnya sayang. Entah mengapa ucapan yang dulu begitu tersa indah di telinga, kini berubah menjijikan bagi Alesha."Temui aku nanti malam, akan aku beri tahu padamu, bagaimana?" Tawaran dari Excel."Kamu kira aku bodoh, kamu pasti hanya ingin menculikku lagi, bukan?" tegas Alesha."Jangan bodoh, Sayang. Untuk apa aku menculik dirimu? Apakah kamu pikir aku mau berurusan dengan polisi lagi?"Alesha terdiam, ia hanya ingin mengetahui soal mamanya saat ini. Jika memang bertemu dengan Excel bisa membuat bertemu dengan mamanya kenapa tidak."Tunggulah nanti malam aku akan menjemputmu."Seketika Alesha mengerenyitkan dahi."Apa kamu tahu di mana aku tinggal saat ini?" tanya Alesha bingung, sementara di seberang sana suara Excel terdengar nyaring tertawa."Tentu saja! Mudah bagiku untuk menemukan kamu. Walau kamu berada di lubang semut sekali pun."Alesha mengumpat di dalam hati. Kenapa ia harus bertemu dengan mons

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 13

    Jatah Sebelum Pernikahanmu (13)***Pagi ini seperti biasa setelah lepas shalat Subuh Alesha membantu ibu mertuanya di dapur."Kamu bisa masak, Alesha?" tanya Ummi.Alesha menggeleng. "Alesha gak jago masak, Ummi," jawabnya sambil mencuci sayuran yang telah di potong-potong."Sudah aku duga, lalu kamu bisanya apa?" timpal Arum tiba-tiba."Tidak apa-apa Alesha, kamu bisa belajar masak dari Arum nanti. Saat Fatimah dulu masih ada, ia juga awalnya tidak bisa memasak," ujar Ummi.Setelah tiga cangkir kopi yang Ummi buat selesai, wanita bergamis hitam itu segera keluar dari dapur. Meninggalkan Alesha dan Arum bersama.Alesha yang telah selesai mencuci sayuran memberikannya pada Arum."Apakah yang kamu bisa hanya menggoda pria?" Perkataan Arum sukses membuat Alesha menatapnya tajam."Maksud kamu apa?" Alesha membuka suara."Aneh, aja. Tiba-tiba kamu menikah dengan Abizar." Arum memasukan sayuran ke wajan dan mengaduknya."Sepertinya dari awal kamu melihatku, kamu sudah tak menyukaiku bukan?

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 14

    Jatah Sebelum Pernikahanmu (14)***Abizar menatap layar ponselnya, ia tersenyum perih melihat foto Fatimah. Masih teringat jelas bagaimana kecelakaan itu terjadi di depan matanya kala itu.Sebuah mobil hilang kendali dan menabrak tubuh wanita berjilbab hitam itu begitu saja, hingga terpental dan darah mengalir di jalan raya. Abizar yang kala itu membawa dua es krim berlari untuk menyelamatkan sang istri, tetapi terlambat. Wanita itu tewas seketika di tempat.Usut punya usut, kecelakaan itu karena sang sopir dalam keadaan mabuk. Sopir yang tak dikenali identitasnya itu segera di bawa ke kantor polisi untuk diproses.Abizar lalu mengalihkan pandangannya ke foto bingkai yang ada di meja kerjanya. Foto pernikahannya dengan Fatimah, anak sahabat sang ayah di pesantren tempat ia menimba ilmu dulu.Fatimah gadis yang pemalu, tak berani mengutarakan isi hatinya. Sampai suatu hari Fatimah dan Arum tak sengaja berpapasan. Membuat keduanya saling menunduk dan tersenyum dalam diam.***Arum menc

Bab terbaru

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 54

    "Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 53

    "Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 52

    "Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru

DMCA.com Protection Status