Share

JANJI CINTA SANG CEO
JANJI CINTA SANG CEO
Author: Meta Janush

BAB 1.

Disebuah pulau terpencil tak berpenghuni, hujan yang turun deras diiringi suara ombak yang menghantam karang terdengar bagaikan suara genderang yang ditabuh bersahut-sahutan.  Hujan deras dan ombak besar yang terjadi sejak beberapa hari membuat suasana mencekam. 

Di tengah-tengah cuaca ekstrim tampak seorang wanita menebas kayu dengan belati yang dibawanya.  Pakaian yang basah melekat ditubuh kurusnya, tak dipedulikannya derasnya air hujan yang menyirami tubuhnya.

Gadis itu bernama Anastasya Fredelia Sanari. Seorang gadis yang sangat cantik, dia telah terpisahkan dengan keluarganya sejak sepuluh tahun yang lalu kini usianya duapuluh dua tahun dan pada suatu hari dia kembali dipertemukan dengan keluarga Hilman.

Rumah yang ditempati oleh keluarga Hilman adalah milik dari ibu kandung gadis itu dan dulunya dikenal sebagai rumah keluarga Sanari namun sejak kematian ibunya, ayah gadis itu merubah nama rumah dan juga nama perusahaan menjadi Hilman serta membawa pulang istri simpanan dan putrinya. Gadis bernama Anatasya Fredelia Sanari itu telah diculik dan dijual oleh ibu tirinya.  Ibu tiri dan putrinya membayar orang untuk menculik kembali Anatasya setelah dia bertemu keluarga Hilman.

Saat itu Anatasya ingin mencari tahu tentang kebenaran atas kematian ibu kandungnya dan siapa orang yang telah menculik serta menjualnya sepuluh tahun lalu, dia malah bertemu dengan pembunuh yang menyamar sebagai orang yang menjemputnya saat dia baru sampai dirumah rumah keluarga Hilman.

Para penjahat itu membawanya pergi untuk dijual kembali ditempat perdagangan manusia, mereka menaikkannya keatas kapal. Gadis itu berhasil melawan gerombolan penjahat dan melepaskan diri, namun nasib baik belum berpihak padanya saat kapal dimana dia disekap itu bocor dan tenggelam.  Anatasya hanyut terombang-ambing dilautan dan terdampar dipulau yang tak berpenghuni ini.

Hari ini adalah hari yang ketujuh dia terdampar dipulau itu dan selama itu pula dia tak pernah melihat ada satupun kapal yang lewat.  Pulau itu dipenuhi oleh pepohonan sehingga Anatasya berusaha membuat sendiri sebuah perahu kayu sederhana untuk dipakainya keluar dari pulau terpencil itu.

Tak lama lagi perahunya akan selesai, hanya membuat dayung saja tetapi hujan malah turun deras.  Anatasya berdiri menegakkan tubuhnya untuk meregangkan otot-otot dan tulangnya, tiba-tiba mata gadis itu menangkap sesuatu yang berwarna hitam tepat diatas batukarang.

Dengan perasaan was-was dia berjalan mendekati batu karang dan sangat terkejut saat melihat sesuatu yang berwarna hitam itu adalah seorang pria.  Wajah pria itu tampan namun terlihat sangat pucat, Anatasya memperhatikan bagian pinggang pria itu terluka.  Darah pria itu bercampur dengan air laut sehingga tampak seperti berwarna jingga.

Anatasya mendekati pria tersebut dan menyentuh hidungnya untuk memastikan pria itu masih bernapas lalu dia menyentuh pergelangan tangan dan merasakan denyutan jantung pria tampan itu.  Anatasya menghela napas lega mengetahui pria itu masih hidup lalu dia menyeret pria itu dengan susah payah ke pulau dan membawanya menuju kedalam gua.

Selama berada dipulau terpencil itu, Anatasya tidur didalam gua tersebut.  Setelah menyalakan api unggun kemudian Anatasya berlari menerobos hujan untuk mengambil dedaunan dari tanaman obat yang bisa diolahnya menjadi obat.

“Hufff….untung saja kau terdampar dipulau ini dan bertemu denganku.”  Anatasya bergumam sambil melepaskan pakaian pria itu.  Dia melihat ada luka tusuk yang sangat dalam dan Anatasya tidak tahu apakah luka tusukan itu mengenai organ dalam.  Saat tangannya hendak memeriksa denyut nadi pria itu tapi tiba-tiba saja tangannya digenggam erat oleh tangan besar pria itu.

“Uhukk…..uhukkk….uhukk…..si...siapa?” tanya pria itu dengan suara pelan dan lemah tetapi cengkeraman tangannya kuat.  Anatasya melirik tangannya yang dicengkeram pria itu lalu berkata “Siapa? Aku adalah penyelamatmu! Jika kau tidak melepaskan tanganku, aku akan membunuhmu dan membuang mayatmu kelaut.”

Pria itu menatapnya tajam sambil mengeryitkan keningnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Pandangan mata pria itu menilik wajah gadis di sampingnya lalu matanya tertuju pada ramuan tumbuh-tumbuhan yang sedang dihaluskan oleh Anatasya.  Setelah ramuan itu halus, Anatasya mengambilnya dan meletakkan di telapak tangannya.

“Lepaskan tanganku! Kenapa kau mencengkeram tanganku begitu kuat, ha? Lepaskan! Aku harus mengoleskan ramuan obat ini dilukamu.” Lalu Anatasya membantu pria itu setelah tangan kekar itu melepaskan cengkeramannya.

“Biar aku oleskan sendiri.” ujar pria itu lalu mendorong tangan Anatasya dan menanggalkan pakaiannya sendiri, tetapi bola matanya yang hitam masih tetap waspada pada gadis itu.  Pria itu melepaskan pakaiannya dengan cepat, Anatasya melihat area perut pria itu yang berbentuk sixpack dengan lekukan V-line yang halus terbentuk dilingkar bawah perutnya.

Sejenak Anatasya mengagumi postur tubuh pria itu yang tanpak sempurna dan seksi dengan warna kulit yang sedikit kecoklatan.  Anatasya menelan slaivanya dan menundukkan wajahnya tersipu malu. Kemudian Anatasya mulai mengoleskan ramuan obat itu ke bagian perut yang terluka dengan hati-hati. “Obat apa ini?” tanya si pria dengan suara serak dan dingin. Tak ada sedikitpun kehangatan didalam suaranya, pria itu betul-betul sangat dingin.

“Ini ramuan herbal yang kubuat dari tanaman obat untuk menghentikan pendarahan di lukamu dan untuk mengurangi bengkak.” jawab Anatasya tak kalah dinginnya.

“Dimana ini?” tanya pria itu lagi sambil matanya memindai sekeliling.

Anatasya yang tadinya malu-malu, perlahan mengangkat wajahnya menatap kearah pria itu.  Dia memiliki wajah yang sangat tampan tapi ekspresinya dingin bagaikan sebongkah es. Apakah pria ini bodoh? Terlalu banyak bertanya hal yang tidak penting. Anatasya menghembuskan napasnya, dia pun tidak mengetahui dimana mereka berada.

“Aku tidak tahu nama tempat ini, jika kau ingin tahu maka pergilah ke sekolah untuk bertanya. Sepertinya kau punya cukup banyak energi untuk berbicara, bukankah lebih baik kau gunakan energimu untuk berbaring dan tidur?” kata Anatasya ketus.

“Kasar sekali! Sikapmu sangat buruk pada pasienmu.” jawab pria itu dengan kesal. Sekali lagi dia melirik wajah Anatasya yang berantakan dan terlihat sangat kotor.

“Apa katamu?” ujar Anatasya menatap tajam”Beginikah caramu bicara pada penyelamatmu? Kau bahkan tidak tahu mengucapkan terimakasih.”

“Hei nona, kau kasar sekali! Sikapmu seperti preman saja tidak ada kelembutan seorang wanita.” Alis pria itu berkerut menatap gadis itu.

“Hei Tuan! Kau itu sangat tidak sopan, sudah kutolong tapi tidak mengucap terimakasih. Malah mulutmu terlalu banyak bicara dari tadi.”

Kedua manusia beda jenis itu saling menatap tajam layaknya musuh yang harus dimusnahkan. Keduanya tampak dipenuhi amarah dan emosi yang siap diledakkan. Anatasya yang sedang malas membuang energinya meladeni pria itu lalu berdiri “Hujan akan semakin deras dan suhu udara di pulau ini akan sangat dingin. Aku akan membuatkan api unggun, berbaringlah dan berhenti bicara.”

Saat Anatasya hendak pergi ke sudut goa untuk menyalakan api unggun, pria itu memanggilnya “Haloooo nonaaa.”

“Ada apa lagi sih? Berisik tau?” kata Anatasya sambil membalikkan badannya. Dia sangat kesal dengan tingkah pria itu, jika dia tidak segera menyalakan api unggun maka keduanya akan mati kedinginan. Untuk menyalakan api hanya bisa dia lakukan dengan cara tradisional karena dia tidak punya pemantik api.

“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memanggilmu.”

“……….ngak jelas!” lalu Anatasya pergi ke sudut goa dan tidak mempedulikan pria itu lagi. Hampir satu jam Anatasya berusaha menyalakan api unggun dengan menggunakan kayu dan tumpukan jerami.  Tapi angin yang bertiup drai luar memadamkan api kecil yang menyala.

“Haloooo nona.” pria itu berteriak kembali.

“Kau mau apalagi, ha?”

Anatasya membalikkan badan saat dia mendengar suara dentingan logam yang dilemparkan ketanah. Dia melihat pemantik api zippo menggelinding tak jauh dari tempatnya berjongkok.

“Ha….?”

Anatasya mengeryitkan keningnya, terdiam menatap pria itu tajam lalu berteeriak “Dasar brengsek! Pria brengsek! Kau sungguh keterlaluan!”

Hai semuanya....ini novel pertamaku di Goodnovel. Semoga kalian suka dengan alur ceritanya ya. Mohon di like dan komen. Terimakasih 🙏🙏🥰

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status