Disebuah pulau terpencil tak berpenghuni, hujan yang turun deras diiringi suara ombak yang menghantam karang terdengar bagaikan suara genderang yang ditabuh bersahut-sahutan. Hujan deras dan ombak besar yang terjadi sejak beberapa hari membuat suasana mencekam.
Di tengah-tengah cuaca ekstrim tampak seorang wanita menebas kayu dengan belati yang dibawanya. Pakaian yang basah melekat ditubuh kurusnya, tak dipedulikannya derasnya air hujan yang menyirami tubuhnya.
Gadis itu bernama Anastasya Fredelia Sanari. Seorang gadis yang sangat cantik, dia telah terpisahkan dengan keluarganya sejak sepuluh tahun yang lalu kini usianya duapuluh dua tahun dan pada suatu hari dia kembali dipertemukan dengan keluarga Hilman.
Rumah yang ditempati oleh keluarga Hilman adalah milik dari ibu kandung gadis itu dan dulunya dikenal sebagai rumah keluarga Sanari namun sejak kematian ibunya, ayah gadis itu merubah nama rumah dan juga nama perusahaan menjadi Hilman serta membawa pulang istri simpanan dan putrinya. Gadis bernama Anatasya Fredelia Sanari itu telah diculik dan dijual oleh ibu tirinya. Ibu tiri dan putrinya membayar orang untuk menculik kembali Anatasya setelah dia bertemu keluarga Hilman.
Saat itu Anatasya ingin mencari tahu tentang kebenaran atas kematian ibu kandungnya dan siapa orang yang telah menculik serta menjualnya sepuluh tahun lalu, dia malah bertemu dengan pembunuh yang menyamar sebagai orang yang menjemputnya saat dia baru sampai dirumah rumah keluarga Hilman.
Para penjahat itu membawanya pergi untuk dijual kembali ditempat perdagangan manusia, mereka menaikkannya keatas kapal. Gadis itu berhasil melawan gerombolan penjahat dan melepaskan diri, namun nasib baik belum berpihak padanya saat kapal dimana dia disekap itu bocor dan tenggelam. Anatasya hanyut terombang-ambing dilautan dan terdampar dipulau yang tak berpenghuni ini.
Hari ini adalah hari yang ketujuh dia terdampar dipulau itu dan selama itu pula dia tak pernah melihat ada satupun kapal yang lewat. Pulau itu dipenuhi oleh pepohonan sehingga Anatasya berusaha membuat sendiri sebuah perahu kayu sederhana untuk dipakainya keluar dari pulau terpencil itu.
Tak lama lagi perahunya akan selesai, hanya membuat dayung saja tetapi hujan malah turun deras. Anatasya berdiri menegakkan tubuhnya untuk meregangkan otot-otot dan tulangnya, tiba-tiba mata gadis itu menangkap sesuatu yang berwarna hitam tepat diatas batukarang.
Dengan perasaan was-was dia berjalan mendekati batu karang dan sangat terkejut saat melihat sesuatu yang berwarna hitam itu adalah seorang pria. Wajah pria itu tampan namun terlihat sangat pucat, Anatasya memperhatikan bagian pinggang pria itu terluka. Darah pria itu bercampur dengan air laut sehingga tampak seperti berwarna jingga.
Anatasya mendekati pria tersebut dan menyentuh hidungnya untuk memastikan pria itu masih bernapas lalu dia menyentuh pergelangan tangan dan merasakan denyutan jantung pria tampan itu. Anatasya menghela napas lega mengetahui pria itu masih hidup lalu dia menyeret pria itu dengan susah payah ke pulau dan membawanya menuju kedalam gua.
Selama berada dipulau terpencil itu, Anatasya tidur didalam gua tersebut. Setelah menyalakan api unggun kemudian Anatasya berlari menerobos hujan untuk mengambil dedaunan dari tanaman obat yang bisa diolahnya menjadi obat.
“Hufff….untung saja kau terdampar dipulau ini dan bertemu denganku.” Anatasya bergumam sambil melepaskan pakaian pria itu. Dia melihat ada luka tusuk yang sangat dalam dan Anatasya tidak tahu apakah luka tusukan itu mengenai organ dalam. Saat tangannya hendak memeriksa denyut nadi pria itu tapi tiba-tiba saja tangannya digenggam erat oleh tangan besar pria itu.
“Uhukk…..uhukkk….uhukk…..si...siapa?” tanya pria itu dengan suara pelan dan lemah tetapi cengkeraman tangannya kuat. Anatasya melirik tangannya yang dicengkeram pria itu lalu berkata “Siapa? Aku adalah penyelamatmu! Jika kau tidak melepaskan tanganku, aku akan membunuhmu dan membuang mayatmu kelaut.”
Pria itu menatapnya tajam sambil mengeryitkan keningnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Pandangan mata pria itu menilik wajah gadis di sampingnya lalu matanya tertuju pada ramuan tumbuh-tumbuhan yang sedang dihaluskan oleh Anatasya. Setelah ramuan itu halus, Anatasya mengambilnya dan meletakkan di telapak tangannya.
“Lepaskan tanganku! Kenapa kau mencengkeram tanganku begitu kuat, ha? Lepaskan! Aku harus mengoleskan ramuan obat ini dilukamu.” Lalu Anatasya membantu pria itu setelah tangan kekar itu melepaskan cengkeramannya.
“Biar aku oleskan sendiri.” ujar pria itu lalu mendorong tangan Anatasya dan menanggalkan pakaiannya sendiri, tetapi bola matanya yang hitam masih tetap waspada pada gadis itu. Pria itu melepaskan pakaiannya dengan cepat, Anatasya melihat area perut pria itu yang berbentuk sixpack dengan lekukan V-line yang halus terbentuk dilingkar bawah perutnya.
Sejenak Anatasya mengagumi postur tubuh pria itu yang tanpak sempurna dan seksi dengan warna kulit yang sedikit kecoklatan. Anatasya menelan slaivanya dan menundukkan wajahnya tersipu malu. Kemudian Anatasya mulai mengoleskan ramuan obat itu ke bagian perut yang terluka dengan hati-hati. “Obat apa ini?” tanya si pria dengan suara serak dan dingin. Tak ada sedikitpun kehangatan didalam suaranya, pria itu betul-betul sangat dingin.
“Ini ramuan herbal yang kubuat dari tanaman obat untuk menghentikan pendarahan di lukamu dan untuk mengurangi bengkak.” jawab Anatasya tak kalah dinginnya.
“Dimana ini?” tanya pria itu lagi sambil matanya memindai sekeliling.
Anatasya yang tadinya malu-malu, perlahan mengangkat wajahnya menatap kearah pria itu. Dia memiliki wajah yang sangat tampan tapi ekspresinya dingin bagaikan sebongkah es. Apakah pria ini bodoh? Terlalu banyak bertanya hal yang tidak penting. Anatasya menghembuskan napasnya, dia pun tidak mengetahui dimana mereka berada.
“Aku tidak tahu nama tempat ini, jika kau ingin tahu maka pergilah ke sekolah untuk bertanya. Sepertinya kau punya cukup banyak energi untuk berbicara, bukankah lebih baik kau gunakan energimu untuk berbaring dan tidur?” kata Anatasya ketus.
“Kasar sekali! Sikapmu sangat buruk pada pasienmu.” jawab pria itu dengan kesal. Sekali lagi dia melirik wajah Anatasya yang berantakan dan terlihat sangat kotor.
“Apa katamu?” ujar Anatasya menatap tajam”Beginikah caramu bicara pada penyelamatmu? Kau bahkan tidak tahu mengucapkan terimakasih.”
“Hei nona, kau kasar sekali! Sikapmu seperti preman saja tidak ada kelembutan seorang wanita.” Alis pria itu berkerut menatap gadis itu.
“Hei Tuan! Kau itu sangat tidak sopan, sudah kutolong tapi tidak mengucap terimakasih. Malah mulutmu terlalu banyak bicara dari tadi.”
Kedua manusia beda jenis itu saling menatap tajam layaknya musuh yang harus dimusnahkan. Keduanya tampak dipenuhi amarah dan emosi yang siap diledakkan. Anatasya yang sedang malas membuang energinya meladeni pria itu lalu berdiri “Hujan akan semakin deras dan suhu udara di pulau ini akan sangat dingin. Aku akan membuatkan api unggun, berbaringlah dan berhenti bicara.”
Saat Anatasya hendak pergi ke sudut goa untuk menyalakan api unggun, pria itu memanggilnya “Haloooo nonaaa.”
“Ada apa lagi sih? Berisik tau?” kata Anatasya sambil membalikkan badannya. Dia sangat kesal dengan tingkah pria itu, jika dia tidak segera menyalakan api unggun maka keduanya akan mati kedinginan. Untuk menyalakan api hanya bisa dia lakukan dengan cara tradisional karena dia tidak punya pemantik api.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memanggilmu.”
“……….ngak jelas!” lalu Anatasya pergi ke sudut goa dan tidak mempedulikan pria itu lagi. Hampir satu jam Anatasya berusaha menyalakan api unggun dengan menggunakan kayu dan tumpukan jerami. Tapi angin yang bertiup drai luar memadamkan api kecil yang menyala.
“Haloooo nona.” pria itu berteriak kembali.
“Kau mau apalagi, ha?”
Anatasya membalikkan badan saat dia mendengar suara dentingan logam yang dilemparkan ketanah. Dia melihat pemantik api zippo menggelinding tak jauh dari tempatnya berjongkok.
“Ha….?”
Anatasya mengeryitkan keningnya, terdiam menatap pria itu tajam lalu berteeriak “Dasar brengsek! Pria brengsek! Kau sungguh keterlaluan!”
Hai semuanya....ini novel pertamaku di Goodnovel. Semoga kalian suka dengan alur ceritanya ya. Mohon di like dan komen. Terimakasih 🙏🙏🥰
Pria itu hanya diam dan perlahan memejamkan matanya mengabaikan Anatasya yang terus mendengus marah. Mendengar cacian yang keluar dari mulut gadis itu, sudut bibir pria itu membentuk sebuah garis lengkungan. Tak lama pun malam beranjak, hanya cahaya dari api unggun yang menjadi penerangan didalam gua itu.Keduanya berbaring dikedua sisi gua dan larut dalam tidur namun tengah malam Anatasya terbangun oleh suara raungan pelan dari arah pria itu. Anatasya membuka mata dan menoleh kearah pria itu yang wajahnya terlihat semakin pucat. Anatasya mendekat dan melihat keringat dingin mengalir didahi pria itu.“Hei Tuan brengsek! Apa kau baik-baik saja?” Anatasya mencoba menyentuh dahi pria itu yang terasa sangat panas, pertanda bahwa lukanya infeksi. Jika dalam keadaan normal maka sebutir antibiotik sudah cukup untuk menyembuhkannya tetapi dipulau tak berpenghuni itu bagaimana caranya mendapatkan obat?Anatasya tak punya pilihan lain selain melakukan metode alami untuk menurunkan suhu tubuh.
“Gawat nyonya! Ada kabar buruk!” teriak seorang pelayan yang tergesa-gesa masuk ke villa untuk melapor. “Ada sebuah helicopter dari keluarga Archilles tampak terparkir dihalaman tempat acara pesta diadakan.” pelayan itu terengah-engah karena berlari cepat.“Apa? Keluarga Archilles? Ujar Natasha dengan mata berbinar senang. “Apakah mama dan papa mengundang Kenneth Archilles ke pesta ulang tahunku?”Clarisa sangat terkejut, dia tidak merasa mengirimkan undangan pada keluarga archilles. Meskipun keluarga Hilman berada di posisi yang terhormat dan memiliki status yang tinggi di Jakarta tetapi keluarga Archilless berada di puncak teratas sebagai keluarga paling hebat dan kaya setanah air. Kenneth Archilles adalah pewaris tunggal dari keluarga Archilles.Keluarga Hilman masih kurang pantas mengundang keluarga Archilles karena status keluarga Hilman masih berada jauh dibawah keluarga Archilles. Atau mungkin saja Kenneth Archilles datang ke pesta ualng tahun Natasha setelah Alvarendra memba
“Pffff...hahaha” seseorang disebelahnya tak bisa menahan tawa dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Natasha melototinya.“Apaan ini? Aku kira Tuan Muda Kenneth Archilles datang kesini untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Natasha. Wah...tidak tahunya dia bahkan tidak mengenalinya. Lucu sekali.”“Iya lucu sekali hahaha…..! Jika aku jadi dia mungkin aku sudah mengubur kepalaku dalam tanah atau lari bersembunyi dan takkan pernah berani keluar lagi. Ini sangat memalukan!”Wajah Natasha yang tadinya bahagia langsung berubah, dari ekspresi yang penuh kejutan menjadi ekspresi malu dan kikuk. Akhirnya dia memelototi gadis-gadis yang bicara itu dengan marah.Namun Clarisa langsung merespon cepat ucapan Kenneth. Dengan percaya diri dia berbicara mewakili putri kesayangannya “Tuan Muda Archilles, aku tidak tahu kau akan datang, disini sedang ramai karena ulang tahun putriku. Dia salah paham mengira anda datang untuk mengucapkan selamat padanya. Ah….ini hanya kesalahpaham
Anatasya tidak menyangka jika sepasang ibu dan anak itu mau menerimanya apa adanya, namun Anatasya bukan gadis bodoh. Dia tahu jika mereka hanya berpura-pura saja dihadapan semua orang. Tanpa ragu dia pun mengiyakan ajakan Natasha dan tersenyum.Kedua gadis itu memasuki villa, para tamu yang berada disana tampak berbisik-bisik dan bertanya-tanya tentang Anatasya dan tentang tujuan kehadiran Kenneth disana.Tapi karena Kenneth sudah hadir disana, mereka pun acuh apapun alasan kedatangan pria itu, kedepannya mereka harus memperlakukan keluarga Archilles dengan lebih baik. Sementara dilantai dua villa “Kak ini kamar tamu, sementara kau bisa menempati kamar ini. Kamarmu belum dibersihkan, setelah pelayan membersihkan kamarmu maka kau bisa pindah ke kamarmu nanti. Semua perlengkapan mandi sudah lengkap, aku akan mengambilkan pakaian untukmu.” ujar Natasha.“Baiklah.Terimakasih ya.”“Oh iya, apakah kau tahu cara menggunakan pemanas air? Suhu penghangat air disini stabil jadi kau tak perl
Anatasya menahan semua emosinya, dia mengangkat bagian bawah gaunnya dengan kedua tangan saat menuruni tangga dengan langkah mantap. Dagunya terangkat dan bibirnya melengkung membentuk garis senyum yang manis.Semua orang melihat sepasang kaki mulus dan seputih salju mengenakan sepatu high heel dari desainer terkenal. Jari kakinya kecil dan imut terlihat didepan sepatu yang sedikit terbuka. Pergelangan kakinya ramping dan kulitnya putih mulus tampak bercahaya karena lampu yang terang benderang. Semua orang takjub hanya memandang sepasang kaki itu.Natasha tercengang saat mengetahui bahwa sepasang kaki itu sangat sempurna dan terlihat indah bahkan seperti kaki seorang model. Tanpa sadar dia memperhatikan reaksi para tamu yang hadir. Para pria meneteskan air liurnya, pandangan Natasha beralih ke Kenneth yang menatap sepasang kaki itu dengan mata coklatnya.Hati Natasha resah dan mulai ketakutan jika dia tidak dapat menandingi gadis desa jelek itu! Tapi rasa penasaran Natasha membu
Saat keduanya terlena, tiba-tiba Tuan Danendra muncul “Putriku sayang! Apakah kau baik-baik saja? Maafkan papa yang terlambat menolongmu tetapi tak disangka ternyata Tuan Muda Archilles lebih cepat dariku. Tuan Muda sangat perhatian dan baik padamu.”Nada suara Danendra seperti seorang ayah yang penuh kasih sayang dan perhatian. Ekspresi wajahnya seoleh-oleh dia mempedulikan Anatasya.Natasha yang dibawa ke lantai atas oleh orang-orang disana bahkan tida dipedulikan oleh Danendra. Sikap pria paruh baya itu sangat menarik bai Anatasya, ayahnya itu benar-benar tak berperasaan. Anatasya tidak habis pikir kenapa ibunya yang cantik dan sempurna bisa mendapatkan seorang suami seperti Danendra.Kepulangannya kali ini, dia juga ingin menyelidiki masalah ibunya karena dia melihat banyak hal aneh dengan ayahnya. Pasti ada rahasia yang tidak dia ketahui tentang keluarga ini.“Aku baik-baik saja, papa! Lebih baik papa pergi keatas untuk melihat adikku. Tadi dia pingsan tanpa sebab, mungkin dia m
Natasha tampak kesal dan sedih. Dia meneteskan airmata “Mama…..”“Sayang, kau sudah bangun? Sudahlah jangan menangis ya….” ujar Clarisa dengan hati yang sakit dan tertekan melihat kesedihan putrinya. Melihat Natasha suda sadar maka Danendra merasa bahwa dia tidak perlu berlama-lama disana.“Masih banyak tamu dibawah, aku pergi dulu untuk menemani para tamu. Rapikanlah dirimu dan segera turun ke bawah.”Danendra bergegas pergi tanpa menunggu sepasang ibu dan anak itu berbicara. Dia tidak peduli lagi pada mereka, dia sudah menemukan harta karunnya yang bisa dia manfaatkan untuk kemajuaannya. Begitu pintu tertutup, Natasha langsung meraih bantal dan melemparkannya ke pintu. “Ma, kau lihat papa! Dia tidak peduli padaku! Aku sudah tidak tahan lagi Ma. Aku ingin Anatasya lenyap selamanya.”Mata Clarisa penuh amarah, awalnya pesta ulang tahun putri kesayangannya berjalan sempurna tetapi setelah kemunculan Anatasya, semua perhatian tamu malah jatuh pada gadis itu. Clarisa menarik napas dal
Natasha merapikan dandanannya dengan cepat, suasana hatinya membaik setelah mengetahui jika dia memenangkan kompetisi kopi selebriti itu, Setelah memperhatikan dirinya di cermin lalu dia turun kebawah bersama Clarisa. Saat tiba dilantai bawah, dia mencari keberadaan Kenneth tetapi dia tidak menemukannya dimanapun. Lalu dia mendekati seorang sosialita terkenal yang dekat dengannya “Apakah kau tahu dimana Tuan Muda Archilles?”“Oh! Tuan Muda Archilles sudah pergi.”“Apakah dia mengatakan sesuatu sebelum pergi?” tanya Natasha lagi.Sosialita itu tampak berpikir sejenak “Tadi dia sempat berbicara dengan kakakmu, para pengawalnya mengelilingi mereka jadi aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi percakapan mereka cukup serius.”“Cuku serius? Maksudmu?” tanya Natasha dengan ekspresi wajah yang nampak suram. “Serius bagaimana maksudmu? Apakah mereka terlihat bertengkar?”“Aku tidak tahu. Seperti kubilang tadi, para pengawal mengelilingi mereka jadi aku tidak tahu apa yang me