Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 1Pov Author"Mas, mau kemana?" Nunik mencekal lengan kanan Fathan, yang sedari tiga hari lalu sudah memberikan waktunya bersama istri keduanya tersebut. "Pulanglah! Kamu pikir?" Fathan menjawab dengan ketus seraya mengibaskan lengannya dengan kasar. "Aku gak mau kamu pulang, Mas! Takut Risma mencarimu ntar." Nunik mengiba dengan menampilkan wajah yang tiba-tiba memelas. "Itu bukan urusanku! Sebab, Risma yang sudah terbiasa tanpa aku tidak mungkin tiba-tiba akan mencari keberadaanku," sela Fathan tidak percaya. "Alasan basi!" sahutnya berlalu melewati Nunik, tanpa memandangnya sedetikpun. 'Ah, sial! Tidak mempan. Bagaimana caranya, ya? Aha! Aku ada ide' batin Nunik yang tiba-tiba mendapatkan ide untuk menghalangi Fathan agar tidak pulang, setelah dirinya mengumpat tidak jelas. "Mas, aku punya kue bolu, lho di kulkas. Kamu bawa deh untuk Mbak Nabila di rumah. Kan lumayan gak beli. Tapi, sebelum itu kamu cicipi dulu, gih!" Nunik mulai menjalankan a
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 31Pov author"Mas! Ngapain kamu?" Nunik turun dari ranjang mengejar Fathan ke dapur. "Ah, sial! Kenapa gak ketemu, sih?" Nunik mendapati sang suami menggerutu, saat Fathan mengobrak-abrik tempat sampah dan tidak menemukan apa yang ia cari. 'Ah, untung semalam aku langsung buang bekas obat tidur ke tempat sampah depan rumah.' Nunik membatin kegirangan karena berhasil tanpa meninggalkan jejak. "Kan sudah kubilang, Mas. Aku sama sekali tidak memberikan obat tidur pada minumanmu. Kamunya aja yang memang ingin tidur di sini!" seru Nunik berusaha mempengaruhi perasaan Fathan. Fathan mematung mencerna apa yang ia dengar dari mulut Nunik. Ia masih tidak percaya jika semalam adalah keinginan pribadinya untuk tidur di sini bersamanya. "Udahlah, gak penting ini. Toh, dirimu dah tidur di sini. Santai saja, gak usah marah-marah gak jelas. Gak guna, tau!" sahut Nunik dengan santainya seraya mengambil minuman dingin di kulkas, guna mendinginkan perasaan berkeca
Izinkan suamimu menikah lagi bab 3Pov Nabila"Mas…." Aku berteriak memanggil Mas Fathan, sesaat setelah tiba di parkiran di tempat kerjanya. "Nabila?" Mas Fathan tercengang melihat kedatanganku. Kentara dari mulutnya yang menganga dan mata yang tak berkedip, serta suara yang seperti tercekat. "Iya, ini aku. Kenapa, kaget? Atau kamu tidak suka aku ada di sini?" Aku mencecarnya. Mas Fathan sudah bisa menguasai dirinya. Ia melepas helmnya, lalu menaruh di bagian ujung jok motornya. Kebiasaan yang tak pernah berubah darinya, kalau jatuh kan berbaret. "Bukan begitu, sayang! Aku hanya kaget saja. Kenapa dirimu sudah ada di sini?" jelas Mas Fathan mendekatiku. "Gak usah panggil aku sayang! Kalau kamu sayang aku, harusnya tadi malam kamu pulang ke rumah! Bukan malah korupsi malam dengan perempuan pel*kor nan bin*l itu. Apakah tiga hari dengannya masih kurang?" Aku menggebu mencecarnya, mengutarakan sedikit rasa kesal padanya."Aku bukan korupsi dan kekurangan waktu dengannya, Sayang. Ba
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 33Pov AuthorBrak! "Akhrghh...! Sia! Sial" Nunik membanting pintu dengan keras setelah Nabila yang dianggapnya sialan itu menghilang dari pandangan. Langkah terseok dan gontai, ia gerakkan kedua kakinya menuju sofa. Napas tersengal menahan amarah yang membuncah, membuat hidungnya kembang kempis lebih lebar dari biasanya.Pikiran jernihnya saat ini entah hilang ke mana. Hanya kemarahan, kekesalan, dan kebencian yang mendalam terhadap Nabila. Akal sehatnya kalah, padahal yang dikatakan Nabila adalah kebenaran."Bisa-bisanya aku dihina dan harga diriku diinjak-injak sama Nabila sialan itu. Ini tidak bisa dibiarkan!" monolog Nunik dengan gusar. Matanya memerah melotot nyalang, seperti akan jatuh dari tempatnya."Assalamualaikum." Bu Saropah masuk rumah setelah semalaman menginap di rumah saudara yang berbeda desa dengan Nunik.Sesuai kesepakatan bersama, Bu Saropah pun ikut Nunik. Setelah Nabila mengizinkan suaminya menikah lagi dengan ibunya Risma te
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 34Pov Author"Nabila!" Nabila menoleh, matanya memicing saat ia tahu siapa yang menyapanya. "Farah!" teriak Nabila membalas sapaan Farah. "Assalamu'alaikum, gimana kabarmu?" sambungnya, ia berdiri lalu tangannya berjabatan dan cipika-cipiki. "Wa'alaikumussalam. Kabarku baik. Oh, iya, sudah pesan belum?" Farah mendekap bahu kiri Nabila, mengarahkan tubuhnya agar sama-sama duduk. "Ah, belum. Baru saja mau nyebutin pesanan, kamu datang menyapaku," terang Nabila. "Oh, gitu. Maaf ya, mengganggu konsentrasi kalian," kelakar Farah, dengan tangan kiri memegang tangan kirinya Nabila dan raut wajah yang ia buat nyengir. "Buatkan dua minuman yang paling spesial di sini!" lanjutnya menitah pelayan yang sejak kemunculannya masih berdiri di dekat mereka. "Baik, Bu! Saya permisi dahulu," angguk pelayan dengan sopan meninggalkan mereka berdua. "Kok sama kamu dia manggil Bu? Sedangkan sama aku Kak, padahal kita sama gak ada yang lebih tua wajahnya." Nabila nampa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 35Pov AuthorWaktu berlalu, putaran roda empat milik Farah berakhir di halaman rumah Nabila. "Jangan menangis lagi! Air matamu terlalu berharga jika dijatuhkan untuk orang-orang pengecut seperti mereka," pesan Farah dengan mata tajam, sebelum keduanya berpisah. Seperti Farah, Nabila hanya menoleh tajam lalu mengangguk."Mau aku temani?" tawar Farah saat Nabila melepaskan sabuk pengaman. "Tidak! Terimakasih, aku ingin sendiri. Assalamualaikum," salam Nabila menutup pintu mobil. Tanpa menunggu jawaban Farah, ia melangkah cepat membuka pintu rumah. Belum menjawab salam tapi melihat Nabila sudah melenggang, Farah hanya menggelengkan kepala. Ia turut prihatin atas perasaan Nabila saat ini.Ceklek! Ceklek! Anak kunci ia putarkan ke kanan dua kali, terbuka. Knop pintu ia gerakkan ke bawah, bersama itu klakson mobil Farah berbunyi. Nabila berbalik badan, tersenyum lalu lambaikan tangan. Sesakit apapun perasaannya saat ini, ia tidak bisa membuat semua oran
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 36Pov Author"Jawab, Than!" tuntut Nabila memanggil suaminya hanya dengan nama. "Jawab! Kenapa diam saja? Kamu tidak tuli tiba-tiba, 'kan?" imbuhnya berteriak. "Itu…." Tenggorokan Fathan tercekat, lidahnya benar-benar kelu. Ia belum siap untuk jujur, bahkan hanya sekadar untuk mengelak pun tak sanggup. "Entah apa maksud semua ini Ya Robb? Hamba belum mengerti, ENGKAU takdirkan hamba bersuamikan sepertinya yang pengecut dari lalu hingga sekarang, bahkan KAU tambahkan dirinya bisu lalu gagu," Nabila mendongak lalu menunjuk wajah pias Fathan. Fathan merangsek maju hendak memeluk Nabila, tapi sudah dicegahnya terlebih dahulu. Nabila mengangkat tangan, tanda tak mengizinkan Fathan menyentuhnya."Jangan coba-coba mendekat! Cukup kamu jawab pertanyaanku!" geram Nabila, sedari tadi ia sudah sangat lelah tapi tetap belum kejujuran dari Fathan. "A… aku minta maaf padamu," ucap Fathan panjang setelah sekian lama mulutnya terkatup. "Maaf? Maaf untuk? Jadi pe
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 37Pov author"Jangan mentang-mentang sudah memberikanmu cucu, bisa seenaknya ibu bela!" Pyar!!! Gelas yang sedari tadi Bu Saropah pegang, tiba-tiba jatuh. Tangannya lemas seketika, mendengar kenyataan bahwa Nabila telah mengetahuinya. "A… apa maksudmu?" tanya Bu Saropah terbata-bata, ia berusaha untuk mengelak. "Maksudku? Apa kurang jelas yang kukatakan padamu, Bu?" tanya Nabila, mempermainkan keterkejutan Bu Saropah. "Si… siapa yang sudah memberikanku cucu?" tanya Bu Saropah bertele-tele, Nabila yang mendengarnya hanya memutar mata malas. "Nunik yang sudah memberikanmu cucu!" geram Nabila pada mertuanya yang masih saja mengelak. "Haha, iya! Risma sudah kuanggap cucu sendiri," kekeh Bu Saropah sedikit tenang. "Aku sudah tahu semuanya, Bu! Semuanya! Segala hal yang kalian bertiga, terutama ibu dan Fathan, anakmu yang pengecut itu sembunyikan dariku selama ini!" ucap Nabila penuh penekanan. "Aku sudah tahu alasan ibu memaksa Fathan untuk menja
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 110Drrt! Drrtt! "Mas Fathan telepon, Bu!" Nabila keluar dari ICU dengan membawa tas selempangnya. "Assalamu'alaikum, ya gimana, Mas?" Nabila sudah berada di lobby menuju UGD. "Wa'alaikumussalam. Kamu di mana? Kenapa rumah gelap gulita begini?" Nabila menepuk jidatnya, saking menyelami perasaan iba yang tiba-tiba hadir terhadap Nunik, ia lupa bahwa waktu sudah sore. "Maaf, mas! Satu jam lagi aku sampai di rumah." Nabila segera mematikan teleponnya agar bisa dipakai untuk memesan taksi online. Ia tidak mempedulikan Fathan yang sudah pasti emosi sebab tidak ada izin keluar rumah, terbukti dari suara Fathan terdengar penuh amarah. Sambil menunggu taksi, Nabila mengabari Bu Saropah melalui pesan. Bahwa, ia akan pulang karena sudah ditelepon Fathan. Waktu berlalu cepat, adzan maghrib berkumandang tepat saat Nabila sampai di rumah. "Assalam…." "Dari mana kamu?" Belum sempat menyelesaikan salamnya, Fathan sudah membentak Nabila tepat saat pintu itu se
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 109Walaupun sempat terjadi masalah kecil, Bu Saropah berhati-hati agar tidak terulang kembali. Beruntung, dagangannya cepat habis. Dengan begitu, ia dimiliki waktu senggang untuk menjenguk Nunik. Tak ingin berlama-lama, ia langsung membereskan dan membersihkan bekas dagangnya. Selesai, ia langsung beranjak menuju rumah Nunik. Sebenarnya masih bisa dibilang dekat jika hanya berjalan kaki, tapi ia memilih menaiki ojek agar lebih cepat. Tak butuh lama, Bu Saropah sudah sampai di rumah Nunik. Segera saja, ia mengetuk pintu. "Apa dia tidur, ya?" Setelah beberapa kali salam dan mengetuk pintu, Nunik tidak segera membukakan pintunya. "Jangan-jangan…." Bu Saropah segera berlari dengan begitu paniknya ke belakang rumah dan masuk lewat pintu dapur sebab pintu depan dikunci. Beruntung, pintu belakang tidak terkunci. "Assalamu'alaikum, Nunik! Ima!" Bu Saropah tergesa-gesa masuk, ia memindai semua ruangan, berharap menemukan mereka.Bu Saropah cara mengecek d
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 108Nabila yang tidak ingin moodnya rusak, segera menurunkan egonya dengan tidak menanggapi omongan Fathan. Terlebih lagi, Fathan sudah meninggalkan dirinya sendirian. Lebih tepatnya kabur. Akan tetapi…."Bukan hasil dari perselingkuhanmu, kan?" Fathan yang sudah berlalu, kini kembali di hadapan Nabila. Membuat Nabila melototkan matanya, detik kemudian ia murka. "Apa-apaan kamu, Mas?! Aku tidak seperti itu, ya! Jangan seperti ibu yang main tuduh-tuduh, bisa gak? Aku tidak sebejat itu, apalagi untuk membiayai orang yang kubenci, ngerti!" Brak! Nabila menggebrak meja sebelum meninggalkan Fathan. Ia yang benar-benar tersinggung, sama sekali tidak merasakan panas dan sakit di tangannya akibat gebrakan itu. Bukan hanya karena pertanyaan itu ia menjadi tersinggung, tapi juga merasa tidak dihargai padahal sudah mau membiayai Nunik yang notabenenya adalah musuhnya.Malam itu dua insan manusia saling berdiam diri, Fathan dan Nabila hingga pagi menjelang. Ke