Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 34Pov Author"Nabila!" Nabila menoleh, matanya memicing saat ia tahu siapa yang menyapanya. "Farah!" teriak Nabila membalas sapaan Farah. "Assalamu'alaikum, gimana kabarmu?" sambungnya, ia berdiri lalu tangannya berjabatan dan cipika-cipiki. "Wa'alaikumussalam. Kabarku baik. Oh, iya, sudah pesan belum?" Farah mendekap bahu kiri Nabila, mengarahkan tubuhnya agar sama-sama duduk. "Ah, belum. Baru saja mau nyebutin pesanan, kamu datang menyapaku," terang Nabila. "Oh, gitu. Maaf ya, mengganggu konsentrasi kalian," kelakar Farah, dengan tangan kiri memegang tangan kirinya Nabila dan raut wajah yang ia buat nyengir. "Buatkan dua minuman yang paling spesial di sini!" lanjutnya menitah pelayan yang sejak kemunculannya masih berdiri di dekat mereka. "Baik, Bu! Saya permisi dahulu," angguk pelayan dengan sopan meninggalkan mereka berdua. "Kok sama kamu dia manggil Bu? Sedangkan sama aku Kak, padahal kita sama gak ada yang lebih tua wajahnya." Nabila nampa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 35Pov AuthorWaktu berlalu, putaran roda empat milik Farah berakhir di halaman rumah Nabila. "Jangan menangis lagi! Air matamu terlalu berharga jika dijatuhkan untuk orang-orang pengecut seperti mereka," pesan Farah dengan mata tajam, sebelum keduanya berpisah. Seperti Farah, Nabila hanya menoleh tajam lalu mengangguk."Mau aku temani?" tawar Farah saat Nabila melepaskan sabuk pengaman. "Tidak! Terimakasih, aku ingin sendiri. Assalamualaikum," salam Nabila menutup pintu mobil. Tanpa menunggu jawaban Farah, ia melangkah cepat membuka pintu rumah. Belum menjawab salam tapi melihat Nabila sudah melenggang, Farah hanya menggelengkan kepala. Ia turut prihatin atas perasaan Nabila saat ini.Ceklek! Ceklek! Anak kunci ia putarkan ke kanan dua kali, terbuka. Knop pintu ia gerakkan ke bawah, bersama itu klakson mobil Farah berbunyi. Nabila berbalik badan, tersenyum lalu lambaikan tangan. Sesakit apapun perasaannya saat ini, ia tidak bisa membuat semua oran
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 36Pov Author"Jawab, Than!" tuntut Nabila memanggil suaminya hanya dengan nama. "Jawab! Kenapa diam saja? Kamu tidak tuli tiba-tiba, 'kan?" imbuhnya berteriak. "Itu…." Tenggorokan Fathan tercekat, lidahnya benar-benar kelu. Ia belum siap untuk jujur, bahkan hanya sekadar untuk mengelak pun tak sanggup. "Entah apa maksud semua ini Ya Robb? Hamba belum mengerti, ENGKAU takdirkan hamba bersuamikan sepertinya yang pengecut dari lalu hingga sekarang, bahkan KAU tambahkan dirinya bisu lalu gagu," Nabila mendongak lalu menunjuk wajah pias Fathan. Fathan merangsek maju hendak memeluk Nabila, tapi sudah dicegahnya terlebih dahulu. Nabila mengangkat tangan, tanda tak mengizinkan Fathan menyentuhnya."Jangan coba-coba mendekat! Cukup kamu jawab pertanyaanku!" geram Nabila, sedari tadi ia sudah sangat lelah tapi tetap belum kejujuran dari Fathan. "A… aku minta maaf padamu," ucap Fathan panjang setelah sekian lama mulutnya terkatup. "Maaf? Maaf untuk? Jadi pe
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 37Pov author"Jangan mentang-mentang sudah memberikanmu cucu, bisa seenaknya ibu bela!" Pyar!!! Gelas yang sedari tadi Bu Saropah pegang, tiba-tiba jatuh. Tangannya lemas seketika, mendengar kenyataan bahwa Nabila telah mengetahuinya. "A… apa maksudmu?" tanya Bu Saropah terbata-bata, ia berusaha untuk mengelak. "Maksudku? Apa kurang jelas yang kukatakan padamu, Bu?" tanya Nabila, mempermainkan keterkejutan Bu Saropah. "Si… siapa yang sudah memberikanku cucu?" tanya Bu Saropah bertele-tele, Nabila yang mendengarnya hanya memutar mata malas. "Nunik yang sudah memberikanmu cucu!" geram Nabila pada mertuanya yang masih saja mengelak. "Haha, iya! Risma sudah kuanggap cucu sendiri," kekeh Bu Saropah sedikit tenang. "Aku sudah tahu semuanya, Bu! Semuanya! Segala hal yang kalian bertiga, terutama ibu dan Fathan, anakmu yang pengecut itu sembunyikan dariku selama ini!" ucap Nabila penuh penekanan. "Aku sudah tahu alasan ibu memaksa Fathan untuk menja
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 38Pov FathanCeklek! Mendengar suara pintu kamar kami terbuka, aku segera beralih dan masuk ke kamar samping secara diam-diam agar Nabila tidak mencurigai aku telah mengupingnya.Aku pun sengaja menguping perbincangan Nabila dengan seseorang. Kuat dugaanku lawan bicaranya adalah Ibu dan Nunik. Sempat kudengar suara Nabila menyentak lawan bicara. Aku yakin itu Ibu. Sebab istriku menyebut istilah Cucu. Aku yang dari kecil dididik untuk tidak ikut campur, tidak pernah sekalipun menguping pembicaraan orang lain jika tidak diikutkan gabung dalam obrolan mereka. Namun, semua ini terpaksa aku lakukan. Sebab, aku ingin tahu apa yang dibahas oleh istriku. Selain itu aku berjaga-jaga agar Nabila lepas kendaliSepertinya Nabila susah mengakhiri pembicaraannya. Buktinya, kini sudah tidak terdengar lagi suaranya. Setelah itu, aku pun menuju ranjang untuk mengistirahatkan badan. Raga dan pikiranku, hari ini benar-benar terkuras. Namun, mata tak bisa kuajak komp
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 39Pov Fathan "Nunik!" Aku berteriak kencang. Aku menyibakkan selimut yang membungkus tubuh kami berdua. Aku terkejut bukan kepalang, sebab kami benar-benar tanpa sehelai benang pun."Nunik!" Kali ini aku berteriak lebih kencang daripada sebelumnya. "Mas!" teriak Nunik kaget. Ia terbangun karena dua kali teriakanku yang memekakan telinganya, jarak mulutku dengan telinganya hanya sejengkal. "Apa yang terjadi? Hah, jawab!" Aku kembali berteriak, tak peduli apakah ia sudah sadar sepenuhnya. "Kamu telah menodai ku, Mas!" jeritnya kemudian melirih, kedua tangannya meraup selimut lalu digunakannya untuk menangkup dan menutupi dadanya. Mimiknya seolah-olah sedih dan ketakutan, bak korban perudapaksaan. "Akhrgh!!! Kamu bohong! Kamu pembohong! Itu tak mungkin. Bagaimana mungkin, aku yang tiba-tiba tak ingat apa-apa, bisa berada di sini dengan kondisi seperti ini?" Aku menggeram. Sejurus kemudian aku memunguti pakaian. Memakainya, lalu keluar dari tempat te
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 40Pov Nabila"Hehe. Ya, gitu dah! Aku…." Aku menggantungkan suara takut terdengar Fathan. "Aku ingin kita bertemu besok. Ada hal yang ingin ku bahas," imbuhku."Ok, aku siap menerima kedatanganmu," jawabnya di seberang sana. "Siap. Udah dulu, sepertinya kau cukup lelah hari ini. Assalamu'alaikum." Aku pun menutup panggilan setelah salamku dijawabnya. Setelah membuat perjanjian dengannya, aku segera bersiap untuk tidur. Tidak sabar untuk menunggu hari esok. ****Waktu terus berjalan, aku yang masih marah dengan Fathan pun masih berlaku sama.Belasan menit berlalu, aku kini sudah berada di resto yang ku maksud. Aku celingukkan, memindai nomor meja yang dimaksud dalam chat sebelum ke sini. "Nabila! Sini!" Tangan Farah melambai, memanggilku. Iya! Farah adalah orang yang akan aku temui. Aku menghampirinya. Setelah berbasa-basi, aku pun menyampaikan maksud tujuanku mengajaknya bertemu. "Farah, kamu punya kenalan notaris, gak? Aku mau urus pengalihan
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 41Pov AuthorAwal bulan adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu bagi setiap karyawan yang menggantungkan seluruh kebutuhan sehari-harinya dari gaji, tak terkecuali Fathan. Hari ini ia sangat senang, karena akan menerima gaji dari hasil kerja selama sebulan lalu. Dengan semangat yang menggebu dan rasa senang karena akan menerima gaji, Fathan bekerja dengan cepat untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini.Saat akan keluar gedung untuk istirahat, Fathan dikejutkan oleh kedatangan Nabila yang tiba-tiba. Pasalnya, sebelumnya Nabila tak pernah menyambangi dirinya di tempat kerja. "Sayang, kenapa kamu ke sini?" tanya Fathan setelah bertemu Nabila di parkiran."Sesuai dengan perjanjian. Aku mau meminta ATM mu! Nggak lupa kan dengan isi perjanjian kalau semua keuangan aku yang mengaturnya?" Tanpa basa-basi Nabila pun langsung menengadahkan tangan ke arah suaminya.Fathan mengira Nabila sudah tidak marah dan datang mengajak untuk makan siang misalnya. Namun, du
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 110Drrt! Drrtt! "Mas Fathan telepon, Bu!" Nabila keluar dari ICU dengan membawa tas selempangnya. "Assalamu'alaikum, ya gimana, Mas?" Nabila sudah berada di lobby menuju UGD. "Wa'alaikumussalam. Kamu di mana? Kenapa rumah gelap gulita begini?" Nabila menepuk jidatnya, saking menyelami perasaan iba yang tiba-tiba hadir terhadap Nunik, ia lupa bahwa waktu sudah sore. "Maaf, mas! Satu jam lagi aku sampai di rumah." Nabila segera mematikan teleponnya agar bisa dipakai untuk memesan taksi online. Ia tidak mempedulikan Fathan yang sudah pasti emosi sebab tidak ada izin keluar rumah, terbukti dari suara Fathan terdengar penuh amarah. Sambil menunggu taksi, Nabila mengabari Bu Saropah melalui pesan. Bahwa, ia akan pulang karena sudah ditelepon Fathan. Waktu berlalu cepat, adzan maghrib berkumandang tepat saat Nabila sampai di rumah. "Assalam…." "Dari mana kamu?" Belum sempat menyelesaikan salamnya, Fathan sudah membentak Nabila tepat saat pintu itu se
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 109Walaupun sempat terjadi masalah kecil, Bu Saropah berhati-hati agar tidak terulang kembali. Beruntung, dagangannya cepat habis. Dengan begitu, ia dimiliki waktu senggang untuk menjenguk Nunik. Tak ingin berlama-lama, ia langsung membereskan dan membersihkan bekas dagangnya. Selesai, ia langsung beranjak menuju rumah Nunik. Sebenarnya masih bisa dibilang dekat jika hanya berjalan kaki, tapi ia memilih menaiki ojek agar lebih cepat. Tak butuh lama, Bu Saropah sudah sampai di rumah Nunik. Segera saja, ia mengetuk pintu. "Apa dia tidur, ya?" Setelah beberapa kali salam dan mengetuk pintu, Nunik tidak segera membukakan pintunya. "Jangan-jangan…." Bu Saropah segera berlari dengan begitu paniknya ke belakang rumah dan masuk lewat pintu dapur sebab pintu depan dikunci. Beruntung, pintu belakang tidak terkunci. "Assalamu'alaikum, Nunik! Ima!" Bu Saropah tergesa-gesa masuk, ia memindai semua ruangan, berharap menemukan mereka.Bu Saropah cara mengecek d
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 108Nabila yang tidak ingin moodnya rusak, segera menurunkan egonya dengan tidak menanggapi omongan Fathan. Terlebih lagi, Fathan sudah meninggalkan dirinya sendirian. Lebih tepatnya kabur. Akan tetapi…."Bukan hasil dari perselingkuhanmu, kan?" Fathan yang sudah berlalu, kini kembali di hadapan Nabila. Membuat Nabila melototkan matanya, detik kemudian ia murka. "Apa-apaan kamu, Mas?! Aku tidak seperti itu, ya! Jangan seperti ibu yang main tuduh-tuduh, bisa gak? Aku tidak sebejat itu, apalagi untuk membiayai orang yang kubenci, ngerti!" Brak! Nabila menggebrak meja sebelum meninggalkan Fathan. Ia yang benar-benar tersinggung, sama sekali tidak merasakan panas dan sakit di tangannya akibat gebrakan itu. Bukan hanya karena pertanyaan itu ia menjadi tersinggung, tapi juga merasa tidak dihargai padahal sudah mau membiayai Nunik yang notabenenya adalah musuhnya.Malam itu dua insan manusia saling berdiam diri, Fathan dan Nabila hingga pagi menjelang. Ke